20. Curiga

661 68 0
                                    

Dimas memandang Kina yang bermain catur bersama Hana. Mereka tampak serius, sesekali ada bagian yang mereka mengumpat kesal. Sore ini Hana sudah punya rencana perteman dengan Kina. Lagi-lagi Dimas datang secarq tiba-tiba dan hampir mengacaukan rencananya.

"Belum selesai?" Tanya Dimas.

"Lo nggak lihat raja gue masih berdiri?" Ucap Hana sewot.

"Huh, cepetan... Lama amat raja lo kalahnya." Dimas memainkan handphonenya.

"Enak aja lo bilang, sono pergi... Lo nganggu gue ama Kina!" Hana mendorong bahu Dimas kasar.

"Eh... Kasar lo jadi cewek!" Dimas berganti mendorong bahu Hana pelan.

"Stsst... Diem, gue lagi mikir!" Bentak Kina memijat pelipisnya.

Kemenangannya sudah berada di ujung tanduk. Raja milik Hana sudah tersedak dipojok tinggal bagaimana dia memposisikan bentengnya. Kina mengeser bentengnya ke tengah dan...

"Skakmatt!!!" Kina tersenyum puas.

"Ahhh... Kalah, Kina emang wonderwoman! Kina ajari Hana ya. Ya ya... Please!" Hana memperlihatkan puppy eyes nya pada Kina.

"Lo udah jago Han, kurang beruntung aja!" Kina tersenyum.

"Lo itu emang dasarnya bejo! Kalo Hana emang nggak pernah di takdirkan bejo!" Ucap Dimas asal.

"Eh, tukang panci bawel lo jadi orang!" Hana mencambak rambut Dimas ganas.

"Arght... Sakit bego!" Dimas mencoba melepas tangan Hana dari rambutnya.

"Diem!!! Pusing gue lihatnya!!!" Bentak Kina melerai dua temannya.

Mata Kina melotot tak suka akan kelakuan kekanak-kanakan Hana dan Dimas. Tapi, pertarungan jambak menjambak masih berlanjut kebabak ke dua. Banyak helai rambut yang rontok dari kepala Dimas. Kina berdiri dan menyinkir ke tempat sepi. Dia memandang langit yang mendung. Hari yang melelahkan untuknya.

"Lo Kina!!! Lo nggak akan lari dari masalah lo!!!" Kina mengengadah tangannya. Titik-titik air turun dari langit, semakin deras dan deras. Gadis itu menyukai sensasi air menyentuh kulitnya dan bau tanah basah. Hatinya tenang menikmati guyuran hujan.

👟👟👟

"Gue mau bicara serius sama lo!" Erga menunjuk kakaknya yang sedang bicara dengan Gio dan Key.

Ardan berdiri dan mengkerutkan dahinya. Sangat tumben Erga mau bicara serius dengannya. Pasti selalu blak-blakan tanpa basa-basi. Kali ini berbeda akan sifat Erga. Tanpa ba bi bu Erga melayangkan tinjunya ke pelipis Ardan.

Brukk...

"Auw..." Ardan tersungkur ke lantai dan memegang pelipisnya.

"Lo udah bohongin gue! Lo nutup-nutupin fakta besar! Hah... Pantes lo peduli ama dia! Pengkhianat lo!" Teriak Erga marah. Dia menarik krah baju Ardan dan mendorongnya keras.

"Ga... Kenapa lo mukul kakak lo!" Key datang menahan tubuh Erga yang siap menghajar Ardan kembali.

Gio menghampiri Ardan yang tersungkur dan membantunya berdiri. Semua barang berserakan kemana-mana. Suasana sangat begitu panas, Erga masih memperlihatkan kilat amarahnya. Sedangkan Ardan hanya bisa diam atas perlakuan adiknya itu. Tak mungkin dia juga ikut memukul adik kandungnya. Dia seorang kakak yang sangat menyayangi adiknya.

"Gue beritahu lo pada, kalo orang ini udah jadi pengkhianat besar!!!" Tekan Erga disetiap kata.

"Pengkhianat? Omong apa sih lo?" Tanya Key bingung.

"Heh... Apa perlu gue bilang bang? Apa lo mau bicara sendiri?" Tanya Erga meremehkan.

