"Wira!"
Kina mencubit pipinya, ini nyata. Dia melihat orang yang dulu dia buat masuk rumah sakit. Bahkan pakaiannya adalah pakaian dari sekolahnya. Itu artinya Wira bersekolah bersamanya sekarang. Rahang Kina mengeras, dia menarik Wira menjauh dan menyuruh Ardan membawa Gio pergi. Dia tak tahu apa yang terjadi sampai Gio si pendiam memukul Wira. Tapi Kina yakin dia kenal anak ini.
"Wow, lo berani bicara sama gue?" Wira tersenyum meremehkan.
"Gue minta maaf!"
"Apa?"
"Apa yang gue lakuin lo emang salah dan gue juga udah dihukum."
"Gue kehilangan masa muda gue, Kin! Setahun gue masuk rumah sakit sampai koma."
"Tapi apa itu setimpal dengan perlakukan lo ke nenek itu? Apa lo juga nggak sadar dia udah berjuang ngumpulin uang tapi seenaknya lo ambil. Gue tahu cari uang itu susah bukannya kayak lo yang apa-apa bisa beli dengan mudah."
"Lo terlalu berlebihan!"
"Lo mau tahu apa yang dilakuin temen-temen lo? Mereka mau niat bunuh gue!"
"Itu salah lo ikut campur, harusnya lo pergi dan nggak usah campurin urusan orang."
"Apa nggak takut sama karma?"
"Wira nggak ada takut sama apapun."
"Sumpah ya, lo nggak berubah. Masih aja buang-buang waktu sama nyawa."
"Urusan gue sama Gio! Walau gue masih dendam sama lo, tapi gue nggak mau lo ikut campur kali ini."
"Lo ada apa sama Gio?"
"Lo mau tahu?"
"Apa?"
"Gue main sama pacarnya!"
"Hah??"
👟👟👟
"Kalau guru tahu, lo bakal susah ikut olimpiade lagi!" Key mengobati luka ditangan Gio.
"Lo ada masalah apa sama itu anak?" Ardan menatap wajah Gio yang terus tertunduk.
Erga masih diam tanpa niatan ikut bicara. Dia masih bertanya-tanya kenapa Kina mengenal anak bernama Wira itu. Apalagi itu adik kelas mereka walau Erga tahu dia anak baru dari seragamnya yang bersih dan putih. Kina juga terlihat mengenal betul si Wira itu.
"Bedebah sama olimpiade!"
"Wih, mulut lo! Baru kali ini gue lihat lo ngumpat."
"Gue punya urusan pribadi, kalian nggak usah khawatir." Gio pergi tanpa memperdulikan kekhawatiran teman-temannya.
"Gila, gue takut lama-lama sama tuh anak."
"Kayaknya juga nggak usah tanya macam-macam, apalagi ikut campur sama masalahnya."
"Hmm, eh tapi kok Kina kenal ya sama dia."
Ardan memperhatikan Erga yang sedari tadi diam. Erga mendengus dan pergi dari UKS tanpa bicara apa-apa.
"Gue juga nggak tahu!"
👟👟👟
Kina mengigit bibirnya, dia baru saja melihat Gio pergi dari UKS. Dia mengikuti pemuda itu dan menemukannya di belakang kelas. Dia duduk diam dan memukul tembok berkali-kali. Kina tahu Gio marah besar sampai dia juga ingin memukul Wira. Tapi dia tak berani untuk kedua kali sampai Wira kenapa-napa. Dia sudah berjanji tidak melukainya, itu juga perjanjian antara mereka dulu.
"Eh Lo!" Kina membekap orang dibelakangnya dengan sigap.
Mata Erga melebar, dia sangat terkejut Kina langsung mendorongnya ke tembok.
"Stt, jangan keras-keras!"
"Hah, tangan lo bau tahu!"
"Eh tangan gue wangi bayi tahu!"
Kina mengendus dan bau harum bedak bayi langsung tercium. Erga berdehem sejenak, menetralkan jantung dan wajahnya. Dia berbohong karena memang tangan Kina tercium aroma bayi.
"Lo, Lo lihat Gio?"
"Hmm, kita pergi aja yuk!" Kina menarik tangan Erga menjauh.
"Kenapa?"
"Dia baru melepas amarahnya, gua baca artikel kalau marahnya orang pendiam itu bisa buat gempa bumi."
"Ngaco! Lepasin tangan gue!"
Kina menghadap Erga yang hanya sebahu. Bahkan Kina yang tinggi tak sebanding dengan tinggi Erga.
"Lo makan apa sampai tinggi gitu?"
"Ya makan normal lah, dasar pendek."
"Hmm, ya udah. Dah!"
"Eh, tunggu! Gue mau tanya?"
"Apa? Tumben lo bicara sama gue alus gitu. Biasanya nada lo tinggi kayak orang marah!"
"Ck, siapa nama tuh anak?"
"Siapa?"
"Yang tadi, gue mau tahu."
"Oh Wira! Gue nggak tahu nama panjangnya sih."
"Wira? Lo kenal?"
"Ya, dia pernah masuk RS gara-gara gue."
"Hah?"
"Cerita lama, karena gue nggak punya urusan lagi sama dia. Kali ini dia punya masalah sama Gio, lebih baik kita diam aja sampai Gio selesain sendiri."
"Apa masalahnya?"
"Gio juga bakalan cerita sama kalian, tapi bukan sekarang. Eh, beliin gue susu dong! Gue tadi lupa bawa uang jajan."
"Apaan? Miskin amat sih Lo!"
"Cuma satu aja sama roti, gue juga lupa bawa bekal. Erga ganteng, beliin Kina ya?"
"Ih, cewek cabe-cabean kayak lo gue beliin. Cih, nggak sudi!"
"Ya udah, gue minta Key sama Ardan aja. Lo pelit!"
"Ya ayo, gue beliin!"
"Cie, makasih ya!"
Kina menoel pipi Erga yang mengembung seperti anak kecil. Erga berjalan duluan diikuti Kina yang riang gembira. Senyum manis terpampang di wajah Erga. Dia tak bisa menahan semburat merah diwajahnya.
👟👟👟
Dimas memakirkan sepeda motornya tak jauh dari gerbang sekolah Kina. Dia menunggu bersama Yosi dan Rio.
"Gimana?"
"Dia baru keluar!"
"Benar-benar buat masalah terus tuh anak!" Yosi mengendus sembal.
"Kita juga salah sih, harusnya kita antar tiap hari. Kalau Ardian tahu, kita juga akan kena imbasnya!"
Dimas mengangguk mengiyakan, harusnya dia lebih bisa dari mereka berdua. Lagipula dia yang rumahnya lebih dekat dan hampir tiap hari main ke rumah Kina. Tapi rasanya dia sangat jauh dikatakan teman.
"Dia tuh!"
Kina melambai dan menghampiri mereka.
"Si Hana mana?"
"Dia ektra hari ini, lo emangnya nggak ada ektra?"
"Males, kalian juga nggak les?"
"Itu baru akhir tahun, kalau sekarang kita free!"
"Oh, yuk pulang."
"Dasar!"
Hari itu mereka tidak tahu apa yang mereka akan hadapi ke depannya. Seseorang memperhatikan mereka menjauh dan menelpon orang lain. Pakaian tampak berbeda dengan seragam SMA biasa.
"Mereka berempat! Siap-siap!"
Orang itu tersenyum licik dan segera pergi sebelum ketahuan.
👟👟👟
Salam ThunderCalp!🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE & PLANET ( END )
Teen FictionApa jadinya dua planet saling bertabrakan? Satu kata yang pasti... Hancur... Apa jadinya Kina harus pindah sekolah dan bertemu orang-orang di masa lalunya? Jangan ditanya akan jadi apa dirinya menghadapi segala kemungkinan di depan. Dari kawan lama...