Riga menjatuhkan pandangannya pada langit juga gedung-gedung di hadapannya. Angin sore berhembus lembut. Membuat rambut Riga menari-nari bebas mengikuti arah angin.
"Rig."
Hening.
"Gue laper. Cari makan yuk."
Hening.
"Rig?"
Masih hening.
"RIGA!"
"Astagfirullahalazim! Gue gak budek Cha, jangan teriak-teriak di kuping dong," protes Riga.
Ocha menghela nafas panjang. "Gue udah manggil lo, tapi lo nya gak nyaut."
"Loh, kapan?" tanya Riga.
"Semalem di mimpi!" balas Ocha ketus.
"Sayangnya semalem gak ada elo Cha di mimpi gue, yang ada gue sama Anna lagi jalan-jalan ke negara kincir angin," sahut Riga.
Ocha melirik Riga sinis. "Ayo makan!"
"Kan tadi kita udah makan Cha."
"Tapi tadi cuma makan ice cream Riga. Gak kenyang sama sekali."
Hening.
"Kapan-kapan bawa gue ke sini lagi ya. Adem tempatnya," ujar Ocha sambil menatap langit yang mulai menggelap.
"Gak bisa," balas Riga cepat.
"Loh, kenapa?" tanya Ocha bingung.
"Ini tempat gue sama Anna," jelas Riga.
Ocha tertawa pelan. "Ini rooftop sekolah, tempat umum. Dan gak ada larangan buat siapapun buat ngunjungin tempat ini," sinis Ocha.
Riga melirik Ocha, merasa ada yang aneh dengan gadis di sebelahnya.
"Jam berapa sekarang?" tanya Riga.
"Lima sore," balas Ocha.
"Ayo makan, abis itu gue antar lo pulang," ajak Riga, menyisakan perasaan Ocha yang kini terasa perih.
•-•
Riga menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Ocha terasa aneh hari ini. Mulai dari yang tiba-tiba marah karena membicarakan Anna, hingga minta turun supermarket, juga menyuruhnya pulang terlebih dahulu. Dirinya juga tidak bisa mengontrol otaknya sedari tadi. Otaknya penuh dengan Anna. Menanyakan gadis itu di mana, baik-baik saja atau tidak, sedang apa, sudah pulang atau belum.
Tak satu pun pesan darinya yang terbalas, hal itu membuat dirinya khawatir bukan main. Ia sudah menelpon Anna berkali-kali, namun hanya suara operator saja yang menyahut, berkata bahwa nomor yang ia hubungi sedang tidak aktif. Hal ini membuat dirinya semakin berfikir yang tidak-tidak juga menaikkan kadar emosional pada diri Riga. Tak satupun sapaan yang ia balas sedari tadi. Bahkan masuk kamar pun rasanya ingin ia acak-acaki saja semua barang.
Anna
Jadi pulang sama Azhar? 15.20
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden
Teen Fiction•TAHAP REVISI• Rindu yang mendalam hanya bisa diobati dengan temu. Tapi bagaimana jika pertemuan itu adalah hal yang paling kamu takuti dan kamu inginkan dalam satu waktu? Kecelakaan beberapa tahun silam membuat rasa bersalah itu tak kunjung hilang...