Rani menatap anaknya yang sedang berbaring dengan tatapan sendu. Ia senang dapat dipertemukan kembali dengan anaknya, tapi mengapa selalu saja ada musibah kala mereka bersama? Apa itu pertanda kalau Shaila takkan bahagia jika hidup bersamanya?
"Mikirin apa?" tanya Mike lembut.
"Apa Shaila gak akan bahagia ya Mas kalo sama kita? Selalu aja berakhir kecelakaan, aku takut kalo dia lebih lama lagi tinggal sama kita justru terjadi yang lebih—"
Mike meletakkan jari telunjuknya di depan mulut Rani, meminta wanita itu untuk tidak melanjutkan kalimatnya lagi. Semua yang wanita itu ucapkan, hanya menambah kekhawatiran yang seharusnya tidak ada.
"Shaila itu anak kita. Gak mungkin dia bisa jauh-jauh dari kita. Kamu ibunya, kamu tau yang terbaik buat dia. Kamu tau cara didik dia gimana, bukan orang lain. Ini hanya sekedar musibah yang dikasih sama Tuhan, supaya kita bisa jaga dia lebih baik lagi. Bukan karena dia gak bahagia sama kita, jadi berhenti berpikiran negatif kaya tadi ya?" jelas Mike.
Rani mengangguk setuju.
"Gimana nasib keluarga Shaila, Mas? Mereka pasti kehilangan Shaila," tanya Rani.
"Apa kamu mau berkunjung ke sana? Untuk menjelaskan semua ke mereka," tanya Mike.
"Ya. Kita harus jelasin semuanya ke mereka. Gimana pun juga, mereka yang menjaga Shaila selama Shaila hilang. Aku yakin Shaila sudah menganggap mereka sebagai rumahnya, rasanya sangat jahat kalo aku pisahin dia sama mereka," balas Rani.
"Besok kita ke sana ya. Sekarang sudah malam, lebih baik kamu istirahat," ujar Mike.
"Ya. Aku akan istirahat," balas Rani.
Mike mengecup dahi Rani lama, kemudian mengelus rambut sang istri lembut.
"Good night."
•-•
"Mbar."
Rani dan Mike memilih untuk masuk ke ruangan Azam. Ibu dan anak itu yang awalnya sedang berbincang-bincang jadi berhenti kala mendengar suara Rani.
"Loh Ran? Sini," pinta Ambar.
Rani mengangguk. Kemudian dia dan Mike mendekat ke arah Ambar.
"Aku boleh titip Shaila, Mbar?" tanya Rani.
"Memang Om sama Tante mau kemana?" tanya Azam.
"Kami mau menemui keluarga yang selama ini jaga Shaila. Mereka pasti mencari Shaila, aku mau memperjelas semua, ngejelasin kalau Shaila sudah bertemu keluarganya kembali," balas Rani.
"Pakai nama Anna, Tan. Mereka pasti tidak akan tau siapa Shaila," sahut Azam.
"Oh iya aku sampai lupa kalau dia itu Anna. Terima kasih Azam sudah mengingatkan," ucap Rani.
"Yasudah. Kalian berangkat aja. Biar Shaila aku yang jaga," ujar Ambar.
Rani mengangguk.
"Terima kasih Ambar, kami titip Shaila ya," ucap Mike.
"Ya. Hati-hati ya kalian."
Rani tersenyum. Berharap semua masalah akan segera berakhir.
•-•
Dengan bekal alamat yang pernah Azam kasih kepada Rani, mereka akhirnya sampai di depan rumah keluarga Anna. Rani tersenyum kala melihat suasana rumah yang hangat, ia yakin anaknya bahagia selama ada di sini.
"Shaila bahagia di sini," celetuk Mike tiba-tiba.
"Aku juga berpikir kaya gitu tadi. Jadi gak sabar buat ketemu," balas Rani.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden
Teen Fiction•TAHAP REVISI• Rindu yang mendalam hanya bisa diobati dengan temu. Tapi bagaimana jika pertemuan itu adalah hal yang paling kamu takuti dan kamu inginkan dalam satu waktu? Kecelakaan beberapa tahun silam membuat rasa bersalah itu tak kunjung hilang...