Anna benar-benar bosan. Menghabiskan hari di dalam kamarnya, adalah kebiasan barunya. Biasanya, Anna merasa betah-betah saja. Berbeda dengan kali ini, semua film yang ada di laptopnya sudah pernah ia tonton lebih dari dua kali, permainan di ponsel maupun laptopnya juga membosankan, sosial media yang ia punya juga tidak menarik.
Jika dia mengatakan pada Rani, kalau ia bosan, pasti Rani akan meminta pada Azam untuk menemaninya jalan-jalan. Anna tidak mau itu. Ia mau sendiri, mencari angin, tapi itu juga tidak memungkinkan, karena Rani tidak akan menyetujuinya. Anna masih tidak tau jalan, Rani khawatir Anna akan kesasar kemana-mana.
"YA TUHAN ANNA BOSEEEEN!!!" erang Anna frustasi.
Anna mulai ragu tentang kepedulian Riga padanya. Ia hanya menutup semua sosial medianya. Apa Riga benar-benar bahagia dengan Rean sampai melupakan dirinya? Sahabat itu mengabari saat susah maupun senang kan? Kenapa Riga tidak pernah datang untuk bercerita tentang kehidupannya setelah Rean kembali?
Sarah, Bram, juga Azhar tidak tau tentang alasan Anna pindah. Jika Riga peduli padanya, pasti Riga akan ke rumah dan menanyakan keberadaannya. Sarah pasti akan menjawab karena Sarah tau betapa baiknya Riga. Juga, Riga pasti sudah datang ke sini untuk bertemu dengannya.
Anna memang menghindari Riga, tapi ia juga berharap Riga datang untuk menanyakan kapan ia kembali ke Jakarta.
Anna mengganti semua komunikasi, demi melihat perjuangan Riga. Tapi sepertinya, semua itu sia-sia. Riga tidak peduli padanya.
Drrtt.. Drrtt..
Nama 'Mama Sarah' tertera di layar. Cepat-cepat Anna menekan tombol hijau pada layar.
"Halo?"
"Asamualaikum anaknya Mama!"
Senyum Anna melebar.
"Waalaikumsalam Mamanya Anna!"
Anna dan Sarah tertawa bersamaan.
"Lagi ngapain kamu?"
"Tiduran. Mama sendiri lagi apa?"
"Ngaduk adonan kue."
"Kok gak berisik?"
"Suara mixer maksud kamu? Mama lagi gak pengen pakai mixer, bikin ini juga karena lagi pengen bikin kue aja."
"Gabutnya Mama berfaedah sekali ya."
"Iya dong. Emangnya kamu, gabutnya nonton film dari berbagai genre."
"Hehehe."
Hening.
"Mama kangen kamu. Kamu gak kangen Mama?"
Anna bungkam. Anna tau kelanjutan topik yang Sarah maksud.
"Kapan main ke Jakarta?"
Anna menjauhkan ponselnya dari telinga. Kemudian memikirkan jawaban yang pas untuk kali ini.
"Anna nanti ke sana, tapi belum tau kapannya."
"Ma, video call yuk!"
"Boleh."
Anak menekan tombol video call pada ponselnya. Kemudian mengatur posisi agar wajahnya bisa terlihat full di layar.
"Anna kangen sama Mama! Kok makin cantik aja sih sekarang?" goda Anna.
"Ah iya dong. Mama kan awet muda," balas Sarah di seberang sana sambil menjumput sedikit rambut yang dipindahkan ke belakang telinga.
"Beneran deh. Kirim-kirim kuenya dong ke sini!" pinta Anna.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden
Teen Fiction•TAHAP REVISI• Rindu yang mendalam hanya bisa diobati dengan temu. Tapi bagaimana jika pertemuan itu adalah hal yang paling kamu takuti dan kamu inginkan dalam satu waktu? Kecelakaan beberapa tahun silam membuat rasa bersalah itu tak kunjung hilang...