page 12

425 33 3
                                    

Dengan lesuh Riga menatap dirinya sendiri di cermin. Untuk pertama kalinya ia menganggap dirinya jelek. Bayangkan saja, matanya hitam seperti panda. Belum lagi kantung matanya. Moodnya juga hancur. Ia kurang tidur. Ia mengantuk.

"Abaaaangg!! Ayo sarapan! Atau langsung cabut sekolah? Abaaaangg!! Aku tunggu dirimu di meja makan!" Teriak Gisel dengan cemprengnya.

Ia kembali menghembuskan nafasnya berat. Bisakah adiknya tidak berteriak seperti di hutan sehari saja? Kepalanya ingin meledak rasanya.

Dengan langkah amat-amat gontai ia menuruni tiap tangga. Gisel menatapnya dengan tatapan heran.

"Lo siapa?" Tanya Gisel.

"Riga."

"Gue gak percaya! Gue akui abang gue itu ganteng, dan ini? Enggak! Lo culik abang gue dimana?!" Tanya Gisel dengan nada memekik.

"Ini gue Gisel. Gece abisin rotinya. Gue mau langsung jalan." Jawab Riga.

Gisel meringis pelan. "Kasian abang gue, mirip pengemis pinggir jalan." Gumamnya saat Riga sudah meninggalkannya.

**

Tasnya jatuh tepat diatas mejanya. Ia melemparnya di jarak setengah meter.

Bug!

"KODOK BERANAK!" Teriak Ilham reflek sambil mengangkat kedua tangannya.

Galih menggeleng pelan. Latah Ilham jelek sekali.

"Lo kenapa man?" Tanya Galih bingung.

"Lo kaya.. mayat idup." Sambung Ilham.

"Kurang tidur." Jawab Riga.

Ia langsung menelungkupkan kepalanya diatas kedua tangannya yang sudah terlipat di atas meja.

Setelah mimpi itu datang ia sama sekali tidak bisa tidur. Mimpi itu selesai tepat pukul 02.00 dini hari. Karna tak bisa memejamkan matanya ia terpaksa bermain PS hingga pagi hari. Jadilah kantung mata dan mata pandanya.

Dan jangan lupakan, ia menangis semalam walau hanya beberapa tetes.

"Kenapa sih? Lo jarang banget gadang Rig. Tumbenan bener! Lo kenapa sih? Ada banci nyasar ke rumah lo? Atau Gisel pms dadakan dan minta lo cariin kodok melahirkan?" Tanya Ilham.

"Lo juga! Ngapain bahas kodok lahiran mulu si?! Sejak kapan kodok ngelahirin? Belajar dimana lo? Jangan gubluk-gubluk amat apa jadi anak Ips! Malu-maluin aja heran." Oceh Galih.

Ilham hanya menunduk layaknya anak dimarahi seorang ibu. Setelah Galih berhenti berbicara ia langsung mendongakkan kepala kembali dan menatap Riga dengan tatapan menagih hutang.

"Gue gapapa. Udah sana! Gue mau tidur." Gumam Riga dalam pejaman matanya.

Rahman juga belum datang sampai saat ini. Biasanya saat Riga datang, Rahman sudah stay di tempat duduknya melihat kedua temannya bertengkar, siapa lagi kalau bukan Ilham dan Galih.

Panjang umur.

Rahman baru saja duduk di bangkunya. Ia juga menatap heran ke arah Riga uang menelungkup seperti itu. Tidak biasanya ia tidur di pagi hari seperti ini. Biasanya Riga menewaskan diri di jam sebelum istirahat.

"Angkat kepala coba Rig." Pinta Rahman saat Ilham mengadu tentang Riga.

Dengan terpaksa ia mengangkat kepalanya yang berat. Matanya memerah karna tidurnya terpotong.

"Mimpinya dateng lagi?" Tanya Rahman.

Rahman peka memang.

Riga hanya mengangguk pelan. Galih menepuk keningnya, sedangkan Ilham menepuk dadanya.

The HiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang