Hari demi hari berlalu sejak pencarian Rean yang tak kunjung ketemu. Riga sudah setengah frustasi. Ia bahkan sudah hampir menyerah waktu itu. Tapi selalu saja Rahman mengobarkan semangatnya dan menegaskan bahwa gadis itu masih ada.
Ia sebenarnya tidak ingin terlalu mempermasalahkan Rean. Sekalipun nanti mereka bertemu, Riga juga tidak siap bertemu dengan gadis itu. Riga masih dipenuhi dengan rasa bersalah. Andai saja ia tidak marah pada gadis itu waktu itu, mungkin mereka masih bersama sampai saat ini.
Ia terlalu bodoh.
Riga sangat takut pertemanannya hancur waktu itu. Jika Rean memiliki perasaan padanya tidak menutup kemungkinan sikap gadis itu akan berubah. Bukan seperti Rean biasanya. Yang suka mengomel dan mengoceh. Ia takut persahabatannya hancur. Ia takut menyakiti gadis itu juga. Alasannya waktu itu menjauhi gadis itu juga karna ia takut kehilangan gadis itu.
Bahkan saat ini ia benar benar kehilangan gadis itu.
Kamarnya sangat berantakan. Ia malas membersihkannya. Beberapa hari belakangan ini Riga juga tak berekspresi. Meskipun Ilham sudah lebih dari kata gila untuk membuat Riga setidaknya tersenyum sedikit saja. Tapi tetap tidak berhasil.
Adiknya tour ke daerah Bandung. Kalau tidak sedang pergi mungkin ia sedikit punya kerjaan, mengerjai adiknya mungkin?
Lalu apa yang bisa ia kerjakan saat ini untuk melupai Rean sejenak?
Makan kepikiran gadis itu.
Mandi pun juga kepikiran.
Memberantaki kamar justru mengingat omelan gadis itu dulu.
Bermain gitar jadi galau sendiri.Moodnya tak tertebak sekarang.
Ditambah gadis yang waktu itu ia temui. Gadis itu masuk kelas IPS atau IPA ya? Sepertinya ia masuk IPS. Ia tidak menemui gadis itu selama memeriksa kelas IPA waktu itu.
Drrtt.. drrrtt..
'Mama dengar alfa kamu banyak sekali untuk satu semester ini.'
'Kamu bohongi mama ya dengan cara masuk pelajaran PKN saja?'
'Kamu ini kenapa Auriga! Seharusnya kamu bisa berfikir lebih dewasa dong!'
Kepala Riga pening seketika mendengar ocehan mamanya.
'Mama pulang kapan?'
'Masih lama. Dua bulan lagi mungkin.'
'Aku gapapa. Mama uruskan aja urusan mama disana. Gausah mikirin aku sama Gisel.'
Ucapan sarkatis Riga membuat mamanya kaget sekaligus marah.
'Mama disini juga untuk kamu dan Gisel, Riga!'
'Jangan berfikir mama senang disini!'
'Mama juga rindu sama kalian!'
'Aku ngantuk ma.'
Tut.
Ia menghela nafas berat. Lelah ternyata hidup seperti ini. Terlalu banyak helaan nafas berat di tiap harinya.
Aku cuma mau mama jenguk rumah setidaknya dua kali dalam seminggu, bukan uang melimpah atau omelan.
**
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden
Teen Fiction•TAHAP REVISI• Rindu yang mendalam hanya bisa diobati dengan temu. Tapi bagaimana jika pertemuan itu adalah hal yang paling kamu takuti dan kamu inginkan dalam satu waktu? Kecelakaan beberapa tahun silam membuat rasa bersalah itu tak kunjung hilang...