35. Semakin Jauh

583 74 1
                                    

Ardan duduk dikasurnya dan meresapi semua perkataan Popong tadi sore. Kina dalam bahaya, Kina punya banyak musuh, tapi siapa? Dia sadar dia jauh dari kata teman yang tahu masalah Kina. Dia kira Kina selalu baik-baik saja. Nyatanya! Ardan berdiri dan mengingat satu hal, dia lupa menanyakan orang itu. Orang yang pernah Kina bentak didepan kelas.

Pemuda itu menyambar jaket dan kunci motornya. Malam ini dia ingin tahu semuanya. Malam ini dia perlu tahu segala hal. Ini demi keselamatan dan keamanan gadis itu. Satu-satunya orang yang pantas dicurigai sejak awal.

Alevo Megantara!

👟👟👟

"Menurut lo siapa?" Tanya Erga pada Key.

Key mengaduk-aduk minumannya, pikirannya sudah melayang entah berantah. Lain dengan Gio yang memejamkan matanya. Dia sedang berpikir keras dan meresapi setiap perkataan Popong.

"Kita emang temen kecilnya, tapi gue juga nggak kenal betul ama dia. Gue bingung banget." Erga mengacak rambutnya frustasi.

"Terus, lo mau apa?" Tanya Key menyeruput minumannya.

"Yah, gue nggak tahu. Kita bisa apa?" Erga mengangkat bahunya cuek.

"Bisa jaga dia." Gio membuka matanya. Mata elangnya menatap tajam Erga.

"Heh, kalo musuhnya kuat? Ini hidup dan mati, kita bisa aja terlalu ikut campur ama masalahnya."

"Lo takut?" Tanya Key.

"Gue, takut? Ngaco lo!"

"Ardan udah yakin bakal jaga Kina karena dia sahabatan lama dan gue rasa abang lo siap pertaruhin nyawanya untuk Kina. Gue juga bakal maju." Gio memandangi langit-langit cafe.

Mereka terdiam beberapa saat, Erga termangu. Kakaknya siap menyerahkan nyawanya demi seorang cewek labil macam Kina. Sejujurnya dia sangat khawatir dan takut jika Popong benar. Bagaimana jika nyawa Kina dalam bahaya? Rasa peduli sosialnya cukup tinggi, tapi ego nya juga.

"Gue ikut!" Kata Key yakin 100%.

"Lo ikut? Eh, bukannya lo nggak suka sama tuh cewek?" Suara Erga meninggi.

"Gue punya masa lalu sendiri sama dia. Ardan bukan satu-satunya." Jawab Key benar adanya. Rahang Erga mengeras, berarti bukan kakaknya saja yang dulu dekat dengan Kina.

"Terus lo gimana?" Tanya Gio kepada Erga.

"Gue nggak tahu. Tapi, kalo ada...










Cuma gue yang berhak bully dia."

👟👟👟

"Hai! Tumben lo main." Sapa Kina sambil meletakkan nampan berisi minuman dan makanan untuk Ardan.

"Gue kangen sama simbah."

"Cih, bohongnya. Simbah pergi ke sebelah. Sono kalo lo mau." Usir Kina acuh.

"Canda, gue mau ketemu lo." Ardan membenarkan posisinya.

Suasana berubah jadi serius. Kina duduk sofa seberang dan menunggu Ardan. Entahlah Ardan datang tiba-tiba tanpa memberitahunya seakan ganjil. Dia tahu Ardan tak akan melakukannya selain ada masalah serius. Beruntung keluarganya pergi ke rumah Popong.

"Kin, gue mau lo jujur sama gue. Please!" Kina mengigit bibirnya.

"Ikut gue!"

Mereka pergi menuju rumah pohon lagi. Kina tak mau mengambil resiko bila keluarganya datang dan mendengar cerita masa lalunya. Gadis itu naik pertama kali baru Ardan dibelakang. Helaan napas lelah keluar dari dalam mulut Kina. Malam ini dia akan jujur!

"Tujuh tahun ini gue punya banyak masalah, awal SMP gue deket sama Johan. Dia temen dari SD gue. Baru gue kenal sama Alevo, lo tahu kan. Dia kakak kelas gue." Ardan menggangguk mengiyakan. Kecurigaannya benar bahwa Alevo terlibat dalam bahaya yang mengancam Kina.

