43. Hambatan

536 70 0
                                    

"STOP!!"

Kina berteriak keras memperhatikan depan mereka banyak segerombolan anak SMA. Hatinya mengatakan tidak baik lewat karena mungkin akan ada masalah serius nantinya. Karena dia pernah mengalami hal serupa dulu dan endingnya tak cukup baik.

"Puter balik yuk!"

"Kenapa sih?" Yosi masih kesal dengan kelakuan Kina yang seenaknya.

"Lewat gang pepaya aja, yuk!"

"Ada anjing disana, ya kali kita lewat. Udah nggak papa sih kita lewat aja."

"Ada apaan emangnya?" Tanya Rio penasaran sekaligus Dimas yang tahu Kina ketakutan.

"Kalian lihat orang di depan?"

"Kenapa?"

"Ini, gue pernah punya trauma. Kalau sama Popong itu masih gue tolerin karena cuma ada beberapa orang. Tapi, disana ada puluhan anak. Gue nggak bisa bayangin kalau kita lewat gitu aja apalagi seragam mereka anak teknik."

"Yaelah, kita juga anak teknik kali."

"Bener juga kata Kina, firasat gue buruk juga."

Dimas menatap anak-anak itu yang bersenang-senang sembari menganggu orang yang melewati mereka. Tak jarang siulan atau godaan terlontar bila yang lewat cewek sekolah cantik plus bening. Kina ingin rasanya mengusir tapi itu tak pantas saja setelah ia mendengar perkataan Wira. Dia tak ingin ikut campur dan membuat masalah baru apalagi anak bau kencur.

"WOIIIII!!"

Mereka saling bertatapan dan mengamati ada yang berteriak ke arah mereka. Suara motor saling beradu dan Kina meneguk salivanya susah payah.

"Kabur! Buruan!"

"Halah, bawa bendera tengkorak lagi." Yosi ikut ngeri dan menepuk pundak Rio cepat.

Brmmmm...

Brmmmm...

Mereka pergi segera mungkin diikuti anak-anak di belakang mereka. Bahkan ingin rasanya Kina mengumpat berbagai umpatan karena mereka juga hampir terkena batu yang dilempar.

"Berhenti lo!"

"Gila, gue bisa mati muda kalau ini."

"Tenang, gue pinter kalau ini." Dimas sedikit berteriak dan memilih jalan yang ramai.

Di belakang Yosi mengumpat tak karuan karena punggungnya yang jadi objek pelampiasan.

"Santai lo! Sakit nih!"

"Kampret!"

"Anj*Ng lo!"

"Baj*ng*n..."

"As*****"

"Astagfirullah!" Rio memenangkan hatinya yang hampir ikut mengumpat.

Dimas berbelok ke gang sempit yang hanya bisa dipakai dua motor. Dengan cepat mereka berbelok tajam dan menikung ke arah jalan yang mereka lalui awal. Sebenarnya mereka hanya memotong jalan dan pergi sebelum para pengibar bendera tengkorak kembali.

Mereka berhenti di salah satu warung dan berkeringat dingin sekujur tubuh.

"Gue patah tulang kayaknya!"

"Cuma batu, b*ngs*t." Kina sudah tak tahan sedari tadi dan melepas tasnya lelah.

"Santai, teman-teman. Mending kita minum aja." Rio mengambil beberapa minuman dingin dan makanan kecil.

"Untung gue tahu jalan tadi." Dimas melepas helmnya susah payah. Cukup menguras tenaga karena dia hanya memakai motor bebek kalah jika dibandingkan dengan motor mereka.

"Mereka tuh cuma mau cari sensasi! Nanti kalau ketangkep bakalan nangis terus buat klarifikasi. Bukan saya pak! Halah, bullshit." Kina membuang sepatunya, kakinya sudah kram dan kepanasan.

"Gas terus!"

"Nanti kita cari tahu anak mana mereka, bisa-bisanya cari gara-gara sama kita." Dimas tak mungkin tinggal diam.

