"Hahah... Mana tuh yang kuning?"
Kina menatap Erga tajam, sedari tadi pemuda itu tertawa. Sampai setiap melewati koridor semua anak menegoknya karena suara tawa Erga yang keras. Kina mengumpat dalam hati dan hanya memberikan senyuk kecutnya. Nasib kaos kaki kuningnya sudah berada ditangan yang tepat. Dia menganti kaos kakinya dengan kaos kaki cadangan.
"Diem lo, gue syukur ya kemarin-kemarin lo nggak buat gara-gara sama gue. Kenapa sekarang lo malah ngajak ribut, hah?" Bentak Kina marah.
"Gue, ngajak lo ribut? Eh, neng lo duluan yang ngajak ribut bukan gue." Jawab Erga santai.
"Bodo, ah. Bisa-bisanya gue sempat mau bilang makasih sama lo." Kina berjalan cepat namun tangannya langsung dipegang erat oleh Erga.
Mereka saling menatap satu sama lain sebelum Kina menginjak kaki Erga ganas. Kilat amarah terpampang diwajah Erga karena injakan Kina super sakit pada sepatunya.
"Lo belum terimakasih sama gue, jadi gue anggap lo utang." Wajah Erga berubah sinis.
"Apa? Lo nggak ikhlas kan nolong orang apalagi musuh lo ini. Gue nggak punya utang sama lo!"
"Oh, jadi gini cewek baik katanya disuruh makasih aja susah."
"Ck, iya-iya. Makasih ya Erga ganteng, lucu, dan imut. Kina jadi gemes dah." Kina mencubit pipi Erga dengan sedikit jinjit.
"Auw..."
"Wlekk..."
Kina menjulurkan lidahnya dan pergi duluan daripada harus berinteraksi dengan Erga. Dia ingin cepat selesai, setidaknya menjaga jarak dari salah satu geng itu akan membuat dirinya sedikit tenang. Sudah cukup selama ini dia masuk ke dalam permusuhan tak jelasnya selama ini. Dia hampir melupakan sesuatu yang berharga.
"Gue pengen kita semua kayak dulu, tapi sekarang kayaknya nggak mungkin."
👟👟👟
"Sini lo, gue kesini karena lo masak lo enak-enakan ngaso." Kina ingin melempar tumpukan buku ke wajah Erga.
Pemuda yang disuruh hanya melirik sekilas dan kembali ke aktivitasnya dibawah AC. Dia kepanasan dan memilih rebahan dibawah pendingin ruangan. Kina melotot dan melempar satu buku yang dekat dengannya.
Dukk...
"Auw..." Kepala Erga tertubruk buku besar sebesar kamus bahasa inggris.
Pemuda itu memungut buku yang dilempar sembari mengelus kepalanya yang sakit. Wajahnya mengeras dan menatap Kina garang. Kina bersedekap dada dengan tampang sok menantang. Dia tidak takut! Sama sekali tidak takut!
"Lo harus tanggung jawab kalo gue sampe amesia." Erga menunjuk wajah Kina.
"Lebay, ngaku cowok eh tahunya bukan." Kina mengambil beberapa tumpuk buku dan menyerahkan pada Erga sebelum pemuda itu bicara lagi.
"Lo!"
"Apa!!"
Kina mengangkat dagunya ke atas, dalam hal ini tak ada kata menyerah dalam kamus Kina. Rahang Erga mengeras tahu Kina menantang dirinya. Harga dirinya kembali tercabik-cabik oleh gadis dihadapannya. Penyeselan memang selalu datang belakangan, seharusnya dirinya menyuruh anak lain daripada mendapatkan sikap Kina yang menyebalkan dimatanya. Mata Erga mengamati wajah Kina, sudut dahinya masih tertempel plester meningatkannya kembali akan kebodohannya kemarin.
"Bahasnya nanti aja, gue tahu lo marah kan. Nanti aja ya, lo simpen aja. Gue nggak punya kembalian soalnya." Kina melambaikan tangannya dan membawa buku sebagian lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE & PLANET ( END )
Ficção AdolescenteApa jadinya dua planet saling bertabrakan? Satu kata yang pasti... Hancur... Apa jadinya Kina harus pindah sekolah dan bertemu orang-orang di masa lalunya? Jangan ditanya akan jadi apa dirinya menghadapi segala kemungkinan di depan. Dari kawan lama...