Aku suka lupa gitu.. namanya Vera ya bukan Vira, hehe.
Koridor nampak ramai dengan murid-murid yang terus berlalu lalang. Jam istirahat sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu.
"Trus niatannya lo mau les dimana?" Tanya Rean pada Ara.
Rean dan Ara baru saja keluar dari perpustakaan karena Bu Ani yang menyeret mereka dari kelas. Bu Ani meminta tolong pada mereka untuk membawa semua buku yang sudah dikumpulkan tadi ke ruang guru, tepatnya meja Bu Ani.
"Gue si ada tempat bimbel yang cocok buat ujian kelas 9 nanti. Emang lo mau ikut gue?" Tanya Ara.
"Gatau sih, gue sih ada pilihan bimbel yang cocok. Tapi gue liat dulu dari tempat-tempat bimbel yang lain gimana. Kali aja ada yang lebih pas." Balas Rean.
Ara mengangguk-ngangguk. Ekspresinya langsung berubah ketika ia merasakan sesuatu pada perutnya.
"Aw! Gue pengen pup anjir! Ni bukunya aduhh! Gue sakit perut! Bye!" Ara menaruh semua buku yang ada di tangannya diatas buku-buku yang Rean pegang.
"Eh Ra!" Rean menatap kesal Ara yang sudah berlarian kearah toilet.
"Berat anjir. Gila ya gue gabisa liat ini Masya Allah Ara! Sialan banget lo ya!" Dumel Rean.
"Hoi!"
Rean yang sangat terkejut langsung meredam emosinya.
"Lo!" Emosinya meledak tiba-tiba saat tau yang mengejutkannya tadi adalah Bintang, musuh bubuyutannya.
Bintang menatap Rean dengan cengiran khasnya. Ia suka sekali menggoda dan mengganggu gadis dihadapannya ini. Apalagi jika ia sudah marah seperti ini.
Emosinya siap meledak sekarang. Tadi Ara meninggalkannya. Sekarang anak setan mengagetkannya.
Sungguh sial Rean hari ini!
"Lo mau kemana?" Tanya Bintang.
"Kepo lo!" Balas Rean sebelum ia meninggalkan Bintang.
Bintang kembali mengejar Rean dengan rasa bingung yang melanda. Tidak biasanya gadis itu menghindarinya.
"Gue bantuin ya?" Tawar Bintang.
"Gausah!" Ketus Rean.
"Lo gabisa liat gitu astaga." Balas Bintang.
"Udah kek gausah peduli! Sana!" Usir Rean.
Bintan menahan kedua pundak gadis itu.
"Lo kenapa sih? Tumben banget hindarin gue. Gue ada salah sama lo? Atau kenapa sih?" Tanya Bintang bertubi-tubi.
"Gue tuh cape ladenin lo! Lo dateng slalu aja jadi musuh! Ganggu gue! Usilin gue! Bikin gue marah! Gue males ladenin lo lagi! Bisa gak sih lo dateng jadi temen? Gue cape marah-marah mulu!" Akhirnya Rean berhasil mengeluarkan unek-uneknya selama ini.
"Gabisa kan lo dateng jadi temen gue? Gabisa jawab kan lo? Udah gue duga. Awas!" Usir Rean.
"Gue bisa ko. Gue bisa jadi temen lo. Gue mau jadi temen lo." Tegas Bintang.
Rean menatap laki-laki itu bingung.
"Gue bawain ya setengah? Kasian lo gabisa liat gitu." Lanjut Bintang.
Rean mengangguk samar. Sekarang buku-buku itu sudah berada di tangan Bintang.
"Mau dibawa kemana?" Tanya Bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden
Teen Fiction•TAHAP REVISI• Rindu yang mendalam hanya bisa diobati dengan temu. Tapi bagaimana jika pertemuan itu adalah hal yang paling kamu takuti dan kamu inginkan dalam satu waktu? Kecelakaan beberapa tahun silam membuat rasa bersalah itu tak kunjung hilang...