"Minum aja, gue mau telpon Hana dulu."

Rio menyingkir dan menelpon adiknya. Dia takut kalau adiknya mengalami sesuatu yang berbahaya sama yang dialaminya tadi. Jangankan Hana, dia sudah ketakutan kalau dikroyok.

"Hallo? Dimana lo?"

"Hah? Ini siapa?"

👟👟👟

"Mbak, pasien yang baru datang kemana ya?" Tanya Kina pada suster.

"Korban kecelakaan, di UGD."

"Makasih, mbak."

Kina berlari bersama temannya dan mendapati Gio berdiri di depan pintu dengan wajah yang mengenaskan.

"Gimana ceritanya? Lo nggak papa?" Kina menyentuh wajah Gio yang lebam biru dan bibirnya yang terluka. Bajunya lusuh dan sikutnya berdarah. Jangan tanya bagaimana darah yang di bajunya.

"Gue tadi mau pulang terus lewat SMK 1. Ada anak yang udah keluar dan gue tadi lihat segerombolan anak datang dan buat keributan. Gue nggak tahu kalau mereka mau main keroyokan, gue berhenti dan tahu-tahu gue diserang. Kalau cewek tadi gue nggak tahu kenapa, karena habis itu mereka pergi ninggalin dia."

"Lo diobatin dulu aja ya, Gi. Udah telpon yang lain belum biar lo bisa ganti? Nanti lo ditanya-tanya sama polisi udah bersih."

"Tadi telpon Key, bentar lagi dia kesini."

"Makasih, ya. Gue utang banget sama lo." Rio menepuk pundak Gio.

Tubuhnya sudah lemas tahu adiknya masuk rumah sakit dan mendengar berita tentang orang-orang yang mengejarnya itu. Dimas dan Yosi menyusul dari belakang. Mereka juga khawatir tentang keadaan Hana.

"Gimana?"

"Belum, masih ditangani." Gio memilih duduk karena tubuhnya pegal-pegal.

"Wah, ini harus masuk berita nih. Bisa-bisa mereka tambah bikin ulah." Kata Yosi yang disetujui semua orang.

"Gimana orangtua lo udah dikabarin?" Tanya Dimas pada Rio.

"Belum, mereka baru ke kondangan di Bandung. Gue takut malah ini bikin mereka khawatir, lagian dokter juga belum keluar."

"GIO!!!! GIO!!!!"

"Astaga! Key, ini rumah sakit!" Bentak Kina melihat temannya berlari mirip orang kesurupan.

"Teman perjuangan gue, anak mana yang bikin lo babak belur?"

"Ck, mana." Gio merebut tas yang dibawa Key dan melengos pergi.

"Wih, nggak terimakasih banget mirip lama-lama sama si Erga."

"Eh, ngomong-ngomng lo nggak kasih tahu sama Erga Ardan kan?"

"Nggak, cuma bilang Gio lagi pms."

Kina menepuk dahinya dan berlari mengejar Gio. Dimas menahan lengan cewek itu sesaat.

"Gue mau obatin Gio dulu, kalau ada apa-apa kasih tahu gue." Kina buru-buru pergi tanpa melihat ekspresi Dimas yang masam.

Key melirik sejenak dan tahu apa yang dipikirkan orang itu. Walau dia tahu entah beberapa orang yang menaruh perhatian khusus pada Kina. Cewek itu hanya akan menganggap mereka teman kecuali satu orang.

"Dim, yuk keluar cari makan. Kita semua juga belum makan dari tadi, keburu perut gue sakit." Yosi menarik Dimas agar menjauh secepatnya.

Setidaknya dua orang itu yang tahu akan suasana yang tak menyenangkan. Rio masih tegang menunggu adiknya dan Key hanya diam menatap kepergian dua orang barusan.

"Hah, banyak yang suka banyak juga yang benci."

👟👟👟

Maaf, baru update!!!

Salam ThunderClap!🤗

LOVE & PLANET ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang