"Hai."
Anna tersentak kaget begitu Azhar berada di hadapannya secara mendadak. Susu putih yang masih mengepul asapnya di dalam gelas yang ia pegang kini sedikit terguncang karena dirinya.
"Hai juga. Mau susu?" tawar Anna.
"Hah?"
Oh, pasti pikirannya berbeda.
"Susu kental manis. Kalo mau gue buatin sekalian," ralat Anna.
"Oh kental manis. Buatin kopi boleh?" tanya Azhar.
Plak!
"Masih pagi juga lo! Belum makan kan? Udah tau punya lambung suka banget minum kopi sebelum sarapan!" omel Anna.
"Aw! Sakit Na ya ampun," keluh Azhar sambil mengusap tangan kanannya yang dipukul Anna.
"Biarin! Buat sendiri sana kalo kopi!" bentak Anna.
"Iya-iya engga minum kopi. Lo— mau kemana?" tanya Azhar gugup.
"Kamar. Lo kenapa sih? Oh iya, jangan suka spam chat gue deh. Rame hp gue, jadi ngeblank kan. Sekali lagi lo begitu, gue blok lo Bang!" ancam Anna.
"Kan gue khawatir. Emang gak boleh? Pasti diapa-apain kan lo sama Riga?" tanya Azhar.
"Enak aja! Masih suci gue!" tolak Anna.
"Mana mungkin cowo sama cewe yang gak ada hubungan darah dalam satu atap gak ngapa-ngapain," ujar Azhar.
"Riga cowo baik-baik ya! Elo aja yang kalo mikir mesum mulu!" tukas Anna, "Dan lo lupa? Kita juga gak punya hubungan darah apapun," lanjut Anna. Selepas mengatakannya, Anna meninggalkan Azhar dengan perasaan dongkol. Siapapun Azhar, ia tetap tidak terima jika yang dihina orang yang sudah membantunya selama ini. Ia tidak terima siapapun membicarakan tentang Riga yang tidak-tidak.
Di hari libur nasional ini, atau tanggal merah, Anna tidak berniat kemana-mana. Ia tetap berada di dalam rumah sampai ada perubahan jadwal nanti. Sekarang jam baru menunjukkan jam delapan pagi. Menunggu waktu siang, ia menyalakan tv di dalam kamar dan mencari channel anak-anak yang ia suka.
"Anna!"
Tok! Tok! Tok!
"Jangan marah sama gue dong."
"Gue minta maaf dehh. Gak maksud hina Riga sama sekali sumpah!"
"Anna!"
Tok! Tok! Tok!
"Bodo amat gue gak denger," gumam Anna kecil.
"Anna!"
"Gue kaya tadi karna gue sayang sama lo.."
"Gue gak mau lo kenapa-kenapa."
"Riga temen lo bego. Masa iya sama temen sendiri kaga percaya," balas Anna dengan suara kecil lagi.
"Gue janji deh gak gitu lagi!"
"Buka pintunya dong! Gue mau nanya-nanya nih!"
"Anna!"
Anna menghela nafas berat. Tontonannya menjadi tidak seru sama sekali karna Azhar yang terus berteriak dan menggedor pintunya. Dengan berat hati, ia turun dari kasurnya dan membukakan pintu untuk Azhar.
"Gitu dong. Gue minta maaf, gue cuma takut dia ngapa-ngapain lo," ujar Azhar setelah pintu terbuka.
"Kalo lo masih mau berisik, gue tutup lagi pintunya," kata Anna mengabaikan kalimat Azhar sebelumnya.
"Iya-iya. Gue masuk ya."
Sebelumnya, Azhar tidak pernah seperti ini. Meminta izin untuk masuk ke dalam kamarnya, berbicara aneh tentang Riga, berbicara aneh tentang dirinya, dan Anna merasa ada yang melenceng disini.
"Lo pacaran sama Riga?" tanya Azhar ketika dirinya baru duduk di kursi meja belajar milik Anna.
"Enggak. Kami sahabatan," balas Anna, ada yang sesak bagian dadanya.
Apa sih gue? Emang cuma sahabat kok, gumam Anna dalam hati, meyakinkan dirinya sendiri.
"Trus kenapa lo sebegitu marahnya waktu gue gak sengaja hina dia?" tanya Azhar.
"Karena dia cowo baik-baik dan gak mungkin ngelakuin hal senonoh apapun kaya lo!" balas Anna.
"Hal senonoh? Maksud lo?" tanya Azhar bingung.
"Mainin perempuan, balap liar, clubbing, minum-minum, ngerokok, dan lain-lain yang gue gak suka," balas Anna.
"Hm, balap liar?" ulang Azhar.
"Iya! Riga itu gak balap liar, dia baik. Kalo ada waktu senggang, dia cuma di rumah nemenin Gisel, adiknya. Dia juga cuma main di rumah temen-temennya. Bukan club, atau nongkrong-nongkrong," sahut Anna.
"Kenapa lo sebegitu yakinnya dia sebaik itu? Setiap orang pernah punya kesalahan fatal kan?" ujar Azhar meragukan.
"Satu-satunya kesalahan fatal dia, karna dia gak mau ngakuin perasaannya ke cinta pertamanya, udah," kata Anna membela.
"Kalo lo tau dia ngelakuin hal senonoh? Lo bakal apa?" tanya Azhar.
Anna terdiam membeku. Skakmat. Ia tidak pernah memikirkan sejauh itu. Anna percaya kalo Riga tidak jahat. Ia percaya pergaulan Riga sangat baik. Ia juga percaya Riga begitu menjaga tubuhnya dari hal-hal negatif tak berguna itu.
"Kalo ngejauhin dia? Bisa?" tanya Azhar.
Mata Anna terbelalak tak percaya. Maksudnya apa? Kenapa Azhar menantangnya seperti ini? Apa ia bisa? Tapi ia percaya jika Riga tidak begitu! Okey, Riga tidak mungkin seperti itu.
"Bisa kok! Orang Riga gak nakal. Gue percaya sama dia seutuhnya," balas Anna percaya diri.
"Janji jauhin dia?" tanya Azhar lagi.
"Iya! Udah sih! Ngapain bahas Riga terus? Nanti dia keselek!" balas Anna ketus.
Anna juga tidak tau penyebab dirinya begitu ketus pada Azhar sekarang. Padahal dulu, sejail-jailnya Azhar, Anna selalu memaafkan. Tapi sejak Azhar spam chat ponselnya, Anna mulai tidak suka pada Azhar. Ada yang ganjal rasanya jika dirinya dengan Azhar berdekatan.
Anna sengaja bermain ponselnya agar Azhar pergi. Padahal dirinya hanya menekan tombol galeri, lalu keluar. Menekan tombol LINE, lalu keluar. Menekan tombol WhatsApp, lalu keluar. Menekan twitter, lalu keluar. Menekan Instagram, lalu keluar. Begitu terus berulang-ulang.
"Lo bahagia di rumah Riga sampai gak mau pulang seminggu?" tanya Azhar.
Anna menghela nafas panjang, mungkin juga berat.
"Bahagia. Di sana orangnya baik-baik, asik, dan bikin gue nyaman. Tapi bukan itu alasan gue pergi dari rumah dalam waktu yang lama. Jangan nuduh yang enggak-enggak," balas Anna.
"Apa Riga yang hasut lo tinggal lebih lama di sana? Jadi lo gak pulang-pulang," tebak Azhar.
"Bang! Udah gue bilang kan jangan hina Riga? Lo kenapa sih? Lo kan temenan sama dia! Kenapa sikap lo jadi beda begini?!" tanya Anna ketus.
"Asal lo tau ya! Riga yang selalu bujuk gue pulang ke rumah! Dia yang bantu gue bangkit! Dia yang bantu gue nerima keadaan gue saat itu! Dia yang nolongin gue ketika gue gak tau lagi harus kemana! Dia yang nemenin gue nangis malam-malam! Dia yang ada di saat gue bener-bener terpuruk. Apa orang kaya gitu yang lo bilang nakal, atau penyebab gue pergi dari rumah?!" bentak Anna. Ia tak mampu membendung air matanya lagi. Percakapannya dengan Azhar untuk yang pertama kali setelah seminggu hancur begitu saja. Waktu itu, dia begitu benci karna Azhar pergi lama ke luar. Dan sekarang, Anna begitu benci karna Azhar berada di sampingnya.
"Gue kecewa sama lo Bang. Gue kira lo udah berubah," lirih Anna. Ia segera beranjak pergi meninggalkan kamarnya dan mendobraknya keras.
"ANNA!"
"MAU KEMANA?!"
"MAAFIN GUE!!"
"GUE GAK SADAR! ANNA! LO MAU KEMANA HEH?!"
•||•
Jadi benci Azhar:(
Abang jahat sekarang..
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden
Teen Fiction•TAHAP REVISI• Rindu yang mendalam hanya bisa diobati dengan temu. Tapi bagaimana jika pertemuan itu adalah hal yang paling kamu takuti dan kamu inginkan dalam satu waktu? Kecelakaan beberapa tahun silam membuat rasa bersalah itu tak kunjung hilang...