11. Penjelasan

818 83 0
                                    

Matahari semakin tenggelam di ufuk barat. Kina menuntun sepedanya dan melangkah kakinya pelan. Pikirannya berkecamuk kemana-mana. Popong? Sedang apa dan dimana sepupu bongsornya itu? Dia menghembuskan napasnya lelah meratapi segala aksinya sore ini. Dia mencetak gol dan hanya satu-satunya gol sore ini. Senang? Tentu saja walau hatinya risau tak menentu memikirkan Popong.

Dia melihat pemuda itu bersama seseorang. Terlebih mengendarai motor besar, sungguh Kina bertanya-tanya. Atau memang Popong berencana pergi bersama temannya untuk belajar. Mungkin itu! Kina menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya.

"Keluar! Gue tahu lo ngikutin gue dari tadi!" Perintah Kina.

"Opss... Ketahuan ternyata!" Seorang pemuda keluar dari semak-semak dan menampakkan dirinya.

"Oh, lo, mau apa? Bales dendam tim lo kalah?" Tanya Kina menstandarkan sepedanya.

Orang itu tersenyum dan berjalan kearah Kina. Rambutnya acak-acakan dan basah karena keringat. Wajahnya letih menandakan dia telah melakukan aktivitas berat. Tangannya dia masukan ke kantong celana dan memandang Kina intens.

"Lo itu selalu ngehindar dari gue, lo masih benci sama gue?" Tanya orang itu sedih.

"Pikir aja sendiri! Lo nggak bisa tanya sama gue." Ucap Kina malas.

"Oh, lo masih marah ternyata. Maaf, gue emang temen bodoh. Gue bener-bener minta maaf." Cowok itu mendekat mengurangi jarak antara mereka.

"Gue nggak ada lagi urusan sama lo! Mending kita kayak kemarin saling nggak kenal!" Ucap Kina dingin.

"Gue nggak akan bisa nglakuin itu! Gue udah nahan nggak nyapa lo, gue udah nahan nggak ngehubungin lo, gue udah nahan nggak ngebelain lo, gue udah nahan sebisa gue!" Ucap orang itu mengeluarkan semua unek-uneknya.

Kina diam, dia memilih memalingkan wajahnya mencari kata tepat untuk mengakhiri ini. Mengakhiri semua pertemanan diantara mereka selama 7 tahun belakang. Orang itu setia menunggu jawaban dari Kina atas perkataannya.

"Gue nggak minta itu! Denger, gue sama lo udah nggak ada hubungan apa-apa!" Kina mempertegas keseribu kalinya.

"Gue masih sahabat lo sampai detik ini! Gue masih jadi orang yang setia ada disamping lo! Gue mau njelasin semuanya sama lo!" Jawab orang itu tak kalah tegas.

"Jelasin apa lagi? Udah nggak ada yang perlu lo jelasin sama gue!" Kina menaikan oktaf suaranya.

Dritt.. Dritt...

Orang itu mengecek pesan yang masuk di handphonenya. Dia melirik Kina dan memasukannya ke dalam tas ranselnya. Cowok itu memeriksa jam tangannya dan menghela napas lelah.

"Gue mau ke anak-anak dan ada banyak yang gue mau jelasin 7 tahun ini. Jadi..." Orang itu berhenti dan meneguk salivanya.

"Jadi... Gue mau jemput lo nanti malem jam 7! Gue nggak ada penolakan, gue mau ngejelasin malem ini sama traktir lo. Please, gue mau kayak dulu lagi. Lo temen terbaik gue!" Orang itu memohon dengan tulus.

Cewek didepannya diam, apa yang harus dia katakan sekarang? Menerima atau menolak? Tapi, dia tahu orang ini keras kepala dan tetap akan kerumahnya. Kina menatap cowok itu.

"Nggak, gue mau lo jelasin dirumah gue, eh bukan. Dirumah simbah maksudnya, lo masih inget, kan! Pokoknya kalo penjelasan lo nggak masuk akal, gue bakal minta simbah sama ayah buat lo nggak bisa jalan." Ancam Kina.

"Jadi, lo maafin gue!" Cowok itu menahan kegembiraannya.

"Ya enggaklah! Gue denger dulu penjelasan lo baru gue pertimbangin." Kina geleng-geleng.

"Nggak papa, asal lo mau denger gue. Gue mah udah seneng." Cowok itu memperlihatkan deretan gigi putihnya.

