38. Benci?

563 69 1
                                    

"Pulang bareng gue?" Tawar Ardan sudah memakai helm diatas motor besarnya.

"Kan pengumumannya jadi besok, jadi nggak usah. Besok aja kalo lo benar-benar dapet 8, oke. See you!" Kina menepuk pundak Ardan dan melangkah pergi.

Pilihan Kina jatuh pada pulang sendirian, dia ingin sebenarnya meminta Dimas cs menjemlutnya tapi dia urungkan karena video itu. Sejauh ini mereka belum menghubunginya termasuk kakaknya. Dia khawatir jika kakaknya tahu tentang videonya berkelahi kembali. Dirinya akan dipaksa kembali ke Jakarta dan melanjutkan studi disana sampai kuliah nanti. Dia juga belum mendapat informasi dari Popong, tapi dia senang sepupunta sudah pergi tanpa terlibat lebih jauh.

"Naik!" Perintah seorang pengendara sepeda motor yang berhenti di depan Kina.

"Siapa lo?" Kina mengerutkan dahinya. Cowok didepannya memiliki badan kecil yang berbeda dengan Ardan.

"Ck, udah naik. Kalo mereka datengin lo gimana? Lo mau dibuatin video lagi, hah!" Bantaknya.

"Yeelah, lo pikir gue cewek apaan. Di gebeng aja gue juga bisa. Udah sono!" Usir Kina tahu siapa pengendara motor.

Cowok itu melepas helmnya dan menampakan rambut berantakan. Bukan Erga, melainkan teman masa kecil Kina di Magelang. Key mengambil helm warna pink dan menyodorkan pada Kina. Cewek itu menahan tawanya namun tak jadi berhubung dia sedang dalan keadaan sok cool.

"Gue bisa jaga diri!" Tolak Kina.

"Gue tahu kalik, lo pikir otak gue sama kayak lo. Gue jauh lebih pinter, gue mau ngomong masalah serius."

"Apaan?"

"Nanti aja, lo ikut gue. Gue traktir deh!"

"Gue curiga sama lo, lo mau macem-macem ya!" Tunjuk Kina ke wajah Key.

"Lo bisa tendang gue!"

"Bener juga, eits... Gue mau pulang, ibu nungguin gue."

"Gue anter lo nanti, sekarang lo ikut gue. Harus!"

Kina mengetuk-etuk pipinya tertanda sedang menimbang ajakan Key. Dia melihat kanan kiri dan mengambil helm pink cepat. Mungkin kali ini ajakan Key bisa dia terima. Toh, baru saat ini cowok itu mengajaknya pergi.

"Oke, kalo lo macem-macem gue tendang lo!"

👟👟👟

"Gile, lo!" Kina turun memegang dadanya.

Dua kali sudah dirinya dibawa terbang menggunakan motor. Jantungnya berdetak cepat, sebab utamanya adalah Key yang membawa motornya dengan cara luar biasa cepat mirip pembalap. Key cengegesan melepas helmnya puas. Dia sudah merencanakannya sedari awal.

"Kampungan lo!"

"Gue pukul nyahok!" Kina menarik lengannya ke atas dan berlagak petinju profesional.

"Sini!" Key ikutan mempraktikan hal yang sama.

Mereka saling memutari satu dengan yang lainnya. Mata mereka memincing waspada tanda petarungan mereka amat berbahaya dan keji. Orang-orang melihat mereka hanya diam menahan tawa. Melihat kelakuan dua remaja bertingkah aneh didepan sebuah cafe.

"Ck, malu-maluin gue!" Key masuk duluan meninggalkan Kina yang berteriak.

"Woyyyy!!!" Kina mengejar cowok itu.

Mereka memilih tempat paling sepi dan duduk tenang. Key mengangkat tangannya dan memesan sesuatu yang menurut Kina merupakan makanan dan minuman mahal dikantongnya.

"Lo nggak tanya pesenan gue?" Kina bersedekap dada.

"Eh, yang punya uang siapa? Gratisan aja sok."

"Wooooo, kampretooo."

Key terkekeh geli melihat Kina yang cemberut. Cewek itu terlihat lucu dan mengemaskan dalam waktu bersamaan. Tapi, lebih lucu dan mengemaskan skateboardnya dibandingkan cewek didepannya saat ini. Hanya saja Key merasa selalu ingin tertawa didekat Kina.

"Lo mau bicara apa?" Tanya Kina.

"Lo nggak mau bilang apa gitu?" Key tanya balik.

"Bilang apaan? Oh, makasih traktirannya."

"Bukan, lo... Lo nggak inget atau cuma pura-pura?"

"Maksudnya?"

"Kiki nggak inget Keke?"

Degg...

Kina terpaku meresapi ucapan Key. Dia ingat nama panggilan kecilnya dan nama panggilan teman kecilnya. Teman 1 tahunnya yang selalu bermain dan kemana-mana bersama bak perangko dan lem. Wajah Kina terangkat, dia tersenyum senang dan memperlihatkan deretan gigi putihnya.

"Gue kira lo yang nggak inget."

"Maafin, gue."

"Untuk?"

"Harusnya gue dari awal inget sama lo, bukannya buat lo menderita. Sikap gue yang kurang ajar, maaf."

"Haha... Gue maklum lo lupa, toh waktu itu kita masih sangat kecil. Jangan minta maaf sama gue."

"Lo nggak benci gue kan?"

Kina menggeleng pelan, dia lebih senang teman kecilnya ingat kepadanya. Karena dia ingat sendiri bukannya Kina harus mengingatkan. Cewek itu tertawa renyah memegang perutnya. Wajah cemas Key mengocok perutnya.

"Lo cuma mau bilang ini?"

"Hm."

"Lo kok jadi lucu, sih." Kina semakin tertawa.

"Gue mau kelarin masalah kita, mulai hari ini lo nggak akan lagi diganggu sama siapapun. Pokoknya lo jadi urusan gue!"

👟👟👟

"Besok, lo bakal tamat!" Alevo menghisap rokoknya penuh kenikmatan.

Pikirannya melayang pada kejadian tadi pagi. Prediksinya benar soal kegemparan video. Video itu memang sudah dihapus dan dia tetap senang. Rencananya berhasil untuk ledakan paling besar nantinya. Tentu efek dari video itu tidaklah main-main.

"Oh, lo disini?" Suara seseorang mengganggu indra pendengaran nya.

Alevo berdiri dan merenggangkan ototnya. Dihadapannya berdiri orang pemegang karate sabuk hitam. Wajah Erga mengeras dan berniat melakukan hal berbahaya kepada Alevo bila mereka tidak berada di lingkungan sekolah.

Setelah Kina memberitahu Erga dan lainnya. Cewek itu sudah mewanti-wanti agar tidak mencari gara-gara pada penyebar video aslias Alevo. Dari mana Kina tahu sebab Gilang lah yang memberitahu kronologisnya. Mana mungkin Erga diam membiarkan sang pembawa bahaya masih berkeliaran bebas. Orang itu butuh pelajaran atau setidaknya hukuman setimpal atas perbuatannya yang hampir mencelakai orang lain.

"Pahlawan kesiangan?"

"Lo makin psikopat!" Desis Erga.

"Makasih, pujiannya. Haha..." Tawa Alevo menggelegar bak orang kesetanan.

"Lo mau bikin anak orang celaka?" Suara Erga semakin meninggi menghadapi tingkah laku Alevo.

"Nggak usah ikut campur! Pergi lo!" Usir Alevo melempar batang rokoknya sembarangan.

"Awas lo! Gue peringatin, ini wilayah kekuasaan gue. Lo udah turun!" Ancam Erga menunjuk wajah cowok bertindik didepannya.

"Heh, sok pahlawan! Kenapa? Kenapa lo bela dia? Mau dianggap superheronya atau lo jangan-jangan..."

"DIEM!"

Erga langsung memotong ucapan Alevo sebelum dia melanjutkan kata-katanya. Amarah menguar didalam tubuhnya. Tangan Erga mengepal kuat dan menatap tajam Alevo sembari memberikan kata-kata memohok.

"Gue mau jadi tamengnya!"

👟👟👟

Kalian tim siapa?

Semoga kalian menantikan kelanjutannya!

Salam ThunderCalp!🤗

LOVE & PLANET ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang