page 2 - Sudah Revisi

1K 72 2
                                    

( R E V I S I )

"Man, ganti dong!" Sampai di kelas, Riga masih berusaha untuk membujuk Rahman.

Riga bahkan belum menyetujui tantangan Rahman, tetapi karena seluruh siswa yang berada di kantin sudah mendengar tantangan tersebut, mau tidak mau Riga dianggap menyetujuinya.

"Kembali ke masalalu dan perbaiki hubungan yang rusak," putusnya.

Seluruh siswa yang berada di kantin langsung berbisik-bisik, sibuk menduga-duga apa arti dari tantangan Rahman.

Riga membeku di tempat. Bahkan ia tidak mendengar suara apapun. Tempatnya bergeming. Tidak ada suara. Hanya otaknya yang terus berpikir. Masalalu? Iya tidak bermasalah pada masalalunya, terkecuali satu, hal itu yang membuat Riga membeku.

"Masalalu apa maksud lo?" tanya Riga yang masih berharap kalau ia salah menduga.

"Rean," jawab Rahman.

Kini harapan bahwa dirinya salah paham sudah musnah, hanya nama itu yang ada di pikiran Riga setelah mendengar tantangan dari Rahman.

"Gue gak tau dia dimana, lo mau buat gue gila?" kata Riga frustasi.

"Dia sekolah di sini," jawab Rahman yang membuatnya lagi-lagi membeku.

"Ngarang lo!" Hening. Rahman tidak menyahut sama sekali.

"Kalo iya, kenapa dia gak sapa gue? Gue gak pernah lihat dia. Dia gak mungkin sekolah di sini!" kata Riga bersikeras.

"Dia di sini. Dia bukan dia yang dulu. Gue bahkan belum tahu dia yang mana, tapi yang jelas dia ada di sini" jawab Rahman.

Riga membuang napasnya kasar.

"Gue gak mau Man," lirih Riga.

"Gue kasih waktu tiga bulan, kalo lo gagal, lo dapat hukuman," kata Rahman mengabaikan perkataan Riga.

"Rahman!" teriak Ilham.

Ilham mungkin bisa mentoleransi tantangan itu, tapi jika sudah memaksa ia menyesal mengikuti permainan ini.

Galih menepuk pundak Ilham.

"Rahman cuma mau bikin Riga bukan jadi orang yang pengecut lagi," bisik Galih.

"Tapi gak gini caranya," lirih Ilham.

"Percaya aja sama Rahman, dia pintar mengatur segalanya" ucap Galih menenangkan.

"Bisa aja lo Galih Teguh," canda Ilham.

"Sialan lo!" umpat Galih.

Di sana Riga masih membujuk Rahman dengan tatapan memelasnya.

Rahman bangkit dan langsung meninggalkan kantin.

"Woy! Eh!" teriak Riga.

Riga langsung berlari menyusul Rahman.

Sementara Ilham dan Galih langsung mengikuti langkah Riga.

"Lo pasti bisa kok!" ucap Rahman sambil menepuk pundak Riga, meyakinkan diri Riga. Tidak mungkin tanpa alasan Rahman memberi tantangan seperti itu. Dirinya yakin, apa yang ia lihat benar adanya.

•-•

Riga masih diam di tempat. Sekarang jam pelajaran BK dan gurunya entah kemana, gurunya beralasan ada tugas dinas. Dengan kesempatan itu, Riga langsung keluar dari kelas dan berjalan menuju rooftoop gedung sekolah ini. Ketiga temannya memaklumi apa yang dilakukan Riga, bahkan satu kelas pun sudah tidak heran jika Riga menghilang dari kelas.

The HiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang