Ini adalah hari keempat Azhar tidak ada di rumah. Tiba-tiba teman seangkatan SMA nya mengadakan reuni yang seharusnya dilaksanakan lima tahun sekali. Katanya mereka rindu bergurau. Jadilah sekarang Azhar berada di perumahan yang ada di daerah Bogor.
Kalau kalian berfikir Azhar senang berada di sini, jawabannya tidak. Justru, selama empat hari ini jiwanya tidak berada di sini, hanya saja raganya tetap di sini dengan tiga puluh lima orang lainnya. Karna hari ini adalah hari keempat, itu artinya masih ada tiga hari lagi ia harus tinggal di sini. Dan rasanya sangat berat sekali. Azhar ingin cepat-cepat pulang ke rumah.
Rumah ini besar dengan fasilitas lengkap. Kamarnya juga banyak. Apalagi di sini ada tempat ngegym yang paling disukai Azhar. Jika acara ini dilaksanakan beberapa bulan yang lalu kemungkinan besar ia akan menikmati acara ini hingga lupa rumah. Tapi rasanya ini beda sekali, tiba-tiba saja yang ada di otak Azhar hanya pulang dan Anna.
Iya, anak dari abangnya itu!
Azhar juga bingung sendiri. Padahal jauh sebelum ini, Azhar justru senang berjauhan dengan gadis itu. Anna sangatlah manja walaupun manis. Dia juga suka jail yang gak ketulungan. Anaknya juga cengeng banget yang kalau diisengin dikit nangisnya berjam-jam.
Tapi, ini beda..
Dari hari pertama, Azhar tidak selepas biasanya. Ada yang kurang. Sejak makan malam dengan rekan bisnis abangnya itu, Azhar seperti ini. Kepalanya penuh dengan wajah Anna dengan berbagai ekspresi. Dimulai dari senyum, cemberut, manyun, bibir bawah maju beberapa senti, wajah sumringahnya, atau wajah jeleknya ketika habis menangis karena ulahnya. Setelah disimpulkan, itulah alasan mengapa Azhar ingin sekali pulang.
Ya karena ingin melihat Anna.
Pagi ini Azhar masih berada di kamarnya dengan mata menatap ponsel yang digenggamnya, lebih tepatnya menatap Anna yang sedang tersenyum di sana. Itu terlihat sangat sempurna di matanya. Ya walaupun lesung pipi hanya sebelah.
Azhar gak tahan mau pulaaaang!
"Bro, gak ke bawah? Sarapan udah pada siap tuh!" tegur Mario, teman sekamarnya.
"Kalo gue pulang sekarang boleh gak?" tanya Azhar mengabaikan ucapan Mario.
"Kenapa tiba-tiba pengen pulang? Bukannya di sini enak? Nanti malam ada pesta barbaque lagi," balas Mario.
Azhar terdiam sejenak. Rasanya tidak ada yang lebih penting dari bertemu dengan Anna saat ini juga.
"Kalo lo pengen banget ketemu orang, terus lo mikirin dia terus, ngapa-ngapain ingetnya juga dia terus, setiap mau tidur senyumnya dia juga kebayang. Itu kenapa?" tanya Azhar.
Mario sedikit kaget. Apa otak Azhar yang dikiranya pintar sedangkal itu dalam hal seperti ini?
"Lo gak pernah jatuh cinta?" tanya Mario.
"Enggak. Gak pernah. Liat Laura aja jijik gue," balas Azhar. Ia bergidik ngeri mengingat Laura yang terus menempel dengannya.
"Sayang banget bro! Masa SMA lo kurang lengkap!" ujar Mario.
"Lo lagi jatuh cinta sekarang. Soal pengen ketemu dia terus, itu lo lagi rindu," tambah Mario.
"Jatuh cinta?! Rindu?!" kaget Azhar.
"Ehm. Terus gue harus ngapain kalo udah kaya gitu?" tanya Azhar lagi.
"Kalo lo gak kuat nahan ya temuin dia," balas Mario.
"Oke! Gue mau balik sekarang!" Azhar bangkit dari tidurnya, bersiap membereskan baju-baju yang berantakan di dalam koper.
"Ehh tunggu! Sarapan dulu deh! Sekalian lo pamit sama anak-anak yang lain," tahan Mario.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden
Teen Fiction•TAHAP REVISI• Rindu yang mendalam hanya bisa diobati dengan temu. Tapi bagaimana jika pertemuan itu adalah hal yang paling kamu takuti dan kamu inginkan dalam satu waktu? Kecelakaan beberapa tahun silam membuat rasa bersalah itu tak kunjung hilang...