Kali ini Anna membetulkan kalimat 'dunia memang sempit'. Anna merasakan itu saat ini. Merasakan dimana orang-orang yang menurutnya tidak memiliki hubungan apapun justru memiliki ikatan batin yang kuat.
Di hadapannya ada Calista, orang yang membantu gadis itu memilih gaun dua hari yang lalu, ada Rian dan Vera, Anna tidak akan pernah melupakan dua orang itu, dua orang yang membuatnya harus masuk ke dalam ruang BP untuk yang pertama kalinya.
Dan mereka, keluarga. Keluarga!
Anna masih memasang wajah terkejutnya. Padahal sepuluh menit sudah berlalu, tapi rasa terkejut itu masih saja ada tanpa mau menghilang sebelum mendapat penjelasan yang masuk akal.
Mana mungkin mereka keluarga!
Kalau mereka keluarga, sifat licik dan judes Vera darimana? Rian saja baik sekali pada Anna, Calista? Jangan ditanya lagi! Baik banget!
"Maaf ya kami datang terlambat, macet sekali tadi," ujar Rian merasa bersalah.
"Gapapa. Kami juga baru sampai kok," balas Bram.
Baru sampai dari Hongkong! Batin Anna gondok.
Kenapa Anna jadi emosi? Ya karena cacing di dalam perutnya sudah mendemo lapar! Kalau saja Anna sedang tidak lapar, kemungkinan ia akan tersenyum manis dan tidak mengumpat sama sekali, sayangnya cacing-cacing di dalam perutnya sedang tidak bisa diajak berkompromi.
"Mari duduk," Bram mempersilahkan mereka duduk, ia sendiri pun ikut duduk.
"Bagaimana tadi di jalan? Macet banget?" tanya Bram.
"Iya, lima belas menit kejebak macet tadi. Tau gitu datang lebih awal tadi," balas Rian.
Sementara para laki-laki berbincang, Calista justru tak bisa lepas dari Anna. Ia juga sama seperti Anna, kaget. Takdir begitu lucu kan?
"Gak nyangka bisa ketemu kamu lagi Anna," kata Calista.
Anna hanya menyengir saja. Ia sudah tidak bisa ngapa-ngapain.
"Loh kalian saling kenal?" tanya Sarah kaget.
"Baru sih, dua hari yang lalu aku lihat Anna lagi kebingungan cari gaun gitu, jadi aku bantu buat milih yang cocok untuk dia," jelas Calista.
"Pantes! Aku gak percaya dia bisa milih gaun secantik itu sendirian!" balas Sarah.
Anna memutar bola matanya. Ia lapar!!
Disela-sela menahan lapar, Anna masih memikirkan ada hubungan apa antara Rian, Vera, dan Calista. Apa mereka keluarga? Tapi masa sih? Mereka beda sekali!
"Kenalin, samping gue ini namanya Azhar. Dia adik gue, lo gak lupa kan? Dia yang bakalan nerusin perusahaan gue nanti," ujar Bram dengan bahasa anak mudanya.
"Lalu, gadis cantik di samping Azhar, dia Anna, anak gue satu-satunya. Cantik kan?" lanjut Bram.
"Haha iya cantik. Bukan wajahnya aja, tapi juga hatinya. Ah iya Zhar, dulu, waktu saya ke rumah Bram, kamu masih baru lahir. Itu pun juga Bram sudah dua puluh tujuh tahun. Saya kaget Bram punya adik kecil diumurnya yang terbilang sudah bukan anak muda lagi," kata Rian mengeluarkan pendapatnya.
Sedangkan Azhar hanya senyum-senyum saja. Dia memang tidak mudah akrab dengan orang lain. Mungkin memerlukan beberapa jam kedepan lagi.
"Lo belom kenal anak gue kan? Nah, di samping Calista, itu anak gue, namanya Vera," ujar Rian mengenali Vera.
"Cantik loh. Kelas berapa?" tanya Bram.
"Sebelas," balas Rian.
"Sama dong kaya Anna? Apa kalian satu sekolah?" tebak Bram.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden
Teen Fiction•TAHAP REVISI• Rindu yang mendalam hanya bisa diobati dengan temu. Tapi bagaimana jika pertemuan itu adalah hal yang paling kamu takuti dan kamu inginkan dalam satu waktu? Kecelakaan beberapa tahun silam membuat rasa bersalah itu tak kunjung hilang...