45. Keputusan

531 75 0
                                    

"Wira!!!!"

"Wiraa!!!"

Alevo mengedor-ngedor pagar rumah Wira yang bercat putih. Sejak mendengar berita geng motor, Alevo langsung ingin menemui Wira. Tapi sampai malam pun pemuda yang dicarinya tak muncul juga.

"Sialan! Keluar lo!"

"Hoaammm!!! Lo apaan datang ke rumah orang sejak tadi nggak pulang-pulang!"

"Keluar lo! Apa maksud lo cari perkara sama SMA gue?"

"SMA kita maksudnya?"

"Jangan coba-coba suruh anak buah lo cari masalah lagi!"

"Bukannya lo malah seneng? Udah gue bantu dan sekarang lo marah?"

"Eh, lo maanfaatin gue!"

"Oh, baru nyadar?"

"Buka!"

"Dengar perkataan gue ini, sekalinya lo ikut sampai akhir lo bakal keseret. Lo mau semua orang tahu lo itu-"

"TUTUP MULUT LO!!!"

"Santai aja, nikmatin aja sebelum gue bikin dia mati! Pak usir dia, dasar kecoak!"

"Sialan lo Wir!!!"

"Maaf, anda pergi sekarang."

Alevo menendang pagar sekali dan pergi. Dia lupa berurusan dengan Wira bukanlah sebuah kebaikan. Alevo memacu motornya secepat mungkin. Akan ada masalah besar nantinya dan dia sudah tak tahu harus berbuat apa menghentikan ini semua. Seharusnya dia sadar sejak awal bukannya membuat masalah baru.

"Maaf, Kin!"

👟👟👟

"Dengar ya!"

"Apaan?"

"Gue mohon sama lo! Please, gue nggak mau masalah ini sampai jalur hukum."

"Hah?" Erga menatap Kina yang memohon padanya.

Bahkan gadis itu sempat ingin sujud demi seorang Alevo. Erga memincing dan berniat tak memperdulikan Kina yang memelas.

"Eh, cewek cacingan! Kalau polisi turun tangan mereka bakalan jera dan perjanjian lo sama Wira juga nggak akan ada lagi. Emangnya apa yang lo harapin dari Alevo sama Wira?"

Kina mengigit bibir bawahnya gelisah, dadanya naik turun setelah berlari dari gerbang sampai kelasnya. Dia tahu berita Erga yang ingin memasukan geng motor itu ke pihak berwenang dari Ardan.

"Oh, lo jangan-jangan suka dia ya?"

"Tapi, rencana lo apa nggak dibahas sama anak-anak?"

"Gio malah kepikiran hal yang sama dan Key juga nggak nolak."

"Ga, gue cuma takut mereka malah melakukan hal lebih berbahaya lagi!"

"Kalau didiemin kita yang susah! Pokoknya gue mau makek jalur itu. Entah lo suka apa nggak, bukan urusan gue!"

Kina menatap kepergian Erga dengan frustasi. Dia tak tahu Erga akan melakukan itu. Kina hanya takut Wira dan para antek-anteknya malah berbuat lebih berbahaya dari ini. Terutama Wira yang bisa melakukan apa saja yang dia mau.

"Kina!"

"Oh, hai!"

"Kenapa?"

"Gue nggak tahu, gimana nih?"

"Gue nggak bisa nggak nolak, keselamatan lo sama semua orang dipertaruhkan. Gimana kalau mereka nyerang sini?"

"Err, gue nggak tahu!"

LOVE & PLANET ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang