Alevo menarik-narik rambutnya, hatinya perih melihat Kina menghindarinya. Gadis itu lari meninggalkannya begitu saja. Salahkah dirinya? Dia pikir gadis yang berdiri di depan kelasnya bukanlah Kina.
Jantungnya berdetak cepat menatap bola mata coklat milik Kina. Dia tak habis pikir, satu kata pun sulit terucap dari mulutnya. Dia cuma ingin Kina jangan pergi. Tetap saja bibirnya diam seperti ada lem.
"Arght... Bego banget!!! Gimana kalo dia pergi!!!" Alevo memukul pipinya.
"Hah... Dia itu benci sama lo! Dia jijik lihat lo! Lo nggak nyadar!"
"Alevo... Lo bego banget!!!"
"Hah... Dia bakal pergi!"
"Sorry... Kin"
"Maaf!"
👟👟👟
"Gue bingung sama lo, Pong! Kok lo bisa-bisanya sakit!" Kina menyentuh dahi Popong yang panas.
Gadis itu mengganti handuk dan memerasnya. Handuk itu dia letakan kembali ke dahi Popong. Kondisi Popong semakin mengkhawatirkan, dari pagi sampai sore Popong masih saja demam. Sudah ada berbagai obat di atas meja. Kina geleng-geleng, biasanya tubuh Popong tak seburuk ini. Ada yang salah! Ya, ada yang salah!
"Kan... M-manusia!" Ucap Popong bergetar.
"Hah... Ngeles aja lo!" Kina menarik selimut sampai ke leher Popong.
"M-makasih, ya! B-biasanya ayah gue, m-maaf kalo gue repotin lo."
"Woles, lo tidur gih!" Kina tersenyum dan keluar kamar Popong.
Gadis itu sangat sedih sepupunya terbaring lemas. Tak ada yang dapat yang dia kerjai. Gadis itu tersenyum miris, Popong terlahir tanpa adanya sosok ibu. Pakleknya juga tidak menikah kembali walau sudah didesak simbah. Akhirnya mereka hanya tinggal berdua.
"Ribet amat sih, sepupu sakit, temen pada kesusahan, ketemu ama musuh, belum dapet temen, gini amat hidup lo... Kina!" Kina melangkah pergi.
Apa ini takdirnya untuk bertemu berbagai masalah? Apa ini sebuah takdir tuhan untuk dirinya? Tidak adakah takdir lain yang dapat dia jalani. Hah... Apa pilihannya salah pindah ke sini? Salahkah dirinya ingin bertemu orang itu. Memastikan dirinya baik-baik saja, padahal setelah dia bertemu orang itu jauh dari kata baik. Memang tuhan punya rencana yang tak dapat ditebak! Sulit!
👟👟👟
"Kau bidadari jatuh dari surga~" Dimas memetik gitarnya.
Pandangannya tak lepas dari langit malam yang penuh dengan bintang. Suasana hatinya sangat baik hari ini. Entah, dia merasa sangat senang. Apalagi dia berangkat dan pulang bersama Kina. Anak kecil kucel yang berubah menjadi gadis cantik.
"Hah... Lo itu obat, obat buat hati gue! Hah..."
Dimas menyandarkan tubuhnya dan menutup matanya. Bayangan Kina selalu muncul saat dia menutup matanya. Wajahnya, senyumnya... Tak terasa kedua sudut bibir Dimas terangkat. Mungkin malam ini dia akan bermimpi indah, sangat indah sampai dia tak ingin bangun.
👟👟👟
Erga berdiri di balkon menikmati semilir angin malam. Pikirannya terbang akan kejadian beberapa hari belakang ini. Siapa yang menyangka kedamaiannya terusik oleh seorang gadis? Dulu banyak orang yang memujinya, kagum, tunduk, takut... Sekarang semua mata melihatnya dengan begitu berani. Memandang dirinya hanyalah sampah buangan. Apa salahnya sampai semua orang tak takut kepadanya lagi? Apa hanya tantangan seorang gadis saja?
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE & PLANET ( END )
Teen FictionApa jadinya dua planet saling bertabrakan? Satu kata yang pasti... Hancur... Apa jadinya Kina harus pindah sekolah dan bertemu orang-orang di masa lalunya? Jangan ditanya akan jadi apa dirinya menghadapi segala kemungkinan di depan. Dari kawan lama...