"Anna gapapa?" tanya Riga pada Zela saat Zela pergi ke loker.
"Gapapa gimana? Ya gapapa dia sehat." balas Zela sambil mengambil seragam baru dari dalam sana.
"Enggak. Gue.. Gue liat dia di bully." tukas Riga.
Zela menatap Riga tak percaya. Zela tau kalau Anna tidak pernah di bully dengan siapapun meskipun Anna terlihat seperti cewe yang minta di bully. Tapi kejadian ini? Iya yakin pasti karena Riga.
"Elo. Kenapa lo gak bantuin Anna kalau tau dia di bully? Atau lo seneng liat dia di bully?" tanya Zela sambil menunjuk dada bidang Riga.
"Gue.. Gue gatau harus apa. Tapi gue janji, kelakuan Vera akan di proses di kantor kepala sekolah." balas Riga.
"Bagus deh. Anna gapapa, cuma butuh mandi dengan sabun dan shampo yang banyak. Sementara waktu, mending gausah ngobrol dulu lo sama dia selama si Vera masih berkeliaran disini." tegas Zela.
Selanjutnya Zela meninggalkan Riga begitu saja dengan seragam baru di tangannya.
Di belakang Riga sudah mengacak rambutnya frustasi. Ia memang sudah menduga kalau Anna akan di bully. Tapi ia tidak tau, kalau yang akan bully Anna itu Vera, sahabatnya sendiri.
•-•
"Lagian sih lo kenapa gak jambak rambut tuh cabe aja sih?!" protes Zean.
"Kalo perlu lo botakin sekalian." tambah Zela.
Zean dan Zela masih menemani Anna yang baru selesai mandi, sedsngkan Clara ke basecamp ekskulnya karna ada latihan untuk lomba.
"Mereka tiga, gue satu. Ya pasti gue kalah." balas Anna.
"Trus yang lo lakuin selama lo di bully apa? Berdoa supaya Riga dateng kesini hah?" omel Zean.
"Sempet sih, tapi gue tepis kok. Gue bersumpah serapah selama dia bully gue di dalam hati. Lagian gue ngeluarin kata-kata pedes juga tadi karna gak tahan pengen cabik-cabik mulutnya." ujar Anna.
Zela menatap kedua temannya berganti-gantian. Salah tidak ya tindakannya agar Riga tidak menemui Anna dulu?
"Na, jangan deket-deket Riga dulu ya sebelum masalah ini selesai." pinta Zela.
Zean menyetujui hal itu.
"Tapi kenapa? Kan Riga gak salah apa-apa." tanya Anna.
"Karena si nene lampir masih berkeliaran di sekolah. Kalo masalah ini udah selesai, setidaknya lo aman deket sama Riga nanti." balas Zela.
"Berapa lama?" tanya Anna.
"Sampe masalah ini selesai di bilang." geram Zela.
"Lama gak?" tanya Anna lagi.
"ANNA!" seru Zela dan Zean bersamaan.
"Iya-iya."
Sebenarmya agak berat jika harus menjauhi Riga. Kan Riga teman dekatnya. Lagi pula otak Riga juga sepadan dengannya, hanya saja pilihan Riga masuk Ips membuat kepintarannya tertutup. Anna nanya pr kemana dong kalo gaboleh berhubungan sama Riga? Riga kan kunci jawaban semua tugas rumahnya.
•-•
"Saya mau kasus ini segera di selesaikan." pinta Riga pada Bu Susi, kepala sekolah di SMA Pattimura.
"Memangnya ada bukti yang membuktikan Vera membully Anna?" tanya Bu Susi.
Bu Susi tentu lumayan takut untuk menghukum Vera, karena ayah Vera itu pendana terbesar di sekolah ini setelah keluarga Riga.
"Ibu takut kalau Om Rian cabut semua dana yang pernah dikasih ke sekolah ini? Ibu tenang aja, saya yang akan tanggung jawab." ujar Riga seolah mengerti dengan ekspresi Bu Susi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden
Teen Fiction•TAHAP REVISI• Rindu yang mendalam hanya bisa diobati dengan temu. Tapi bagaimana jika pertemuan itu adalah hal yang paling kamu takuti dan kamu inginkan dalam satu waktu? Kecelakaan beberapa tahun silam membuat rasa bersalah itu tak kunjung hilang...