Riga melajukan motornya lebih cepat. Ia berharap hanya menghabiskan waktu lima menit untuk pergi sampai ke sekolahnya.
Siang ini ia kesiangan. Sialnya Gisel sedang ada tour ke Bandung, jadi tidak ada yang mengguyurnya jika ia telat. Di hari lain ia tak masalah jika ia telat, tapi hari ini hari rabu. Jam pertama adalah pelajaran sastra, pelajaran kesukaannya.
Riga sendiri pun tidak mengerti mengapa ia begitu suka sastra. Materinya begitu mudah ia pahami.
"Astaga!" Tubuh Riga melemas. Pagar sekolah baru saja sempurna tertutup.
"Pak Mul buka dong!" Pinta Riga.
"Loh? Kamu telat? Tidak bisa! Gerbang sudah ditutup." Balas Pak Mul.
Riga menghela nafas gusar. Ia memutuskan untuk melanjutkan laju motornya.
RIGR [4]
Auriga: sastra ulangan?
Galih: kaga. Gurunya lagi dinas.
Ilham: kamu kemana mas? Aku tungguin gak dateng-dateng.. @Auriga
Galih: jijik.
Ilham: apaan sih. Orang gue nanyain Riga juga bukan elo!
Galih: maho.
Ilham: sirik aja kamu mas.
Rahman: LO BERDUA SAMPINGAN BEGO!
Rahman kesal melihat kedua teman di hadapannya. Dua-duanya bersebelahan, saling sibuk dengan ponselnya. Ponselnya terus memunculkan notifikasi grup. Rahman itu orangnya tenang, tidak mudah emosian. Tapi masalahnya disini, ia sedang bermain games. Gamesnya selalu kalah karna notifikasi yang muncul membuat layar ponselnya tidak dapat tersentuh. Itu benar-benar membuatnya murka. Harusnya hari ini ia dapat rekor baru!
Ilham dan Galih sukses menoleh kebelakang bersamaan saat membaca pesan grup dari Rahman.
"Game gue kalah terus! Rese banget sih lo berdua!" Umpat Rahman kesal.
Ilham menatap Rahman ngeri, sedangkan Galih menatap Rahman datar. Mereka kembali berbalik badan dan kembali pada grup.
Ilham mengeluarkan Rahman dari grup.
Mereka kembali meramekan grup dengan topik receh mereka.
**
Kejadian beberapa hari yang lalu masih terekam jelas di otak Riga. Bagaimana wajah pucat Anna yang dipenuhi sisa air mata. Dada Riga seperti teriris-iris ketika melihat Anna dalam kondisi seperti itu.
Yang Riga bingung, kenapa Anna ada disana? Disana sangat sepi dan tidak ada orang yang lewat. Disana juga kondisinya ia sedang kesasar. Ditambah lagi Anna disana sendiri dan tidak ada bekas luka sedikit pun. Cewe itu pingsan begitu saja ketika ia memanggil namanya.
Riga kembali terdiam. Kembali ke dunia nyata, ia baru saja memanjat tembok belakang sekolah yang biasa ia panjat ketika ia telat seperti sekarang ini.
Ia sangat yakin lewat sini akan aman. Apalagi ini sudah memasuki jam pelajaran ke tiga, jadi tidak ada guru yang mengawasi murid hingga halaman belakang. Dengan santai ia berjalan mendekati area kelas.
"Ehm."
Deheman itu membuat ia berhenti jalan. Di hadapannya, Bu Mia berdiri tegak sambil mengangkat kepalanya menatap Riga dengan tatapan memicing.
"Eh ibu." Sapa Riga canggung.
Bu Mia sama sekali tidak merespon. Tatapannya masih tajam seolah ingin membunuh. Riga menghela nafas berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden
Teen Fiction•TAHAP REVISI• Rindu yang mendalam hanya bisa diobati dengan temu. Tapi bagaimana jika pertemuan itu adalah hal yang paling kamu takuti dan kamu inginkan dalam satu waktu? Kecelakaan beberapa tahun silam membuat rasa bersalah itu tak kunjung hilang...