page 22

281 23 0
                                    

Nama Bintang.

Sejak kecil, nama panggilannya memang Bintang. Mamanya sendiri yang memanggilnya Bintang. Riga pun suka-suka saja dengan nama panggilan itu. Menurutnya Bintang itu menerangi banyak orang di malam hari. Meskipun kalah dari bulan cahayanya, bintang tetap berada disana tanpa rasa mindernya. Yang membuatnya bersyukur lagi, teman-temannya menemani bintang untuk tetap menyinari bumi di malam hari.

Banyak orang yang menyukai bintang, Riga pun juga begitu, selain ia suka panggilan nama Bintang, ia juga suka bintang di malam hari. Bahkan papanya membelikannya teleskop agar ia bisa melihat banyaknya bintang di langit dengan jarak dekat.

Kala itu, semua orang bahagia. Rumah Riga pun juga hangat layaknya keluarga harmonis disana. Riga tidak pernah kesepian. Ia selalu bermain game dengan papanya, kalau tidak ada papanya, Riga selalu menjahili Gisel, adiknya.

Gisel memang sudah bisa membaca aura orang sejak kecil. Tapi dulu, setiap Gisel melihat orang yang tidak ia suka, ia masih bisa tersenyum di depan orang itu. Hanya saja, Gisel menjauhi orang itu sejauh-jauhnya meskipun dengan cara yang halus. Gisel masih menjadi gadis manis dan manja. Kerjaannya menghabiskan cup cake manis yang dibuat mamanya setiap hari. Mamanya pun waktu itu tidak bekerja, hanya kuliah hingga S2 dan tidak kerja apapun karena ia memiliki suami yang mapan.

Setiap hari Riga selalu memulai harinya dengan cengiran jailnya. Setiap pagi, selalu ada keributan di meja makan, tapi itu membuat keluarganya semakin hangat dan dekat.

Riga pun mendapat apapun yang ia mau. Papanya selalu melerai Riga dan Gisel yang bertengkar hanya karena hal sepele. Gisel yang selalu dibelikan lolipop yang besar, dan Riga yang selalu diberikan gulali yang besar.

Ya, Riga suka gulali, itu dulu.

Bahagianya tidak pernah sedikit pun berkurang. Riga juga memiliki teman-teman yang baik seperti Rahman, Galih, dan Ilham. Riga mengenal Rahman sejak SD. Mengenal Ilham sejak kelas tujuh karna sama-sama masuk ekskul rohis, dan mengenal Galih sejak kelas delapan karena sekelas. Mereka menjadi teman baik meskipun perbedaan tiap orangnya mencolok jelas.

Di tambah lagi, ia mengenal gadis bernama Rean sewaktu kenaikan kelas sembilan. Waktu itu kondisinya sedang ada acara unjuk bakat. Rean waktu itu mengaku bahwa dirinya suka dengan suara Riga yang bagus. Tapi bukannya digunakan dengan baik agar berteman, justru Riga meledeknya tiap bertemu.

Dari situ mereka bermusuhan.

Rean yang selalu menyesal karena pernah memuji Riga, dan Riga yang senang menggoda Rean karena gadis itu pernah memujinya. Rean selalu saja naik pitam setiap bertemu Riga karna Riga selalu membahas soal itu terus. Setiap pertemuan selalu saja dipenuhi pertengkaran yang hebat. Riga tidak pernah marah setiap Rean membentaknya kasar, dan Rean tidak pernah tertawa setiap Riga menggodanya.

Hingga suatu hari Riga melihat Rean membawa banyak buku dengan temannya. Tapi temannya meninggalkan Rean begitu saja dengan setumpuk buku yang membuat Rean sedikit kehilangan keseimbangan. Riga benar-benar niat membantu waktu itu. Tapi Rean menolaknya keras dan menghindarinya.

Yang buat Riga bingung, gadis itu justru memilih untuk menghindarinya dibandingkan berdebat seperti biasanya. Jujur saja Riga merasa ada yang mengganjal karena sikap Rean yang seperti itu. Riga terus memaksa Rean mengeluarkan semuanya hingga Rean jujur, bahwa dia ingin berteman baik dengan Riga meskipun caranya tidak ada halus-halusnya sama sekali.

Sebenarnya Riga ingin berteman juga, tapi justru ia takut, ia takut perasaan yang ia miliki semakin besar.

Rean yang melihat Riga sepertinya ragu untuk berteman dengannya hanya mendengus kesal dan menekankan kalau Riga memang menyebalkan karna tidak ingin berteman dengannya. Tapi dengan cepat Riga menegaskan kalau ia mau berteman dengan Rean, ia takut kehilangan Rean.

The HiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang