"Jalanan macet aja pake diliatin."
Anna tersentak kaget mendapat tepukan di pundaknya.
Untung saja ia tidak memiliki riwayat jantung.
"Gak lapar?"
"Enggak."
"Gak haus?"
"Enggak."
"Gak ngantuk?"
"Enggak."
"Gak kebelet boker?"
"Riga!"
Riga terkekeh. Sesederhana itu membuat Anna kesal yang justru membuatnya senang. Wajah Anna ketika marah adalah favoritnya. Ya kecuali kalau Anna marah beneran, itu sih jadi masalah.
"Gak cape apa di kamar seharian? Iya tau ini hari Sabtu. Ya masa lo seharian di kamar," ujar Riga mengeluarkan kebingungannya.
"Enggak."
"Di kamar ini banyak penghuninya loh. Kalo lo diganggu gimana?" tanya Riga dengan wajah serius.
Anna berbalik badan, menatap Riga yang duduk di pinggir kasur lekat-lekat. Wajahnya menunjukkan bahwa dia sedang khawatir.
"Serius lo? Kok lo gak ngasih tau gue dari awal sih!" tanyanya.
Dan asal kalian tau, Riga sedang mati-matian menahan tawanya hanya demi melancarkan aksinya.
"Yah lo gak nanya sih. Dan lo tau? Penghuni di sini itu genderuwo. Biasanya, kalo yang masuk sini, pasti diganggu," jelas Riga masih dengan wajah seriusnya.
"Tapi gue gak diganggu daritadi," balas Anna cepat.
"Oh ya? Berarti dia suka sama lo Na!" seru Riga.
"Iyalah! Secara gue itu kan baik hati," sahut Anna.
"Tapi, lo tau? Kalo genderuwo itu udah suka sama lo, dia bisa merkosa elo. Lo bakalan hamil secara nyata. Dan pada saat kehamilan lo memasuki sembilan bulan, anak lo bakalan hilang," jelas Riga lagi dengan wajah khawatir.
"RIGA!!"
"Gue serius Na."
"Lo seriusan? Lo gak bohong?" tanya Anna takut.
Riga mengangguk meyakinkan.
Anna langsung lari dari balkon dan duduk di samping Riga. Ia menggenggam tangan Riga erat-erat dengan perasaan takutnya. Otaknya terasa kosong.
Shit! Jantung gue! Pekik Riga dalam hati.
"Dia gak bakalan merkosa gue kan Rig? Dari tadi gue aman kok! Gak ngerasa ngelakuin itu!" tanya Anna masih dengan ketakutannya.
Jantung gue disko anjir! Batin Riga.
"I-iya. Ge-genderuwo kalo ngelakuin hal itu ke manusia, manusia itu gak akan ngerasain apapun. Tau-tau besok dia hamil," balas Riga gugup.
Anna memegang dadanya dramatis. Dia dapat merasakan jantungnya yang bekerja tidak normal karena ketakutan. Matanya melirik ke sana ke mari tidak tenang. Perlahan air matanya meluruh.
"Lo– serius?" tanya Anna lemas.
"Eh kok lo nangis?" tanya Riga kaget.
"Gue takut."
"Takut kenapa?" tanya Riga.
"Hamil," balas Anna.
"Hamil anak genderuwo," tambah Anna memperjelas.
"Aduh Na itu cuma bercanda doang. Ya masa sih lo percaya?" jawab Riga mulai resah.
Anna menatapnya tak percaya. Dipukulnya laki-laki itu secara brutal sambil merapalkan berpuluh-puluh sumpah serapah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden
Teen Fiction•TAHAP REVISI• Rindu yang mendalam hanya bisa diobati dengan temu. Tapi bagaimana jika pertemuan itu adalah hal yang paling kamu takuti dan kamu inginkan dalam satu waktu? Kecelakaan beberapa tahun silam membuat rasa bersalah itu tak kunjung hilang...