Malam ini Anna ingin bebas dari segala buku yang membuatnya setres akhir-akhir ini. Minggu lalu memang ujian kenaikan kelas baru saja terlaksana. Semua berjalan sesuai dengan ekspetasi. Semua pelajaran yang dipelajarinya keluar dengan teratur sehingga Anna tidak membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikannya. Apalagi sekolahnya mengandalkan pilihan ganda untuk semua pelajaran.
Sudah seminggu pula dia tidak menghubungi Riga sama sekali. Rasanya seperti ada yang hilang. Biasanya meskipun hanya saling mencaci maki mereka tetap berbincang tiap malamnya, kadang justru mereka telponan sangkin setres karna pelajaran.
Tidak ada yang mengetahui kan kalau seorang Riga itu belajar di waktu tertentu?
Yang ia tau memang Riga adalah sosok cowo yang pintar. Tapi ia tidak menyangka bahwa ada usaha dibalik kepintarannya itu. Biasanya kan kalau cowo hanya modal mendengarkan saja bisa masuk.
Ia ragu untuk menghubungi cowo itu. Zela sudah memperingatinya untuk tidak berhubungan dulu hingga semuanya selesai. Tapi sampai sekarang, masalahnya dengan Vera tidak ada kabar sama sekali. Tapi ia masih melihat Vera yang menatapnya sinis setiap harinya.
Anna rindu rooftop.
•-•
"Gabisa ya kalo semuanya dibatalin aja? Rasanya kaya musuhan sama sahabat sendiri tau.." rengek Anna di jam istirahat pada Zela.
"Lo tuh harus komitmen Anna. Tunggu aja sampe semuanya selesai. Gue percaya Riga juga bakalan nyamperin lo kok kalo semuanya udah selesai." kata Zela.
Zela yang menyadari kalau ia salah ngomong langsung membuang muka dan memukul mulutnya berulang kali.
"Maksud lo Riga nyamperin gue? Jadi dia ngejauhin gue sampe semuanya selesai?" tanya Anna.
"Engga. Maksudnya yaa kan pasti Vera larang Riga kan buat deket-deket sama lo. Jadi.."
"Riga tau masalah gue di bully? Jawab jujur Zel!" paksa Anna.
"Engga Anna! Dengerin dulu kenapa sih!" balas Zela sewot.
"Kenapa pada ribut-ribut sih." lerai Zean.
"Demi kebaikan lo juga mending ikutin aja kata Zela. Lagian masih ada kita juga kalo lo jauh dari Riga." tambah Zean.
Sebenarnya Anna ingin membalas, tapi suara dari speaker utama sekolah membuatnya mengurungkan niatnya tadi.
"Untuk Reanna Calista di mohon untuk ke ruang kepala sekolah. Terima kasih."
"Na." Zean menggerakkan dagunya menyuruh anak itu ke ruang kepala sekolah.
"Kok gue?"
"Emang ada apa?"
"Kayanya gue rutin bayaran deh."
"Apa gue bakalan di drop out?"
"Tapi apa salah gue??"
"ANNA!" teriak Zean dan Zela bersamaan.
"Iya gue kesana dulu ya."
•-•
"Asalamualaikum."
"Waalaikum salam. Reanna ya? Masuk sini nak." ujar Bu Susi.
Ruang kepala sekolah mendadak ramai. Yang ia lihat, ada Bu Susi, Vera, laki-laki dewasa sepertinya papa Vera, dan.. Riga.
Kenapa Riga ada disini?
Dan kenapa Vera menangis?
Rian membeku melihat gadis dihadapannya. Dengan nalurinya sendiri, Rian tersenyum hangat pada gadis itu. Anna membalas senyuman papa Vera.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden
Teen Fiction•TAHAP REVISI• Rindu yang mendalam hanya bisa diobati dengan temu. Tapi bagaimana jika pertemuan itu adalah hal yang paling kamu takuti dan kamu inginkan dalam satu waktu? Kecelakaan beberapa tahun silam membuat rasa bersalah itu tak kunjung hilang...