Kina duduk di kelas dan membaca komik Conan. Tanpangnya serius memikirkan siapa pelaku yang sebenarnya membunuh si korban. Ada tiga tersangka dan semua memiliki alibi yang masih masuk akal. Dia memang pengemar cerita detektif dan fantasy yang membuat otak berimajinasi. Bukan hanya komik, dia suka novel dengan genre yang sama.
"Eh? Pong! Menurut lo, siapa yang harus dicurigai si teman, si karyawan, atau si pengusaha?" Tanya Kina serius.
"Si karyawan kalik, kan dipecat dia. Siapa tahu dia balas dendam?" Ucap Popong asal.
Dia lebih memilih membaca buku pelajaran daripada novel. Pikirannya fokus menghafal rumus-rumus baru yang membentuk tulisan aneh. Apalagi jika dia berhasil membuktikan dan hasilnya benar. Suatu kesenangan sendiri untuknya.
"Nggak semudah itu, ini rumit. Serumit rumus lo!" Ucap Kina tak terima.
"Lha kan lo tanya pendapat gue, sinis lo!" Ucap Popong tak mau kalah.
"Eh, eh... Lo udah nggak diganggu sama mereka lagikan?" Tanya Kina kembali serius.
Popong berhenti membaca rumus, dia menatap Kina dan mencoba mencari jawaban yang pas. Memang semenjak Kina datang dia tak lagi dibully. Seakan penderitaannya beralih kepada cewek didekatnya.
"Nggak, itu berkat lo. Tapi, gara-gara gue jadi lo yang dibully!" Popong merasa sangat bersalah.
"Haha... Slow, gue emang berharap mereka bully gue kok." Kina tertawa kecil.
"Hah, apa?" Popong mengedipkan matanya berulang kali tak percaya.
"Alasan gue pindah bukan cuma ayah pindah atau nglindungin sepupu gue. Nggak!" Kina menutup komiknya.
Kali ini Popong kembali bingung. Bukankah Kina kemari memang dengan dua alasan itu. Kalau bukan hanya itu apalagi. Apa ada alasan lain yang jauh lebih penting?
Kina berdiri dan pergi keluar keluar. Tapi, kakinya berhenti didepan pintu dan beralih menatap Popong lekat-lekat.
"Gue itu Conan, yang nangkep penjahat asli!" Kina berlalu sembari tersenyum.
👟👟👟
Erga, Key, Ardan, dan Gio duduk dibangku kantin. Mereka sibuk memakan pesanan mereka masing-masing. Wajah mereka suram dan tak bersemangat menjalani hari-hari mereka. Pasalnya banyak anak yang terang-terangan menantang mereka. Baik fisik maupun lisan tak ada hentinya.
"Wah, ini toh yang kelasnya tiba-tiba turun. Jadi pecundang!" Seorang anak berkata keras.
Teman didekatnya tertawa mengejek Erga cs. Sudah santapan sehari-hari, Erga dan Key menahan amarahnya setiap kali ada anak yang menejek dan menghina. Ardan dan Gio hanya cuek, tak ada gunanya menanggapi ucapan anak-anak lain.
"Mereka jadi lemah, nggak pantes lagi jadi penguasa. Turun aja lo pada!" Teriak anak lain.
"Huh, bisa-bisa sekolah kita kalah lagi sama anak sebelah!" Teriak lainnya.
"Pengecut!" Teriak seorang perempuan yang baru saja masuk ke dalam kantin.
Kina berjalan santai di kantin. Seolah-olah dialah yang punya kantin. Semua mata tertuju padanya, ada yang sinis, kagum, mengejek, ada pula yang menatap penuh kebencian. Siapa? Tentunya para fans ke empat pangeran sekolah. Kina menghampiri meja para anak sok kuat sok pintar. Bukan milik Erga cs melainkan para pelaku tulang ejek.
"Mau apa tuh anak?" Tanya Key bingung.
Pasalnya Kina mendatangi anak kelas 3 yang menghina mereka. Orang yang berani hanyalah anak-anak kelas 3. Kalau seangkatan dan adik kelas, sudah pasti takut akan kekejaman para pengeran sekolah. Erga tak berminat untuk melihat, mood nya buruk setelah Kina datang. Lain Ardan, dia tersenyum samar memandang Kina dari pojok kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE & PLANET ( END )
Teen FictionApa jadinya dua planet saling bertabrakan? Satu kata yang pasti... Hancur... Apa jadinya Kina harus pindah sekolah dan bertemu orang-orang di masa lalunya? Jangan ditanya akan jadi apa dirinya menghadapi segala kemungkinan di depan. Dari kawan lama...