"Lo berubah karena ada dia!"
"Jangan salahin dia! Ini salah gue karena gue emang terlalu fokus ke dia!"
"Alah lo belain cewe kaya dia? Lo lebih milih cewe lo dibanding temen-temen lo?! Lo lebih milih cewe yang baru lo kenal belakangan ini dibanding sahabat lo dari kecil?!"
Riga menoleh ke arah tv dengan tatapan bingung. Sejak kapan Galih menyukai sinetron yang drama-nya tidak ketulungan itu?
"Kalo pun ada yang salah! Salahin gue! Jangan cewe gue! Dia gak tau apa-apa!"
"Oh! Iya! Cuma gara-gara datangnya cewe ini, lo berubah gini! Gak pernah ngumpul! Gak pernah hang out bareng! Gak pernah tawa bareng! Bahkan sekedar ngobrol-ngobrol pun sulit!"
"BETOL!" pekik Ilham keras.
Lagi-lagi Riga menoleh kembali ke tv. Apa ada yang salah? Kenapa mereka jadi betah di channel tadi?
"Dasar sahabat lupa diri!"
Bugh!
Bugh!
"SUDAH! BERENTI! GUE MOHON BERENTII!"
"Alah cewe sok suci. Udah ngerebut sahabat orang, bertingkah sok malaikat pula," ujar Galih berkomentar.
"Hm bener banget," balas Rahman menyetujui.
Pandangan Riga jatuh pada Rahman yang masih tenang dengan toples berisi kacang goreng di tangannya.
"Sejak kapan kalian suka sinetron ini?" tanya Riga bingung.
"Sejak hari ini!" balas mereka bertiga serentak, hal itu membuat Riga tersentak kaget.
Mata Riga beralih kembali pada ponselnya, membalas pesan Anna. Ia bangkit dari duduknya ketika Anna balas kalau gadis itu sudah rapih.
"Kalian di rumah gue aja, gue pergi dulu ya?" pamit Riga.
Ilham mengernyit bingung, merasa ganjal, "Mau kemana lo? Duduk di sini juga baru sebentar!"
"Mau nemenin Anna ke perpustakaan umum yang baru buka," balas Riga sambil menyisir rambutnya dengan kelima jari tangan kanannya.
Galih yang emosinya mudah terpancing melempar remot tv di tangannya begitu saja, membuat Riga memusatkan pandangannya pada Galih dengan kernyitan di dahinya.
"Enak ya lo. Kita datang, lo diemin. Kita nonton tv, lo sibuk sama handphone, chat sama Anna kan? Kita kode minta diperhatiin dengan besarin volume tv gak sadar juga! Kita kodein lewat obrolan di sinetron yang alay itu, juga lo diemin! Dan sekarang? Setelah lo diemin kita, lo mau pergi ninggalin kita demi Anna?! What the fuck men! Banyak berubah lo bego abis kenal itu cewe!" murka Galih hingga wajahnya memerah. Rahman yang biasanya menengahi hanya diam menatap Riga dengan tatapan kemarahan. Begitu juga dengan Ilham, tatapan jenakanya sirna begitu saja, berganti dengan tatapan serius menyimpan rasa kecewa.
"Gue? Berubah?" tanya Riga bingung.
"Iya! Lo bilang sama kita supaya kita gak lupain lo walaupun lo Ips sendiri. Kita berusaha! Kita ninggalin teman sekelas kita demi nemenin lo! Kita rela diolok-olok sama anak Ips, demi nyamperin lo! Tapi apa balasan lo? Lo selalu aja bilang kalo lo istirahat di rooftop setiap kita udah masuk kawasan gedung Ips dimana semua orang mandang kita bertiga sanksi!" balas Ilham dengan emosi.
Rasanya seperti tertampar bolak-balik, Riga melempar ponselnya yang bergetar terus menerus.
"Kenapa kalian gak bilang kalo kalian gak suka sama Anna?" tanya Riga.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden
Teen Fiction•TAHAP REVISI• Rindu yang mendalam hanya bisa diobati dengan temu. Tapi bagaimana jika pertemuan itu adalah hal yang paling kamu takuti dan kamu inginkan dalam satu waktu? Kecelakaan beberapa tahun silam membuat rasa bersalah itu tak kunjung hilang...