Ardan menatap adiknya sendu, mulutnya terkunci rapat. Dia palingkan wajahnya tidak mau melihat wajah Erga.

"Cih, pengecut lo emang! Bangsat... Oke... Orang ini udah kenal lama ama si cewek labil! Dan gue tadi lihat dia berduaan ama cewek itu. Anak-anak lain juga pada tahu, rusak... Rusak nama kita!!!" Bentak Erga.

"Lo ngrusak harga diri kita cuma gara-gara cewek aneh yang nggak tahu malu itu? Brengsek lo!!! Pantes lo belain cewek itu." Giliran Key yang membentak Ardan.

"Dia punya nama, namanya Kina! Gue emang udah kenal lama sama Kina. Ga... Key... Gue nggak maksud ngehancurin harga diri kita. Gue udah sahabatan ama Kina, apa gue diem aja ngehadapin perlakuan lo pada ama sahabat gue?" Kali ini Ardan angkat bicara.

"Ohh... Lo nggak nganggep kita sahabat lo?" Tanya Key murka.

"Segitunya lo belain cewek itu dan buat kita pecah, Selamat! Lo emang terbaik!" Erga bertepuk tangan.

Gio diam mendengar perdebatan ketiga temannya. Masalahnya akan menjadi semakin runyam jika dia ikut bicara. Bisa-bisa mereka berempat benar-benar terpecah. Gio tak menginginkan hal demikian. Itu sebabnya dia diam.

"Lo semua sahabat gue! Dia juga sahabat gue! Lo ngerti harusnya posisi gue gimana." Ucap Ardan.

"Hah... Gue adik lo! Gue saudara lo! Dia cuma orang asing... Apa lo nggak nyadar?" Bentak Erga pergi.

"Lo emang sahabat nggak guna!" Ucap Key merendahkan dan menyusul Erga pergi.

Ardan memukul kepalanya, susah sekali membuat kedua temannya mengerti. Dia dalam posisi sulit, haruskah dia memilih? Tidak, dia tidak mau kehilangan sahabat-sahabatnya. Egois? Dia ingin egois untuk satu ini.

"Gue tahu posisi lo! Sabar, bro. Mereka emang susah!" Gio menepuk pundak Ardan.

"Hmm... Thanks, ya." Ardan tersenyum kecut.

"No Problem!"

👟👟👟

"Lo udah baikan Pong?" Tanya Kina dari jendela kamar Popong.

"Udah, ini gue udah sehat!" Ucap Popong dengan suara lemah.

Kina memperhatikan Popong yang sedang memberesakan buku-buku dimeja belajar. Gadis itu mengamati setiap gerakan Popong menyusun buku dirak dan menatanya sedemikian rupa. Dirinya tak pernah serapi dan serajin Popong. Kalau dalam hal itu walau dirinya perempuan tetap saja dia kalah.

"Pong! Temen lo itu namanya siapa? Gue jadi penasaran?" Tanya Kina.

"Hah... Temen gue?" Popong terlihat gelagapan.

Mana mungkin dia memberitahu Kina nama temannya. Yang notabene kenal dengan sepupunya itu. Otomatis Kina juga kenal dengan temannya. Popong mengaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Iya, yang sering belajar bareng lo. Gue pengen ketemu terus belajar bareng gitu!" Kina mengeluarkan puppy eyesnya.

"Ohh... Temen belajar gue banyak, nggak cuma satu!" Jawab Popong bohong.

"Masa sih, pas main sepak bola gue lihat lo bareng sama temen lo. Cuma satu lagi!" Kata Kina polos.

"Hah? L-lo lihat g-gue..." Ucap Popong terbata-bata.

"Hmm, naik motor kan? Cowok? Kelas 12?"

"Hah... K-kok lo?"

Kina menarik napasnya dan menghembuskan pelan. Kepalanya dia palingkan kesamping, benar kecurigaannya selama ini. Benar sudah, sepupunya memang berteman dengan musuhnya.

"Al..."

"Apa?"












"Alevo Megantara, temen lo kan!"

👟👟👟

Eaaaaaa...

Ketahuan rupanya!

Salam ThunderCalp! 🤗

LOVE & PLANET ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang