page 61

204 16 0
                                    

Riga mengunci ponselnya saat panggilan berakhir.

Seminggu sudah berlalu setelah pertemuannya dengan Vera. Seminggu itu pula ia berdiskusi dengan Devon tentang rencananya untuk minta maaf pada Anna.

Devon benar-benar teman yang asik. Kalimat yang Devon lontarkan selalu saja menyejukkan hati, kata perkatanya pun sangat mudah dipahami. Dan barusan, Devon menyarani cara bagaimana minta maaf pada perempuan dengan tulus. Katanya, tak perlu manis, cukup tulus dari hati, itu sudah cukup. Yang penting ada niatan dari dalam hati, dan itu semua sudah terpenuhi.

Jika Anna tidak memaafkannya sekarang, masih ada kesempatan-kesempatan lain yang akan dia pikirkan nanti. Yang penting, coba dulu.

Minggu pagi ini tepat hari terakhir masa waktu dare yang diberi Rahman pada tiga bulan yang lalu. Tapi ia tak kunjung bertemu dengan Rean. Jangankan bertemu dengan Rean, berdamai dengan ketiga temannya saja belum terlaksana hingga saat ini. Setiap berpapasan pun mereka tak saling tegur sapa, hanya lewat seperti orang tidak kenal.

Hati Riga selalu merasa teriris setiap mengingatnya.

"Anggap ini kesempatan terakhir, lo gak boleh sia-siain ini!" tegas Riga mengulangi kalimat Devon di telpon tadi.

Riga sudah siap dengan menggunakan kemeja dark grey polos dengan lengan yang digulung sesiku, dipadukan dengan celana jins hitam, juga sepatu sneakers warna putih dengan garis hitam. Rambutnya yang kering dibiarkan berantakan, terlalu rapih sungguh terlihat seperti orang ingin melamar kerja.

Ia tidak menyiapkan bunga, gitar, ataupun coklat silverqueen, tapi dia punya sesuatu yang akan ia berikan pada Anna nanti.

Setelah diyakini penampilannya rapih pun, Riga segera mengambil kunci mobilnya, lalu menutup pintu kamar.

•-•

Riga memarkirkan mobilnya di perkarangan rumah Anna. Begitu ia yakin oleh posisi mobilnya, Riga segera mematikan mesin dan turun.

Dengan perasaan gugup, ia berjalan menuju pintu dan menekan bel rumah itu.

Orang yang pertama kali ia lihat adalah, Azhar yang sedang menguap lebar.

"Ngapain lo anjir pagi-pagi begini ke rumah gue? Gak liat jam ya? Masih subuh gila!" ujar Azhar dengan suara khas orang bangun tidur.

Riga menoleh ke belakang, lalu mendongak ke atas, menatap langit yang terang menderang.

Dari mana subuhnya? Ada ya subuh jam sembilan?

"Mending elo yang cek jam deh. Gue mau ketemu Anna, ada?"

"Hah? Kok gue sih? Aduh anjir ngantuk banget gue. Masuk aja masuk, ada di kamar anaknya."

Riga langsung masuk rumah begitu Azhar mengubah posisinya berdiri, membiarkan Riga masuk terlebih dahulu.

Di dekat tangga, Riga menemukan Sarah sedang menyiapkan sarapan untuk keluarga ini. Suasana hangat keluarga ini selalu Riga rindukan, ia begitu diterima dikeluarga ini. Membuat Riga merasa bahwa ini juga keluarganya.

"Hai Tante," sapa Riga.

"Eh Riga? Ya ampun kamu lama banget gak mampir ke sini! Anna juga gak bilang kamu mau mampir, ya ampun, tau gitu Tante masak enak deh," seru Sarah.

"Makanan Tante enak semua kok. Riga ke sini juga gak janjian dulu sama Anna kok Tan, dadakan," balas Riga.

"Ah. Anaknya lagi mandi Rig. Ke kamarnya aja, nih coklat panas buat kalian," sahut Sarah sambil menyerahkan dua mug berisi coklat panas.

The HiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang