Popong merutuki setiap berbuatannya selama ini. Gara-gara kejadian kemarin, Kina seperti irit bicara padanya. Jika ditanya atau diajak bicara dia hanya mengangguk dan menjawab 'hmm'. Popong tak habis pikir masalah apa yang terjadi kepada Alevo dan Kina. Seakan masalah mereka sangatlah besar dan berat sampai Kina tak mau bicara dengannya.
"Vin, gue boleh duduk didepan nggak?" Tanya Kina pada seorang pemuda kurus kering dibangku depan.
"Hah? Kenapa lo?" Tanya Vino.
"Gue mau belajar serius hari ini, cuma hari ini aja. Lo duduk ama Popong, ya. Please!" Kina memasang wajah memelasnya yang paling melas.
Vino melirik Popong yang ada dipojok. Pemuda itu akhirnya mengangguk dan beranjak ke tempat Popong. Tentunya Kina berterima kasih dan duduk dengan tenang.
"Lo ama Kina kenapa?" Tanya Vino menghempaskan tubuhnya dikursi.
"Nggak kenapa-kenapa." Popong menghembuskan napasnya lelah.
Apa ini salahnya? Memangnya salah berteman dengan Alevo. Popong sudah lama mengenalnya dia tahu siapa Alevo. Walau terlihat preman dan brandal, Alevo adalah orang baik yang mengulurkan tangannya saat dirinya jatuh. Teman? Mungkin jika Kina tak pindah kemari, Alevo adalah teman terbaiknya. Atau ini tanda bahwa Popong harus menjauhi Kina dua hari. Yah, kesempatan langka yang tak boleh dibuang. Dia tak akan dicurigai sepupunya kenapa menghindar. Justru sekarang Kina yang menghindarinya. Popong tersenyum penuh kemenangan. Memang semua pasti ada jalannya.
👟👟👟
"Gimana Erga?" Tanya Gio sembari membaca buku filsafat.
"Yah, biasa dia ngurung diri. Disuruh makan dia nggak mau, persis anak kecil." Ardan membaca rumus matematika yang berkelak-kelok.
Semenjak dirinya dipukul, Erga lebih pendiam dan mengurung diri dikamar. Setiap kali mamanya memanggil, Erga banyak sekali alasan dan menyuruh bibi Jum mengantar makanan ke kamarnya. Dia tahu adiknya sedang menghindarinya, Erga tak akan bisa mengontrol emosinya jika melihat wajahnya. Dia sangat tahu sifat Erga bagaimana.
"Key gimana?" Tanya Ardan balik.
"Gue kerumahnya semalam, dia itu nggak benci ama lo. Cuma kecewa aja, lo tahu sendiri Key emang nggak suka orang bohongin dia. Apalagi lo sahabatnya!" Ucap Gio.
"Hah... Gue salah, ya?" Tanya Ardan miris pada hidupnya.
Gio menutup buku filsafatnya, walau Ardan lebih tua darinya. Untuk masalah ini cuma dirinya yang bersikap dewasa dan netral. Dia tak suka memihak, jika salah maka salah. Jika benar maka benar.
"Gue nggak tahu siapa yang salah, gue nggak tahu ceritanya kayak gimana. Kalo lo bohong itu salah, Erga mukul lo itu juga salah. Sempet kemarin gue kecewa ama lo, tapi gue tahu lo punya alasan khusus bukan sekedar Kina temen lo!" Jawab Gio.
"Sorry, gue belum bisa cerita."
"It's Okey, ini privasi lo. Tapi, kalo lo butuh sesuatu lo minta aja ama gue!" Gio tersenyum dan menepuk pundak Ardan.
Ardan mengangguk dan tersenyum, Gio memang jauh dibawahnya. Namun, pikirannya jauh diatasnya. Dia belum siap menceritakan bagaimana hubungannya dengan Kina. Ditambah para sahabatnya akan tahu masa lalunya. Dia tak mau hal itu. Apalagi tahu Kina adalah anak kecil yang mereka temui waktu kecil dulu.
👟👟👟
"Gue masih nggak nyangka abang lo kenal ama cewek labil itu!" Ucap Key memainkan skateboardnya dilorong.
"Gue apalagi! Dia abang gue! Gue masih marah ama dia!" Erga memasang earphonenya.
Banyak anak perempuan yang memandang kearah mereka berdua dengan tatapan memuja. Seangkatannya Key dan Erga terkenal dengan ketampanannya bak pangeran. Tak jarang beberapa murid berteriak histeris seakan bertemu artis. Kecuali, satu orang yang hanya melewati mereka tanpa melirik ataupun bicara.
"Eh... Lo berhenti!" Ucap Key menghentikan laju skateboardnya.
Key membawa mainannya disamping dan menghampiri Kina yang berada dibelakang. Kina menoleh dan mengangkat alisnya. Tak biasanya Key mau biaca dengannya.
"Gue mau bicara ama lo! Penting!" Key menarik tangan Kina.
Gadis itu cuma pasrah, dia tidak berniat melawan. Toh, hanya akan membuang energi. Erga mendengus dan mengikuti temannya dari belakang. Mereka berjalan ke arah taman sekolah yang sepi.
"Mau apa?"
"Hah... Gue ada pertanyaan banyak ama lo, jawab yang jujur! Ngerti!"
"Yah... Terserahlah, gue nggak peduli." Kina melipat tangannya kedepan dada.
"Apa hubungan lo ama Ardan?" Tanya Key.
"Ahh... Hmm... Ya kayak ama lo berdua." Jawab Kina seadanya.
"Bohong lo! Jawab jujur!!!" Bentak Erga ikut bicara.
"Gue udah jujur! Mau apa lagi? Oh, lo pada mau gue bilang gue temenan ama Ardan lama, terus gara-gara amesianya Ardan. Dia lupa 7 tahun ama gue. Terus secara nggak sengaja gue pindah kemari. Ketemu Ardan dan temenan lagi ama dia. Gitu?"
Degg...
Erga terkejut akan penuturan Kina barusan. Darimana gadis didepannya tahu kakaknya amesia. Berarti benar mereka berteman lama atau hanya Kina yang asal bicara. Tidak! Tak ada yang tahu masalah amesia kecuali keluarganya saja. Mungkinkah Ardan yang menceritakannya?
"Ck, sinetron banget! Lo beneran nggak kenal ama Ardan? Jujur aja, yaelah." Key berdecak kesal.
"Tuh, udah jujur Keke! Udahlah gue capek ditanya nggak penting." Kina kabur begitu saja.
Erga memijat pelipisnya dan pergi meninggalkan Key yang masih termangun. Key diam mematung ditempatnya, baru saja seorang memanggil nama kecilnya. Nama itu hanya nenek dan kakeknya yang tahu.
"Keke?"
👟👟👟
"Bentuk kelompok lima orang, kerjakan soal evalusi nomer 1-5. Besok dikumpulkan dimeja ibu. Ibu ada rapat sekarang. Assalmualaikum." Bu Sri pergi membawa berbagai barangnya.
"Wallaikumsalam."
Kina lesu dan menyandarkan tubuhnya ke kursi. Kelompok? Mana mungkin dia bisa satu kelompok dengan Popong yang dia hindari satu hari ini. Kina menatap sekeliling, semua anak sudah mendapat kelompok mereka masing-masing.
"Lang, kelompok lo masih sisa nggak?" Tanya Kina kepada teman semejanya.
"Full, biasanya kelompoknya tetep. Oh... Kelompoknya Erga! Biasanya mereka berempat terus." Jawab Langgis.
"Hmm, makasih." Dengan malas Kina menghampiri meja pojok. Bukan kearah Popong, pemuda gempal itu sudah mendapat kelompoknya.
Gadis itu berjalan kearah Erga cs. Apalah daya dirinya yang anak baru tak tahu apa-apa. Walau hubungannya buruk dia tak mau nilainya buruk juga. Kina meneguk salivanya, dia cukup gugup.
"Pokoknya nanti dirumah gue! Ada game baru, semalam gue baru beli!" Ajak Key semangat.
"Hmm... Yang penting gue nggak mau lama-lama." Ucap Erga dingin.
"Kan ada Gio! Tenang, gue juga sama." Key melirik Ardan yang sibuk belajar.
Meski hubungan mereka tak baik, Key dan Erga masih mau satu kelompok dengan Ardan. Ardan mendengar pembicaraan mereka cuma diam membisu. Jika dia ikut bicara kondisinya akan semakin kacau. Diam, itu solusi terbaik baginya sekarang.
"Hmm, gue boleh gabung?"
👟👟👟
Salam ThunderCalp!
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE & PLANET ( END )
Teen FictionApa jadinya dua planet saling bertabrakan? Satu kata yang pasti... Hancur... Apa jadinya Kina harus pindah sekolah dan bertemu orang-orang di masa lalunya? Jangan ditanya akan jadi apa dirinya menghadapi segala kemungkinan di depan. Dari kawan lama...