Hari ini penentuan hidup dan matinya seorang Kina. Dia mengacak rambutnya frustasi, 10 soal dihadapannya cukup menyiksanya. Waktu masih lama tapi dia baru menjawab satu soal tinggal 9 soal lagi. Hal penting, ujian kali ini harus ada cara penyelesaiannya secara urut dan lengkap.
Disampingnya Popong bergerak cepat menulis tiap inci angka dalam menyelesaikan jawaban kelimanya. Erga dan Gio menjawab di nomer sama, mereka mengerjakan soal ke-8 tanpa masalah. Sedangkan Key, wajahnya memelas karena angkanya tak pernah ditemukan di pilihan yang tersedia.
Ardan cukup berhasil ke jawaban ke tiganya. Kurang 7 soal lagi, dia punya motivasi paling kuat mendapat nilai 8 lebih. Dia perlu menjawab 8 soal dengan benar dan tepat. Semalam dia belajar serius sampai tengah malam.
Jam berjalan cepat, kurang 5 menit lagi ujian berakhir. Kina mendengus kesal, dia sampai soal ke- 8 nya penuh usaha keras. Semua anak tampak berusaha keras ujian matematika pertama mereka disemester awal ini.
"Waktu habis, silahkan maju." Suara horor pak Somat.
Wajah Kina memelas, berakhir sudah ujian hidupnya selama dua jam ini. Tinggal menunggu hasilnya dan semua akan berakhir selamanya.
👟👟👟
"Hah, gue kayaknya remidi" Kina meminum gelas es jeruknya kesal.
"Makanya belajar!" Ucap Popong mengaduk es tehnya.
"Udah, tapi kan kemarin tangan gue sakit sama pegel-pegel jadi nggak mood. Awas aja kalo ketemu, gue bejek terus gue goreng. Kasih sambel ama nasi terus gue makan!"
"Lo mau jadi si pemakan manusia itu?"
"Gue bahas ayam kok, kemarin ayamnya simbah nyakar gue. Sakit, nih lengen gue."
Kina mengulung bajunya sedikit dan memperlihatkan tangannya merah-merah. Wajah Kina pura-pura kesakitan dan sedih. Erga yang baru lewat memperhatikan gadis itu. Lebam biru terpasang di dagunya dan plester di tangan kanannya. Karena sudah tak tahan dia berjalan ke meja Kina.
"Lo habis berantem?" Tanya Erga bersedekap dada.
"Hah? Lo ngomong sama siapa?" Tanya Kina menyedot air jeruknya.
"Ck, tambah bego. Sama lo lah, masak sama nih bocah." Tunjuk Erga pada Popong menggunakan dagu.
"Yoi, sama ayam." Jawab Kina santai.
"Hmfttt... Ayam? Bwuahaha..." Erga tertawa terbahak-bahak.
"Hm, gue dicakar tuh sampe merah. Sakit tahu nggak." Ngadu Kina pada Erga yang masih tertawa.
"Peduli amat." Erga berlalu tanpa ada beban walau sebenarnya dia ingin bertanya lebih.
Wajah Kina cerah seketika, dia kembali melanjutkan acara makannya yang sempat tertunda. Popong mengelung seyum menatap sepupunya yang lahap makan. Dia akan merindukan senyum itu, dia akan merindukan saat-saat ini bersama sepupu perempuan satu-satunya.
"Kin, gue mau jujur. Tapi, lo jangan marah sama gue!" Peringat Popong.
"Hah? Oh, oke. Cepet, gue penasaran." Kina menghentikan sejenak acaranya.
"Hm. Gue mau minta maaf selama ini gue bohong. Jujur gue nggak maksud bohong sama lo. Gue nggak dibully sebenarnya." Popong berhenti dan melihat reaksi Kina. Gadis itu masih mendengarkan.
"Terus aja."
"Gue sama Erga buat taruhan, yang kalah bakal jadi babu dan gue kalah. Kemarin itu gue baru aja jadi babu mereka di kantin. Lo dateng, tentu gue kaget. Tapi, gue tetep jadi Popong dimata lo. Gue gelutin sumo udah dua tahun ini. Nggak ada yang tahu kecuali geng Erga sama Al.
Gue temenan lama ama dia, gue nggak tahu masalah lo sama Al. Tapi, gue selalu diminta cari informasi lo buat dia. Dia kelihatan seneng waktu gue kasih tahu lo pindah kesini. Gue kira kalian temenan. Dan g-gue ngrokok, Kin." Popong tertunduk dalam memainkan jarinya.
"Iya, gue tahu. Gue bisa mbedain orang pake atau nggak. Tenang aja lo aman."
"Tapi, gue udah berhenti. Lo bisa pegang omongan gue."
"Gue percaya. Pong, mulai sekarang lo jadi diri lo sendiri aja. Jangan jadi Popong dimata gue, jadilah Popong emang Popong. Gue nggak mau lo dikekang. Terus lo masih berurusan dengan Al?" Tanya Kina.
"Gue udah nggak lagi main ama dia. Lo sebenarnya ada masalah apa, sih?"
"Gue...
Gue sama Al pernah deket, waktu SMP kita bareng. Pulang pergi. Gue punya sahabat namanya Johan." Dada Kina kembali sesak mengingat nama itu lagi.
"Mereka jadi temenan, tapi temenan mereka nggak sehat. Johan makek Pong! Dia makek sampe batas nggak wajar. Dia hampir mati! Dia koma dibawa ke luar negeri sama keluarganya. Dan lo tahu siapa yang distribusiin ke dia?" Tanya Kina berkaca-kaca.
"S-siapa?"
"Al, Pong. Orang itu buat sohib gue pergi!"
👟👟👟
"Al!"
Teriak Popong memanggil pemuda itu diatas atap sekolah. Wajah Popong memerah emosi, dari penuturan Kina. Dia tahu satu hal bahwa pertemanan mereka cuma omong kosong. Bagi Alevo Popong cuma pencari informasi dan pesuruh.
"Apa? Lo mau rokok?" Tawar Alevo menyodorkan satu batang rokok.
"Lo! Kampret lo!" Bentak Popong mencengkram krah baju Alevo.
"Apaan, hm?" Wajah Alevo masih santai menanggapi Popong yang marah.
"Lo cuma maanfatin gue cari informasi tentang Kina! Lo mau apa lagi sama sepupu gue, hah?" Popong mendorong keras tubuh Al sampai menghantam tembok.
"Oh, udah tahu. Ya apa lagi?" Alevo mengangkat bahunya tak peduli.
"Gue peringatin ama lo, sampe lo buat gara-gara ama dia. Gue bakal jadi orang pertama yang cari lo! Bangsatt lo!" Ancam Popong.
"Bukannya besok lo pergi, ya?" Alevo membersihkan debu di seragamnya.
Kilatan amarah menghampiri Popong, dia akan pergi besok ke Lampung bersama ayahnya. Bukan satu hari dua hari, mereka akan menetap disana selama-lamanya. Ayah Popong asli sana dan ibunya asli sini. Sebenarnya Popong tidak ingin jauh dari makam ibunya tapi ini ajakan keluarga besar ayahnya untuk tinggal di Lampung. Ini keinginan keras nenek dan kakeknya.
"Bukan cuma gue, Al. Kina punya banyak satria yang lebih dari gue. Asalkan lo tahu, jauh dari bayangan lo ada orang yang siap jadi tameng Kina apapun risikonya. Lo cuma tombak kecil yang hanya jadi masa lalu nggak berarti!"
"Tombak kecilpun bisa jadi ribuan tombak yang mematikan, Pong!"
"Hehe... Gue kasian ama lo. Segitunya lo cari perhatian dia, gue saranin berhenti. Karena apa? Karena semakin lo gencar semakin Kina ngejauh dari lo. Bukannya lo paling benci itu."
👟👟👟
Walau gaje, silahkan nikmati cerita saya ini!!! Kritik dan saran jangan lupa ya, hehe...
Salam ThunderCalp!🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE & PLANET ( END )
Teen FictionApa jadinya dua planet saling bertabrakan? Satu kata yang pasti... Hancur... Apa jadinya Kina harus pindah sekolah dan bertemu orang-orang di masa lalunya? Jangan ditanya akan jadi apa dirinya menghadapi segala kemungkinan di depan. Dari kawan lama...