page 80

262 16 0
                                    

Jam menunjukkan pukul 8 malam. Rani mengetuk pintu kamar Anna beberapa kali. Ada hal yang ingin ia bicarakan.

"Masuk aja!" sahut Anna dari dalam.

Rani mendorong gagang pintu, kemudian menutup pintu itu kembali kala ia sudah masuk. Anna yang sedang tiduran, mengubah posisinya menjadi duduk.

"Udah mau tidur?" tanya Rani sambil berjalan menghampiri Anna.

Anna menggeleng, "Cuma lagi balesin chat di line. Mama ada apa sampai ke kamar? Kan Mama bisa manggil aku supaya aku yang datang ke Mama."

Rani menggeleng, "Biar Mama aja yang ke sini."

Rani duduk di pinggir kasur, kemudian membelai rambut Anna lembut.

"Betah di sini?" tanya Rani.

Anna mengernyit bingung, tapi tak urung ia mengangguk meski ragu.

"Sekolah kamu gimana? Aman?" tanya Rani.

"Aman, Ma, tenang aja," balas Anna sambil tersenyum.

"Kamu gak mau pindah sekolah di sini aja? Nanti Mama sama Papa yang urus," tanya Rani.

Jantung Anna berdegup kencang, ada bagian dirinya yang menolak saat Rani bertanya seperti itu.

"Kalo kamu takut, Mama bisa daftarin kamu di tempat Salsa sekolah, Mama juga akan minta sama gurunya supaya kamu bisa satu kelas sama Salsa kalo perlu," lanjut Rani saat melihat ekspresi Anna.

Anna menggeleng, "Engga Ma, bukan itu masalahnya. Boleh ngga kalo aku sekolah di sekolah aku yang ada di Jakarta aja?"

"Kamu gak keberatan? Mama pikir kalo kamu berhubungan dengan sekolah hanya lewat via online, itu mengganggu belajar kamu, kenapa gak sekalian dipindah aja sekolah kamu di sini? Sekolah-sekolah yang ada di sini bagus semua kok, gak kalah dengan yang ada di Jakarta," ujar Rani.

"Aku gak mau cari teman baru, Ma..." lirih Anna.

Rani menggenggam tangan Anna, "Trus kamu mau sampai kapan ada di sini?"

Anna diam, ia tak tahu harus menjawab bagaimana. Ia tidak mau pindah sekolah, tapi ia juga belum siap kembali ke Jakarta. Ia belum siap bertemu dengan Riga. Perasaannya sama sekali tidak berubah, ia belum siap melihat Riga dan Ocha lagi.

"Aku boleh minta waktu satu minggu lagi? Setelah itu aku siap balik ke Jakarta," tanya Anna memohon.

Rani tersenyum, ia mencoba untuk memaklumi Anna yang berada di masa labilnya.

"Gak apa-apa. Minggu depan kita ke Jakarta ya?" tanya Rani memastikan.

Anna mengangguk mengiyakan.

"Kalo gitu Mama kembali ke kamar ya, kalo kamu berubah pikiran, atau ada yang mau disampaikan, bilang ke Mama, ya?" ujar Rani.

"Iya, Ma," balas Anna.

Setelah Rani menutup pintu kamar, helaan napas berat keluar dari hidung Anna.

"Ternyata lo beneran udah lupain gue, Rig," ujar Anna lirih.

•-•

The HiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang