"Lo, kenapa bisa bereng Kina?"
Ardan mengangkat alisnya penuh tanda tanya. Seakan-akan dirinya telah melakukan kesalahan fatal. Memangnya apa masalahnya dirinya mengantar Kina pulang. Toh, dirinya teman sekaligus sahabat dekat Kina dari kecil. Justru Ardan yang aneh, cowok didepannya bertanya seperti itu. Tapi, sejurus kemudian dia tahu! Bahwa musuhnya baru saja mengibarkan bendera peperangan.
"Gue temannya." Jawab Ardan singkat.
"Hah? Temen? Bukannya lo kakaknya si Erga? Lo sama temen-temen lo pada bully Popong kan?" Dimas sangat curiga akan kehadiran Ardan.
"Hm. Minumannya datang!" Kina sudah menganti seragamnya dengan baju santai sembari membawa minuman untuk kedua tamunya. Dia juga membawa sepiring kue coklat.
"Thanks." Ardan berterima kasih pada Kina. Bukan untuk minumannya tapi membantu dirinya dari pertanyaan Dimas yang kelewat mengintrogasi. Ardan meminum jus mangganya dan menghilangkan rasa dahaganya.
"Lo berdua bicara apa? Serius amat, kayak mau ikut test masuk PTN aja." Kina menyandarkan tubuhnya.
"Nggak penting, cuma urusan cowok!" Jawab Dimas melahap sepotong kue coklat.
"Wahhh, urusan apa? Jiwa gue laki lho, lo berdua mau main game? Main sepak bola lagi? Gue ikut deh, gabut dirumah." Cerocos Kina.
"Beneran lo mau ikutan?" Tanya Dimas.
"Yoi!" Kina nampak bersemangat.
"Hmm... Lo mau...
Jadi putri yang direbutin dua kerajaan?"
👟👟👟
"Lo dari mana?" Tanya Gio pada Ardan yang baru pulang.
"Dari rumah Kina, Key sama Erga kemana?" Tanya Ardan merebahkan dirinya di sofa.
Tangannya memijat pelipisnya, semakin lama masalahnya bertambah satu persatu. Sungguh ingin rasanya menjabik mulut Dimas agar tak berkoar-koar. Anak kampung itu benar-benar ingin mulai perang dengannya. Apalagi kalimat terakhir yang dilontarkan.
Flashback...
"Lo mau jadi putri yang direbutin dua kerajaan?" Tanya Dimas.
"Hah... Game apa an tuh? Aneh banget, emang masih ya jamannya kerajaan. Biasanya tembak-tembakan militer." Kina bingung dengan apa yang Dimas katakan.
"Yeee, ini terbaru lagi. Lagi hist, mau nggak. Lo jadi putrinya biar kita yang nylametin lo dari naga?" Dimas tampak menampilkan senyum miringnya.
"Nggak ah, gue mau jadi pahlawannya. Gue nggak mau hanya diem ngarep diselamatin. Gue mau jadi yang nglindungin bukan dilindungin!" Kina bersikeras tak mau jadi tuan putri.
"Lo nggak akan jadi kesatria, gue yang akan jadi satria lo!" Dimas tersenyum sinis melihat Ardan.
"Hah, serah dah!"
Ardan tahu bendera perang telah berkibar untuknya. Maka dia akan mengibarkan bendera perang dan memenangkan perang dengan caranya sendiri.
Flashback End...
"Pergi." Jawab Gio singkat.
"Oh."
Ardan mengambil handphonenya dan melihat layar. Wajah seorang gadis menghiasi dengan senyum merekah. Ardan tersenyum kecil melihatnya. Hatinya menghangat setiap kali Kina tersenyum. Satu hal yang keinginannya. Untuk kali ini saja dia ingin bertindak egois.
👟👟👟
"Meski bibir ini tak berkata bukan berarti kutak percaya ada yang berbeda diantara kita~..." Yosi mengenjreng gitar dengan penuh penghayatan. Mimpinya ingin manggung dan karyanya disukai semua orang.
Disampingnya Dimas menatap langit malam. Bulan bersinar indah ditemani taburan bintang. Dia teringat seorang gadis yang tiba-tiba muncul dan mengganggu pikirannya selama ini.
"Sampe kapan lo nglamun? Sampe simbah lo nikah lagi?" Yosi asik memainkan gitar dipangkuannya.
"Lo nggak akan pernah tahu! Gimana efek lagi jatuh cinta!" Dimas sekali lagi memandang sang bulan.
Yosi terdiam beberapa saat, dia memijat pelipisnya.
"Lo boleh suka sama siapa pun, tapi jangan sampai itu buat lo matiin logika lo. Cinta itu butuh logika bukan cuma pakek hati. Karena sampai lo pakek semua hati lo, akhirnya lo akan menjadi makhluk paling menyedihkan!" Yosi tersenyum kecut.
Orang disampingnya diam, kalimat itu adalah kalimat paling ngena dari seorang Yosi. Entahlah hatinya memang sudah dipenuhi rasa 'itu'. Dia tak akan memikirkan logika nya. Sebab, dia sudah terlalu dalam masuk ke dalam hatinya bukan logikanya.
"Lo kok jadi bijak gini?"
"Heh, gue juga manusia yang pernah merasakan arti dari jatuh cinta."
👟👟👟
"Apa alasan lo?" Key duduk diatas motornya menikmati udara malam hari yang dingin.
Erga berdecak kesal, dia memijat pelipisnya bingung. Dia tak habis pikir tubuhnya bisa bergerak sendiri membantu Kina. Bahkan dia rela terluka hanya untuk mengambil tandu di UKS. Erga juga sempat marah-marah anggota PMR yang dianggapnya tidak becus. Sekarang dia bingung sendiri dengan sikap anehnya.
"Ck, bodo amat!" Erga melempar kaleng soda ke tong sampah. Dia mengukur jarak dan masuk ke dalam tong.
"Heh, bilang aja lo itu peduli!"
"Gue? Seorang Erga Yaunda peduli sama cewek labil itu? Haha... Aneh lo!"
"Gini ya, Ga! Benci sama Cinta itu beda tipis. Saat lo bilang benci nyatanya hati lo itu bilang sebaliknya."
"Sarap lo!" Erga masih memiliki harga diri yang dijunjung teguh oleh dirinya. Bagaimana pun juga dia memiliki pikiran untuk menolak fakta dari Key.
Mungkin hanya kasian saat dirinya melihat Kina pingsan. Erga menerapkan pemikiran itu, dia hanya sebatas kasian dan rasa peduli akan sesama yang tinggi. Tidak lebih dari itu! Tidak ada perasaan peduli secara khusus atau apalah itu.
👟👟👟
"Apa segitu jahatnya gue di mata lo?"
Seorang pemuda duduk diatas motornya memandangi jalanan yang penuh dengan remaja. Bau asap rokok sangat menyengat ditambah kepulan asap motor. Pemuda itu membuang rokoknya dan menginjaknya sampai bara di ujung rokok padam. Napasnya memburu dan tubuhnya diselimuti hawa panas walau nyatanya udara malam begitu dingin malam ini.
"Lo mau balapan?" Pemuda lain datang menghampiri nya.
Pemuda itu menggangguk mengiyakan tawaran temannya. Adrenalinnya ingin dipacu menembus jantungnya. Dia butuh pelarian dari masalahnya. Sudah terlalu banyak hal yang dia pikirkan sampai dia lupa waktu bersenang-senang.
"Siapa?"
"SMA sebelah, lo yakin?" Temannya terlihat gelisah, dia tahu betul sifat siapa lawan mereka kali ini.
"Pecundang mereka! Taruhannya apa an?"
"Motor!"
"Biasa!"
"Lo mau apa an?"
"Gue mau lebih!"
"Kalo dia mandang gue jahat, gue bakal ngabulin harapannya!"
👟👟👟
Salam ThunderCalp!🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE & PLANET ( END )
Teen FictionApa jadinya dua planet saling bertabrakan? Satu kata yang pasti... Hancur... Apa jadinya Kina harus pindah sekolah dan bertemu orang-orang di masa lalunya? Jangan ditanya akan jadi apa dirinya menghadapi segala kemungkinan di depan. Dari kawan lama...