"Gue deket ama dia, tiap hari dia selalu jemput gue. Dia juga dekat sama keluarga gue, bahkan abang gue temenan baik. Johan ikut temenan sama Al, kita bertiga jadi geng paling ditakuti se-sekolahan. Gue atlit pencak silat, Al atlit tekwondo, dan Johan dia ketua tim basket. Lo bisa bayangin kan, gimana femousnya kita."

"Tapi, pas naik kelas 2. Gue curiga ada yang nggak beres sama Johan. Dia lebih sering diem, tubuhnya jadi ringkih, dan dia gampang sakit. Padahal, dia olahragawan aktif. Terus masuk semester 2, gue baru tahu. Mereka berdua pakek! Al yang ngajak Johan, dia ngasih obat itu rutin. Gue kaget tahu pertama kali. Puncaknya Johan masuk RS, dia koma! Setelahnya dia pindah ke luar negeri."

"Gue marah! Tepat paginya gue denger berita Al pindah. Saat gue mau minta pertanggung jawaban orang, dia kabur. Anak kelas 3 yang bakal UN pindah mendadak. Gue tambah marah!"

Kina diam mengingat masa lalunya. Kisah hidupnya paling tragis dalam sejarah. Setiap hari bayang-bayang melintas di benaknya. Dimanapun dan kapanpun bayang itu yang keluar saat pikirannya kosong. Kina ingin membuang ingatan itu secepat mungkin. Sayangnya ingatan itu terlalu berharga untuk dibuang.

"Kenapa lo nggak lapor polisi?" Tanya Ardan.

"Harus ada bukti kan. Gue juga nggak mau berhubungan sama polisi. Gue kira ini bisa diatasi, ternyata nggak."

"Setelah kejadian itu, gue sendirian. Temen gue pergi dan semuanya berkat dia. Gue ikut pertandingan nasional pencak silat. Gue masuk semifinal dan lawan gue cukup buat gue kerepotan. Gue hampir menang kalo aja gue nggak didiskualifikasi."

"Kenapa?"

"Ada bukti kalo gue pakek obat. Padahal gue sendiri nggak pakek cuma jamu buatan ibu. Keluarga sama sekolah bela gue dan panitia masih nggak percaya. Gue sempet bilang buat uji lab. Mereka nolak mentah-mentah, saat itu gue percaya dunia gue hancur. Gue dicurangin. Sekali lagi gue marah dan udah stop masuk pencak silat lagi."

"Gue cuma punya satu hal yang sangat gue banggain dan itu dirusak cuma buat kemenangan sesaat. Habis itu, gue jadi anak biasa. Pas kelas 3 gue pukul orang, dia masih seumuran sama gue. Dia ambil duitnya simbah-simbah dan gue seneng mukul dia. Sampai polisi dateng dan nemuin gue masih mukul tuh bocah sampe pingsan. Dia masuk RS berbulan-bulan. Gue nggak disalahin gara-gara simbah tadi yang jadi saksi dan korban. Tapi, gue jadi incaran temennya."

"Tiap hari ada aja yang cari gue cuma buat balas dendam. Lo tahu kan laki temenannya gimana? Gue mau ketawa, mereka itu cuma besar badan tapi otak nol. Gue punya 1001 cara ngalahin mereka dan mereka perlahan pergi sendiri."

"Gue masuk SMA dan semuanya baik sebelum gue pindah kemari. Selesai. Cerita gue bagus, ya?" Kina terkekeh sendiri.

Ardan menepuk pucuk kepala Kina pelan berulang kali. Gadis disampingnya terlalu banyak kisah masa lalu yang kelam. Mereka sama punya kisah masa lalu yang menyakitkan. Saat teman lainnya beraktivitas normal dia hanya bisa melihat dari dalam rumah. Ketika adiknya bisa tertawa dia hanya bisa merintih kesakitan.

Dunia mereka hampir sama, sama-sama menyakitkan untuk keduanya. Ardan tersenyum dan mengacak rambut Kina gemas. Suatu hari nanti dia akan membuat kisah terbaik untuk Kina. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri!

👟👟👟

Salam ThunderCalp!🤗

Maaf, ceritanya mungkin aneh atau gaje banget.

Tapi, mungkin saya bakalan buat cerita tentang ini lagi tapi lebih bagusan dikit. Cielaah...

Maksudnya revisi, mungkin cerita ini akan selesai sampai 50 bab.

Doakan saja yang terbaik!

Jika suka silahkan vote dan komen. Kritik atau saran juga boleh.

See you...

LOVE & PLANET ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang