Riga hanya diam membisu melihat ketiga temannya juga diam. Memilih untuk menunduk, membiarkan yang lain bergerak bebas. Selalu seperti itu. Rasanya ia ingin seperti dulu lagi, bercanda tanpa ada masalah. Menghina tanpa ada yang tersinggung. Tertawa tanpa ada beban. Bersama-sama tentunya.
Rahman yang tak tahan akan kesunyian langsung mengambil ponsel di kantung celana bagian depan, mengetik sesuatu, lalu mengirim pesannya. Bersamaan tanda kirim tertekan, ponsel milik Riga berbunyi.
Rahman
Waktunya lo minta maaf.
"Gue balik dulu. Bebas lah kalian mau gunain buat apa ini tempat," ujar Galih.
Galih meninggalkan ruangan langkah demi langkah. Riga ragu ingin memanggil, ia masih menatap ponselnya yang menetap di roomchat-nya dengan Rahman.
Skrg.
"Gal!" panggil Riga.
Galih berhenti. Berfikir untuk berbalik atau tidak. Dadanya berdesir hangat ketika namanya dipanggil. Sudah berapa lama mereka tak bertegur sapa?
Ilham menatap Galih. Ikut memperhitungkan apa Galih akan berbalik atau tidak. Sedangkan Rahman hanya menggenggam ponselnya erat, berdoa agar temannya bisa menurunkan egonya untuk saat ini.
Galih menolehkan kepalanya ke belakang, tapi tidak dengan tubuhnya. "Kenapa?" tanyanya dingin.
"Gue– mau minta maaf," ujar Riga kaku.
"Buat?" nada bicara Galih yang semakin dingin membuat Riga semakin grogi.
"Buat masalah yang kemarin. Gue sadar gue salah, gue minta maaf," balas Riga.
"Gue juga minta maaf sama lo Ham, Man. Gue bener-bener nyesel udah nyia-nyiain kalian beberapa waktu," lanjut Riga.
"Sorry, maaf lo udah gak berguna," balas Galih dingin.
"Gal.." panggil Ilham pelan.
"Apalagi Ham?" tanya Galih sewot.
"Hargain usaha Riga sedikit," balas Rahman.
"Hargain? Dia aja gak mau hargain usaha kita kemarin-kemarin. Ngapain kita harus susah payah hargain usaha dia? Gue balik!" Dengan pintu terbuka lebar, Galih meninggalkan rumah pemberian Rian.
Keadaan menjadi sunyi kembali. Rasanya dada Riga benar-benar sesak, lebih sesak dari sebelumnya. Apa setelah ini dia benar-benar menjadi musuh dengan Galih? Apa dia benar-benar tidak bisa dapat maaf dari Galih?
Rahman mendekati Riga, menepuk pundak kiri Riga, memberi kekuatan sedikit. "Gue maafin lo kok Rig, jangan dengerin kalimat Galih tadi ya. Lo tau sendiri dia orangnya gimana."
"Iya Rig. Gue maafin lo juga. Mungkin Galih masih butuh waktu buat mikir," ujar Ilham.
"Makasih banyak Ham, Man. Gue gak tau lagi harus ngapain. Tapi dapat maaf dari kalian aja rasanya udah cukup kok. Galih gak mungkin mau disatuin sama gue, kalian cukup temenin dia aja abis ini. Emang gue yang salah, mungkin gue gak pantas dapat maaf dari dia," balas Riga.
"Gak usah down gitu dong. Kita semua gak ada yang marah sama lo kok. Gengsi Galih aja tuh kegedean. Padahal mah dari kemarin-kemarin dia bilang kalo lo minta maaf dia bakalan maafin lo," ujar Ilham.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden
Teen Fiction•TAHAP REVISI• Rindu yang mendalam hanya bisa diobati dengan temu. Tapi bagaimana jika pertemuan itu adalah hal yang paling kamu takuti dan kamu inginkan dalam satu waktu? Kecelakaan beberapa tahun silam membuat rasa bersalah itu tak kunjung hilang...