"Gue mau pulang, sono pergi!" Kina bersiap mengayuh sepedanya kembali.

"Hmm, makasih my sandal!" Cowok itu langsung lari setelah mengatakan hal itu.

Kina melihat punggung cowok itu semakin menjauh dari pandangannya. Tanpa sepengetahuan Kina, dia tersenyum dan menahan tawanya yang hampir keluar.

"Dasar Ardan! Pinter banget dia nyimpen rahasia gue dari kutu kupret! Dasar abang jahanam!"

👟👟👟

"Keren banget tuh anak, sekali nyundul langsung gol." Yosi menyesap kopi buatan Hana.

Mereka berada dirumah Rio merayakan kemenangan anak kampung bersama sang pelatih. Tio yang masih satu kerabat dengan Rio. Kadang mereka disebut kembar karena nama mereka yang mirip Tio Rio. Bahkan singkatan mereka RT saat keluarga besar berkumpul.

"Kan dia cucunya simbah Bejo, siapa tahu dia ikutan bejo." Jawab Dimas memainkan gitar kesayangannya.

"Ngasal lo! Simbah Kina namanya Mbah Djatmi!" Yosi memukul kepala Dimas dengan kertas bekas gorengan.

"Gue bener! Itu simbahnya di Magelang, kalo disini ya gue tahu mbah Djatmi." Dimas membela dirinya.

"Oh... Gitu!" Yosi manggut-manggut.

"Emang Kina kemana?" Tanya Hana datang dengan sepiring kue cubit.

Yosi dan Dimas tersenyum kelaparan. Mereka langsung menyerbunya membabi-buta. Rio geleng-geleng dan memilih memakan gorengan daripada berebutan dengan kedua temannya itu.

"Dia nggak bisa dateng kata Dimas! Baru aja di WA dia." Jawab Rio mengunyah bakwan goreng.

"Yaa... Nggak bisa main deh! Besok ah, gue mau main kerumahnya aja!" Hana masuk kedalam rumah dengan cemberut.

"Adek lo cepet banget akrab sama Kina!" Celetuk Yosi.

"Mereka berdua sejenis, sama-sama aneh!" Ucap Rio.

"CEWEK!!!"

👟👟👟

"Assalamuallaikum!" Suara cowok dari luar rumah.

Kina menjawab salam dan membukakan pintu. Nampak seorang pemuda tinggi putih sedang tersenyum. Mata Kina memindai dari ujung kaki sampai rambut, cowok itu memakai kaos hitam polos dipadu jaket kulit dan celana jeans. Satu kata, sempurna!!!

"Lo mau kemana? Kondangan?" Tanya Kina asal.

"Gue udah tampil kayak gini masih aja dianggep kondangan? Lo gitu terus sama gue." Ardan menunduk sedih.

"Bercanda kalik, baperan lo! Ayo, masuk!" Ajak Kina membukakan pintu lebih lebar.

Ardan masuk ke dalam rumah, rumah dengan gaya tradhisional yang bercampur gaya modern. Untuk yang satu ini Ibu Kina yang mendesain sendiri rumah ini. Dulu Ibu Kina adalah seorang arsitek amatiran, tapi itu cuma otodidak. Jadi, tak ada yang tahu keahlian ibunya itu.

"Kok, sepi? Simbah sama ortu lo kemana?" Tanya Ardan duduk disofa.

"Biasa orangtua gue suka jalan-jalan nonton ketoprak di alun-alun. Simbah gue juga ikut deh." Kina duduk disofa yang bersebrangan.

"Lo, sendirian?" Tanya Ardan lagi.

"Nggaklah, ada Popong sama pakdhe disebelah. Gue udah izin kalo ada temen yang dateng, lo mau minum apa?" Tanya Kina menawarkan.

"Nggak usah, gue kesini mau ngejelasin bukan main!" Ardan menolak.

Kina manggut-manggut mengerti, itulah tujuan utama Ardam datang kerumahnya untuk menjelaskan semua yang terjadi 7 tahun ini. Keheningan menyelimuti mereka beberapa saat. Mereka diam dipikiran mereka masing-masing. Kina melirik Ardan dan kemudian berdehem.

"Ikut gue!"

👟👟👟

Maaf, kalau gaje sama banyak typo 🙏

Terus vote sama komennya😘

Salam ThunderCalp!🙌

LOVE & PLANET ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang