Anna ingin menggantung Riga rasanya. Di tengah ketakutannya justru orang-orang di sekitarnya malah asik berpacaran. Ada yang pelukan, tertawa bersama, berbincang serius, dan.. Ciuman.
Ah. Matanya sudah tak suci lagi! Ini gara-gara Riga!
Sepanjang film di putar ia sama sekali tidak menjaga image-nya. Anna bertingkah sesuai dengan keinginannya. Bahkan Anna tak memedulikan Riga sama sekali sepanjang film. Ia hanya fokus pada layar. Sesekali kedua tangannya ktu menutupi kedua matanya. Ia tidak menyangka, ternyata nonton film horor di bioskop setegang ini.
Sepuluh menit terakhir film terputar Anna tidak mengeluarkan kata apa-apa. Jangankan suara, ekspresinya pun datar tak berekspresi. Wajahnya memucat serta tegang. Sudah di pastikan tangan kecil itu dingin.
"Lo gapapa Na?" tanya Riga dengan nada khawatir. Sebisa mungkin Riga menahan tawanya. Wajah Anna lucu menggemaskan sekali.
Disisi lain Anna justru merasa tidak bisa bergerak. Bahkan ia belum bisa bangkit dari tempat duduknya. Ia tak peduli dengan semua orang yang sudah berdiri dan meninggalkan bioskop.
"Lo gamau pulang? Mau disini aja sampe malem?" tanya Riga.
Anna mulai berusaha mengedarkan kepalanya. Yang ia dapatkan hanyalah bangku kosong yang juga gelap. Anna bergidik ngeri sendiri.
"Ayo." ajak Anna.
Anna berjalan dengan langkah patah-patah. Terkadang ia berhenti, lalu jalan, berhenti lagi, dan jalan lagi. Seperti itu terus hingga Riga merasa benar-benar khawatir dengan gadis itu.
"Anna, are you okay?" tanya Riga sungguhan.
"Yes. Don't worry. I'm okay." balas Anna.
"Are you sure?" tanya Riga lagi.
"Yes, sure." sahut Anna.
Riga menghela nafas berat. Riga tentu tau bagaimana keadaan Anna sekarang. Ia pasti masih tegang karna film tadi. Sungguh Riga tak tau jika Anna anti dengan film bergenre horor.
"Lo mau apa? Apa kita makan aja? Muka lo pucet banget Anna. Apa kita pulang aja? Yuk pulang gue anter sampe rumah." ajak Riga.
Anna menggeleng keras. Tentu ia tak ingin kehilangan kesempatannya ditraktir cowo itu.
"Beliin gue hop-hop lagi." pinta Anna.
"Choco oreo kan?" tanya Riga memastikan. Anna mengangguk setuju.
Riga langsung berjalan menuju hop-hop membeli pesanan gadis itu.
Diam-diam Anna mengambil gambar tubuh belakang Riga yang sedang berjalan. Setelah mendapatkan yang ia mau, ia memasukkan ponselnya kembali ke dalam kantung baju sambil memamerkan senyum puasnya.
Perlahan tubuhnya mulai tenang. Tangannya yang dingin mulai menghangat. Wajahnya yang pucat pasi mulai kembali normal. Tubuhnya pun mulai rileks.
Senyumnya mengembang ketika ia melihat sosok Riga yang berjalan kearahnya dengan satu gelas hop-hop.
•-•
Anna benar-benar menguras uang jajannya hari ini. Dalam waktu beberapa jam Anna sudah menghabiskan empat gelas hop-hop hingga tak tersisa. Bahkan saat ini gadis itu merengek meminta minumam berbubble itu lagi.
"Ayolah Riga.. Jajanin gue.. Janji deh ini terakhir." mohon Anna.
"Enggak! Lo gila ya? Satu minuman dua puluh empat ribu dan lo udah ngabisin empat begituan!" ucap Riga menegaskan Anna.
Bibir Anna manyun seperti anak kecil merajuk. Biasanya Riga dengan berbaik hati akan kembali meluluhkan gadis itu. Tapi tidak dengan sekarang. Anna bisa membuatnya bangkrut mendadak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden
Teen Fiction•TAHAP REVISI• Rindu yang mendalam hanya bisa diobati dengan temu. Tapi bagaimana jika pertemuan itu adalah hal yang paling kamu takuti dan kamu inginkan dalam satu waktu? Kecelakaan beberapa tahun silam membuat rasa bersalah itu tak kunjung hilang...