Malam itu di sebuah kafe, suasana sangat tenang. Aroma dari kopi yang disajikan oleh barista-barista tampan melekat pada hidung masing-masing orang. Jangan lupakan wangi dari roti yang sedang dipanggang, membuat siapa saja rela menghabiskan uang lebih untuk kesenangan yang lebih.
"Make it elegant! Jangan ada warna pink di sana!"
Willy, event organizer dengan gaya melambai dan kepala pelontos memijat dahi karena belum sempat dia mengutarakan idenya, gadis itu sudah memprotes dia.
"Hei, Gretta, chill honey! Nggak ada yang mau buat acara sweet seventeen—"
"Jangan ada embel-embel sweet seventeen!"
Helaan napas Willy membuat Keegan dan Mikha menggeleng-gelengkan kepala mereka. Gretta yang ada di hadapan mereka seperti sedang merencanakan pernikahan, dalam cara yang diperumit dan dipersusah.
"Will, dia nggak mau acaranya disebut sweet seventeen. Yang lain boleh asalkan jangan itu." Mikha berkata dengan senyuman manis, berharap Willy tidak akan meninggalkan acara itu akibat kesal akan Gretta dan mulut cerewetnya.
"Sukur lo ganteng. Dan lo, Gretta, aneh emang lo." Ucap Willy sambil menyiapkan buku untuk membaca konsep yang sudah ia rencanakan.
"Jadi begini, acara lo nggak akan gue buat norak seperti yang lo pikirin sebelumnya. Untuk lo tahu, gue bukan eo sembarangan. Bersyukur karena Mikha yang hot kenal sama gue, William Rusadi yang tenar karena keapikan dalam mengatur segala hal jadi bagus. Gue akan buat acara lo lebih dari ulang tahun anak-anak artis dan lebih dari ulang tahun siapa aja yang lo mau. Honey, gue nggak pernah setengah-setengah untuk ngerjain sesuatu. Serahin ke gue."
Keyakinan Gretta tumbuh pula akhirnya setelah mendengar Willy yang menyombongkan diri sedikit membuatnya jengah. Lelaki berusia tiga puluh empat tahun itu menjelaskan dengan sangat rinci konsep ulang tahun Gretta dan semua dari mereka takjub.
"Gue belum pernah nerapin konsep ini sebelumya, dan sorry to say, budget yang harus lo keluarin lumayan gede." Willy merapikan buku-buku serta melepas kacamata bacanya. Ia menaruh semua itu di dalam ransel kecil mengilap karena dipenuhi glitter yang membentuk huruf W.
Gretta memandangi kedua laki-laki yang juga balik menatapnya. Ia membisikkan sesuatu kepada mereka dan membiarkan Willy, menyesap espressonya sambil memutar mata.
"Kha, gue bakal ngebunuh lo habis ini."
Keegan menatap sahabatnya ngeri dan menarik kepala dari sana, enggan berlama-lama dekat dengan radius Gretta yang sudah siap menerkam Mikha. Keegan takut kena imbasnya. Ia tahu watak gadis itu dan kenapa ia memarahi Mikha. Gretta yang super hemat atau Gretta yang super pelit, untuk dirinya sendiri.
"Gue nggak mau ngeluarin uang banyak-banyak! Nanti gue jadi miskin!" Gretta berkata demikian dengan masih berbisik, padahal Willy mendengar bisikan yang sudah seperti teriakan itu.
Mikha mendecak dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "yaelah, kaya orang susah aja lo."
"Emang gue susah!"
"Ya jual aja satu resort lo."
"Lo pikir resort itu punya gue? Itu punya bokap, bego. Mulut lo juga lama-lama gemes ya gue. Nyuruh jual resort macem nyuruh jual bawang."
Keegan tertawa membuat Willy meringis karena ketampanan yang terpancar meningkat dua kali lipat. "Bisa mati kejang gue kalau deket-deket sama geng lo pada."
Tidak ada yang menggubris dan Keegan langsung menghentikan tawanya, sadar akan efek yang telah ia berikan pada laki-laki yang ia tidak yakin, normal, itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Goldie vs Gretta
Fiksi RemajaGoldie tentang Gretta "Gue gak paham itu anak, di antara semua cewek di sekolah, cuma dia yang benci gue sebegitu bencinya. Iya sih gue suka gangguin dia, dari dulu. Soalnya anaknya lucu kalau lagi ngamuk, kaya Harimau Betina. Tapi selucu apa pu...