37. Sang Banteng

555 70 0
                                    

"Gue udah berusaha, videonya ke hapus." Key merenggangkan otot nya.

"Semuanya kan?" Kina mengigit bibirnya gelisah.

"Hm. Ada yang beberapa orang yang ngunduh, tapi gue jamin video itu nggak akan bisa kesebar lagi." Key membusungkan dadanya. Selama ini dia adalah seorang hacker cukup profesional. Sudah banyak perusahaan yang berhasil dia bobol dan semua itu memang pekerjaan sampingannya.

Tubuh Kina bergerak dan memeluk Key erat. Cewek itu terus berkata terimakasih tanpa henti. Setidaknya penyebaran video itu sudah berhenti dan terhapus. Namanya sedikit aman karena baru kesebar ke beberapa ig orang. Key yang dipeluk luar biasa kaget dan wajah memerah. Pertama kali dia dipeluk erat seorang perempuan selain mamanya.

"I-ya. Udah sono!" Key mendorong tubuh Kina.

"Gue tanya sama lo, lo kenal mereka?" Tanya Gio.

"Yah, ketuanya Gilang anak sekolah sebelah. Dia tahu nama gue dan itu buat gue yakin dia dikasih tahu orang. Tapi, kemarin gue sempet tanya dia. Katanya dia buat taruhan sama orang, orang itu buat nama gue jadi taruhannya. Gilang menang dan dia nemuin gue." Jelas Kina meningat pertemuannya dengan Gilang kemarin.

"Lo tahu siapa orang itu?" Tanya Gio lagi.

"Orang nggak penting, gue udah tahu kok. Makasih ya lo pada bantu gue. Gue cuma butuh video itu dihapus." Kina tersenyum manis pada geng Erga cs.

"Ya udah, ayo kita temuin tuh orang." Ajak Erga.

"Erga bener, kenapa lo nggak temuin dia?" Tanya Ardan.

Kina diam menata setiap kata yang akan keluar dari dalam mulutnya. Jika satu kata saja dia salah ucap dipastikan akan terjadi perang dunia selanjutnya. Cewek itu sempat bingung karena Erga cs selain Ardan bersikap baik dan mau menolongnya. Tentu dia curiga ada sesuatu yang terjadi sebelum ini.

"Kalo gue nemuin dia, apa efeknya buat gue? Orang udah pada tahu juga. Balas dendam cuma buat masalah ini tambah parah dan gue nggak mau."

"Serah lo, kita cuma bantu." Erga menyenderkan tubuhnya didinding dan mulai memenjamkan matanya.

"Tapi, gue agak curiga sama lo pada. Tumben kalian mau nolong gue, jujur ya. Dari pas Popong sakit kalian rada aneh, Ardan baik sama gue. Kalian juga rada respek sama gue." Kina juga baru sadar bahwa semenjak Popong sakit Ardan lebih menunjukan bahwa mereka berteman. Semenjak itu Erga cs mulai berhenti mengganggunya secara terang-terangan seperti dulu awal masuk.

Mereka saling pandang lagi, semuanya sudah terkuak. Sampai detik inipun mereka masih sungkan mengakui Kina sebagai teman kecil mereka dulu. Bahkan Erga rada sensi dan gengsi kuadrat. Key menerimanya karena Kina teman di Magelangnya dulu. Untuk Gio dia lebih bisa bersikap dewasa. Ardan menepuk pucuk kepala Kina yang tertutup kerudung.

"Kita udah tahu lo itu anak kecil yang jatuh dari pohon. Dari lama malah, cuma ya ada yang gengsi." Ardan melirik adiknya yang pura-pura memenjamkan mata.

"Tunggu, jadi kalian udah inget gue?" Tanya Kina tak percaya.

"Ya, secara nggak sengaja Erga mergokin lo sama Ardan. Setelahnya kita semua tahu." Tambah Gio.

"Wah, terus kenapa kalian masih jauhin gue?" Tanya Kina marah.

"Menurut lo? Lo kira gue suka ditantang cewek sok kayak lo. Enak aja nantangin gue." Erga berdiri dengan amarahnya.

"Woles, gue juga awalnya. Ardan bohongin kalo dia nggak kenal lo. Jadi kita jauhin dia juga." Jelas Key.

"Ya ampun, kenapa lo nggak bilang mereka jauhin lo?" Tanya Kina pada Ardan.

"Gue udah baikan kok sama mereka, lo tenang aja." Ucap Ardan menenangkan cewek disampingnya.

"Hah, syukurlah. Gue kira lo sedih dijauhi mereka." Kina menyeka air matanya dan merangkul Ardan.

"Kalo kalian pada tahu, baguslah. Gue punya temen akhirnya." Kina nyengir kuda.

"Eh, gue belum bahas soal ini. Lo bisa jadi temen kita lagi tapi ada satu syarat." Erga menyingkirkan tangan Kina tak suka.

"Ga!"

"Diem, bang. Ini masalah reputasi. Gimana?" Tanya Erga dengan senyum liciknya.

"Apaan dulu?"

"Iya atau nggak?"

"Ck, ya udah. Nggak usah temenan sama gue. Masih ada Ardan yang baik kok." Kina memeluk lengan Ardan dengan gaya sok memeluk bonekanya.

"Lepasin, cewek labil! Bukan mukrim!" Tunjuk Erga marah.

Yang lain hanya jadi penonton, sekali-kali mereka tertawa melihat pertengkaran Erga dan Kina. Kina menjulurkan lidahnya dan mengejek Erga dengn masih memeluk lengan Ardan. Wajah Erga memerah dan menarik tubuh Kina menjauh dari kakaknya. Dia mendorong tubuh cewek itu ke tempatnya yang jauh dari Ardan.

"Bilang aja lo itu pengen, sini-sini gue peluk." Kina merentangkan tangannya.

"Najisss..."

"Haha... Muka lo merah!" Kina tertawa geli sendiri.

"Ck, lo! Huh... Lo mau apa nggak?"

"Ya, udah apaan?"

"Lo cuma boleh bilang ya atau nggak. Jawab pertanyaan gue!"














"Apa dia Alevo? Alevo Mengantara?"

Tubuh Kina mematung dan mulutnya merapat seketika.

👟👟👟

"Oh, cari masalah terus dia." Seorang cowok melempar asal puntung rokoknya ke sembarang tempat. Asap mengepul dari mulutnya.

Dia duduk didepan warung bersama beberapa temannya. Mereka telah habis menonton video perkelahian. Wajah mereka diselimuti aura gelap. Cowok tadi memiliki bekas jahitan di bawah dagunya yang melintang dari sisi kanan ke kiri. Matanya bagai elang yang siap menangkap mangsanya. Senyum miring tampak jelas diwajahnya.

"Kita harus apa, nih?" Tanya seorang cowok berbadan paling besar.

"Lo mau kita habisin tuh anak?" Teman satunya berdiri dan memanaskan tubuhnya.

"Ck... Nggak usah, dia urusan gue. Beraninya dia buat ulah lagi di wilayah gue." Cowok itu mengambil handphonenya dan menampilkan sosok cewek berponi.

"Lo bisa suruh kita." Teman bertubuh besar menepuk pundak si cowok.

"Yoi." Timpal satunya.

Si cowok berdiri, seragamnya keluar dan rambutnya panjang berantakan. Lesung pipi tercipta seiring dia tersenyum menatap langit biru.

"Gue bisa sendiri. Gue bukan seorang pengecut!"

👟👟👟

Salam. ThunderCalp! 🤗

LOVE & PLANET ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang