bakery

6.9K 417 22
                                    

Randy memasuki sebuah toko roti yang terletak di sebelah kampusnya setelah jam kuliah selesai. Hari ini, ia sudah berhenti membuatkan sup untuk Gretta. Pekerjaan dan jadwal kuliahnya yang semakin bertambah membuatnya tidak mempunyai waktu untuk memasak.

Setelah menunggu beberapa menit demi sekantung roti cokelat kesukaan Gretta, Randy mengucapkan terima kasih dan beranjak keluar dari toko itu. Namun, ia bertemu seseorang di depan pintu kemudian menghentikan langkahnya.

"Dokter Frans?"

Laki-laki dengan tubuh kurus tinggi yang mengenakan kacamata itu menatap Randy lamat-lamat. "Randy?"

Frans menjabat tangan Randy. "Apa kabar dok? Lama nggak ketemu. Sudah dua bulan sejak Gretta berhenti terapi." Tanya Randy berbasa-basi, sebenarnya ia sangat buru-buru karena sebentar lagi jam istirahat Gretta.

Frans, psikolog yang menangani pemulihan mental Gretta yang Randy tahu sudah selesai beberapa bulan lalu merupakan seorang pria berusia empat puluh tahun. Ucapan Randy membuatnya tersenyum sekaligus bingung.

"Gretta kembali terapi dengan saya sejak dua minggu lalu. Dia nggak ngomong ya?"

Randy mengumpat dalam hati, kesal karena gadis itu kembali menutup diri dari dirinya. "Saya nggak tahu, dok. Saya kira dia bakal ngomong ke saya."

Saya kira, saya adalah orang yang paling dia percaya.

Lelaki yang mengenakan kemeja biru laut pada siang itu tersenyum tipis dan membenarkan kacamatanya. "Gretta itu tipikal orang yang tidak senang merepotkan, gadis itu mandiri. Selama lima bulan ini mungkin dia sangat memerlukan teman, kamu, karena dia benar-benar sedang berada dalam titik terendah di hidupnya. Kasarnya, Randy, Gretta membutuhkan kamu saat ia sedang berusaha kembali bangkit untuk hidup. Kamu adalah pohon mangga, untuk bunga anggrek seperti dia. Kamu membantunya hidup, sementara dia memanfaatkan kamu tapi tidak memberi keuntungan apa-apa."

"Kamu dengan dia hanya sebatas simbiosis komensalisme, Randy."

Randy terhenyak akan penjelasan dokter Frans. Ia merasa sedikit sedih untuk kenyataan yang ia terima. Namun, dalam lubuk hatinya yang terdalam, sebuah simbiosis yang tidak menguntungkan satu pihak seperti dirinya bukanlah merupakan hal besar yang perlu tuntut balasan.

"Begitu ya, dok?"

"Iya. Tapi, Randy, kamu jangan sedih ya. Gretta tidak akan melupakan jasa kamu pada dia."

Seakan mengerti dengan perasaannya yang seakan tidak rela, dokter Frans pamit untuk masuk ke dalam toko sementara Randy mendorong pintu keluar. Randy mengangguk kepada angin yang berhembus. Ia sendiri kalut dan tersesat pada badai dalam dirinya di hari yang panas dan cerah.

💀

"Kita disuru sama pak Dion beli bukunya barengan, Gege."

Lawan bicara laki-laki itu mendecak. "Nama gue, Gretta, bukan Gege!"

"Tapi gue mau manggil lo dengan cara yang berbeda dari orang lain."

"Supaya apa?"

"Supaya..."

Gretta memutar mata kemudian melangkah melewati cowok yang langsung menahan lengannya agar jangan pergi dari sana. "Iya-iya ampun! Gue nggak panggil lo Gege lagi. Tapi sore ini kita jalan ya? Makan? Mau ya?"

Jika skala ilfeel Gretta kepada Mikha dapat dihitung, hal itu akan menjadi infinity, alias tidak terhingga. Sekarang saja Mikha menodongnya dengan berbagai permohonan aneh tidak berbobot yang juga jelas tidak akan menguntungkan bagi Gretta.

Goldie vs GrettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang