Anna memulai harinya dengan senyuman. Dengan langkah gontai ia menuruni tiap tangga rumahnya. Setelah sampai bawah ia berlari menuju dapur yang dijadikan ruang makan juga.
"Pagiii all!" Teriak Anna dengan semangat.
Bram tersenyum melihat anak perempuannya semangat pagi ini. Ia kembali menyesap kopi hangat yang sengaja disiapkan untuknya oleh Sarah.
"Semangat banget kayaknya. Mau papa antar?" Tawar Bram.
"Dengan senang hati Tuan." Balas Anna dengan melebarkan kedua roknya dan menunduk layaknya ratu memberi salah hormat.
"Sini duduk! Kamu mau selai apa? Coklat? Strawberry? Atau apa? Mama siapin sini.." sambut Sarah begitu selesai menyiapkan segalanya.
Anna tersenyum melihat mamanya yang masih terlihat muda. "Aku mau pakai selai coklat. Mama siapin satu lagi buat aku istirahat ya. Aku mau bawa bekal hari ini."
"Siaap." Balas Sarah.
Anna menghabiskan roti selai coklat yang diberikan Sarah untuknya, senyumnya masih mengembang sampai ia sadar ada yang hilang.
"Bang Azhar mana?" Tanya Anna bingung.
"Duluan tadi. Katanya ada yang penting." Jawab Bram.
Anna hanya mengangguk paham. Selanjutnya ia menghabiskan rotinya, setelah selesai ia menyalimi tangan Sarah dan menarik Bram kearah mobil Bram.
Anna adalah anak satu satunya Bram dan Sarah. Mereka berdua sangat menyayangi anak semata wayangnya. Sedangkan Azhar merupakan adik Bram yang memang masih menginjak kelas dua belas. Biasanya Anna akan berangkat bersama Azhar ke sekolah karna mereka satu sekolah. Tapi mungkin saat ini Azhar ada urusan, jadi ia berangkat dengan Bram sebagai gantinya.
"Pa?" Panggil Anna.
"Kenapa sayang?" Sahut Bram.
"Kalau aku suka sama cowo.. papa marah gak?" Tanya Anna takut takut.
Bram menoleh kearah putrinya yang menatapnya takut. Lalu ia mengelus kepala anaknya sambil tersenyum.
"Papa gak larang kamu suka sama orang, tapi kalo orang itu serius sama kamu, dia harus berhadapan dulu sama papa." Tegas Bram menatap lembut kearah Anna.
Anna meringis pelan.
"Kamu masih mau disini?" Tanya Bram.
Anna menoleh kearah jendela. Rupanya mobil papanya sudah berhenti tepat didepan sekolahnya.
"Aku sekolah dulu ya pa. Babay!" Anna mencium pipi kiri Bram sebelum membanting pintu mobil.
Bram menggeleng gelengkan kepalanya.
"Papa gaakan biarin siapapun nyakitin atau ngambil kamu sayang."
**
Anna berjalan dengan langkah standar menuju kelas. Wajah riangnya kini berganti wajah datar begitu turun dari mobil. Ia sama sekali tidak ingin terlihat gila didepan teman temannya.
"Na! Lo udah ngerjain tugas biologi belom?! Gue belom! Gue belom!" Teriak Zean panik kearahnya.
Anna membuka tasnya dan mengambil buku yang terawat rapih, ia memberikan buku itu pada Zean, teman sebangkunya.
"Kapan sih lo mau rajin? Nyontek terus." Tanya Anna.
Zean membalas Anna dengan cengirannya. Lalu tangan dan matanya kembali sibuk pada tugas yang ada dihadapannya.
"Lo gak bareng ka Azhar? Biasanya nganter lo sampe kelas." Tanya Zean.
Anna menggeleng pelan. "Papa yang nganter gue." Jawab Anna yang diangguki Zean.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden
Teen Fiction•TAHAP REVISI• Rindu yang mendalam hanya bisa diobati dengan temu. Tapi bagaimana jika pertemuan itu adalah hal yang paling kamu takuti dan kamu inginkan dalam satu waktu? Kecelakaan beberapa tahun silam membuat rasa bersalah itu tak kunjung hilang...