Pertandingan semakin sengit menit-menit awal. Semua mengeluarkan kemampuan mereka, tak ada yang mau mengalah. Matahari sore bersinar terang menerpa orang-orang yang bermain sepak bola. Keringat mengucur deras ditubuh para pemain, sudah 15 menit dan tak ada yang mencetak angka.
"Woyyy... Semanggattt... Lemper lo, Yos!" Teriak Kina sekuat tenaga menggunakan toa yang dia pinjam diabang-abang tahu bulat. Bagaimana cara dia dapat? Dia berhasil menjual seluruh tahu bulat sampai ludes. Akhirnya sang abang tukang tahu bulat merelakan toa nya dipinjam Kina.
"Gue nggak lemper, pea!" Teriak Yosi tak kalah kencang dari toa.
"Makanya makan tahu bulat, kebanyakan lemper lo!" Teriak Kina.
"Bodo amat!!! Serah lo!!!" Yosi berlari kesana kemari.
Kina tertawa renyah, gadis itu tak peduli semua mata tertuju padanya. Dia tak peduli akan datangnya ke empat pangeran. Dia tak peduli! Asalkan hatinya senang dia tak akan mempersalahkan cibiran atau pandangan orang lain terhadapnya. Itulah Kina!
"Kina, lo mau main?" Tanya Tio.
"Eh? Emang boleh kak? Seriusan?" Kina berbinar mendengarnya.
"Lo mau main, Kin? Mereka kasar lo!" Hana khawatir.
"Gue mau nyoba, lo nggak usah takut. Gue anti banting orangnya." Kina tersenyum senang.
"Lo main kloter 2 aja, gue tahu lo itu bisa! Bisa kan?" Tio memastikan.
"Bisa, pak." Kina menempelkan tangannya ke kepala tanda hormat.
👟👟👟
"Lo nggak nemenin Kina?" Alevo heran dengan kelakuan Popong.
Pemuda bertubuh gempal didepannya diam memandang lurus lapangan sepak bola. Dia dan Alevo datang, bukan untuk menonton pertandingan. Bukan! Mereka cuma mampir sebentar sebelum melanjutkan perjalanan. Popong memang ingin belajar dan pilihannya adalah rumah Alevo yang berada di kompleks.
"Nggak, lo sendiri? Kenapa nggak ikut?" Tanya Popong.
"Males gue, biasanya kan gue jadi kapten. Karena ada Ardan, ya gue mundur." Ucap Alevo pasrah.
Dulunya saat Ardan tak ikut dirinyalah yang menjadi kapten kesebelasan kompleks. Temannya sendiri yang mrminta dirinya jadi kapten dan setelah Ardan kembali. Ban kaptennya harus dikembalikan ke sang pemiliknya. Alevo tahu diri dan lebih baik bagi dirinya untuk tak ikut. Daripada membuat anak kompleks pecah, sebab dirinya bisa jadi orang yang paling egois. Dia tak mau itu!
"Lo ya aja yang takut, dasar! Ayo, cabut!" Ajak Popong.
"Tunggu dulu, gue mau lihat Kina main!" Tolak Alevo.
"Ini udah sore, gue bisa dimarahin kalo pulang malem. Cepet ah, lo ini yang butuh bukan gue!" Ucap Popong kesal.
"Iye-iye... Hah, kalo aja gue bukan anak kelas 3. Uh, sial banget jadinya!" Alevo mengerutu tanpa henti sembari menyalakan motornya.
Mereka segera pergi meninggalkan lapangan sepak bola. Sepasang mata memperhatikan mereka dari jauh. Orang itu tersenyum sendu kearah kepergian mereka.
"Pembohong!"
👟👟👟
"Kina kamu masuk!" Ucap Tio menyerahkan sepatu kepada Kina.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE & PLANET ( END )
Teen FictionApa jadinya dua planet saling bertabrakan? Satu kata yang pasti... Hancur... Apa jadinya Kina harus pindah sekolah dan bertemu orang-orang di masa lalunya? Jangan ditanya akan jadi apa dirinya menghadapi segala kemungkinan di depan. Dari kawan lama...