Atmosfer yang sangat canggung tercipta begitu Mikha memasuki mobil Goldie. Di dalam mobil sudah terdapat Gretta dan Keegan yang entah siapa yang mengajak duduk di kursi belakang.
"Jangan heran ya kenapa gue bawa Keegan. Dia kan juga sahabat gue. Sama kaya lo berdua." Ucap Gretta sambil menatap was-was pada Mikha dan Goldie bergantian yang duduk di kursi di depan.
Mikha yang baru memasang seat belt-nya langsung menjawab, "iya, Ge, nggak apa-apa."
Mendengar ada yang janggal, Goldie langsung menyela, "lo panggil Gretta apa tadi?"
"Ge." Jawab Mikha.
"Ge dari mana? Namanya kan Gretta."
"Ya buatan gue lah. Suka-suka gue. Kenapa mesti lo yang sibuk?"
"Jangan lo panggil Gretta kaya gitu lagi di depan gue ya tolong. Hampir diare gue."
"Nggak nyambung."
Dehaman Gretta membuat keduanya terdiam dan Goldie menjalankan mobilnya. Perlu waktu lima belas menit menuju mall yang mereka tuju. Setelah membeli tiket dan beberapa makanan ringan untuk diri masing-masing, Goldie yang bertugas memesan makanan sibuk menggoda kasir cantik berkacamata. Membuat kesempatan untuk Mikha mendekati Gretta dan berbicara kepada gadis itu.
"Ge." Panggilnya.
"Apa?"
Mikha memerhatikan gadis itu yang memerhatikan Goldie. Dalam hatinya, ia sedikit tersisih. "Gue nggak tahu kalau lo sama Goldie balikan lagi." Ucap Mikha membuat Gretta terperangah.
"Kita nggak bener-bener musuhan kok."
"Maksud lo musuhan? Lo sama Goldie nggak pernah pacaran?"
"Nggak pernah, Kha. Lo dapet berita dari mana gue pacaran sama dia?"
"Semua orang."
Gretta terkekeh kemudian lanjut berbicara, "semua orang yang bilang ke lo gue pacarnya Goldie tuh lagi mabuk asli."
Lelaki itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "tapi emang kelihatannya lo deket banget kan sama Goldie. Nggak salah juga orang-orang yang tadi gue bilang. Serius, Ge, gue kira lo mantannya."
Tawa Gretta semakin meledak, "nggaklah, Kha! Lo lihat aja kelakuannya sekarang." Gretta menunjuk ke arah Goldie yang belum habis menggoda si kasir yang sudah bersemu merah. "Mana mau gue jadi mantannya."
"Terus kok Goldie di sini?"
"Pertanyaan lo bakal di jawab sama Keegan."
Setelahnya keempat orang itu masuk ke dalam bioskop untuk menonton film bergenre komedi yang merupakan pilihan Keegan. Perlu diketahui jika seorang Keegan takut dengan hal berbau hantu Dan sejenisnya. Alhasil, semua orang mengikuti kemauan lelaki itu. Film yang berdurasi dua jam terasa begitu singkat untuk keempat orang yang rahangnya sudah pegal akibat tertawa.
Goldie melihat arloji yang bertengger di tangan kirinya. Kemudian sebuah ide untuk menahan Gretta lebih lama terlintas dengan cepat.
"Gue laper nih." Lapor Goldie pada ketiga orang di hadapannya yang masih sibuk membahas tentang film yang baru mereka tonton.
"Laporan sana sama security." Mikha menyela ketus.
"Gue nggak ngomong sama monyet."
Gretta yang paham maksud Goldie langsung menghentikan perdebatan yang mungkin akan terjadi, "udahlah nggak usah berantem terus, heran gue. Mau makan di mana, Di?"
"Di sate langganan gue."
"Kenapa nggak di sini aja?" Mikha menanyakan hal yang murni keluar dari hati ingin tahunya.
"Karena ya Mikha, seorang model senior, gue nggak suka bau keramaian di mall kaya gini. So basic you know?"
Tidak mengerti Mikha tidak melanjutkan percakapan aneh itu. Ia hanya akan menuruti semua kemauan Goldie, demi Gretta. Setidaknya, Mikha harus terlihat lebih dewasa daripada Goldie.
"Ayo buruan ke sana. Kita makan dan gue bakal jelasin kenapa lo berdua harus kaya gini malam ini." Ucap Keegan sambil menggandeng Gretta untuk keluar dari mall itu membuat Goldie dan Mikha hanya mengelus dada.
Sabar. Beruntung Keegan itu sahabat Gretta. Kalau bukan, udah gue injek-injek tangannya. Batin keduanya.
💀
Keesokan paginya, di SMA Brighten, beberapa siswa menyaksikan adu mulut antara Jean dan Maddy. Pasalnya, Maddy dengan keras kepala menghalangi pintu masuk ke kelas Jean, alias kelas Goldie. Kerumunan seniornya yang juga terhalang masuk sudah berkeras untuk membuay gadis itu bergeser dari sana. Tetapi nampaknya, Maddy tetap akan berdiri di sana sampai Jean sendiri emosi.
Dia tidak akan pergi sebelum apa yang dia kehendaki datang untuk memintanya pergi.
"Nggak ada sopan santunnya ya lo ke senior? Ngapain lo berdiri di depan pintu kaya gini? Setres ya lo ditinggal Goldie yang tahu busuknya cewek centil kaya lo?"
Maddy hanya menatap datar kepada Jean yang berusaha masuk ke dalam kelas tapi di halangi oleh tubuh ramping milik juniornya itu. Naik pitam, Jean mulai menggunakan cara kasar supaya Maddy menggeser tubuhnya agar tidak lagi menghalangi pintu kelas mereka. Pintu kelas Goldie dan Jean.
"Setan, minggir nggak lo." Ucap Jean dingin sambal berkacak pinggang menantang Maddy yang tidak bergerak sedikit pun.
"Kalau gue nggak mau minggir kenapa? Gue mau nunggu pacar gue di sini, dan lo, mantan temen dari cewek nggak berguna yang bisanya cuma ngerebut cowok orang, harusnya lo yang nggak di sini."
"Lo mau berantem bilang, setan, nggak di sini."
"Jean, maaf. Berantem sama lo? Buat apa?"
"Kalau gue jadi lo Jean, udah gue robek mukanya daritadi."
Suara bariton itu membuat kedua gadis beserta beberapa orang lainnya yang berdiri di luar kelas menoleh. Suara bariton yang sangat khas, atau suaranya yang dikenal satu sekolah itu hanya milik satu orang. Dalam radius seratus meter pun, jika sudah ia yang berbicara, semua orang tahu siapa pemiliknya.
"Sayang," sapa Maddy sambil berjalan meninggalkan Jean yang beridiri terpaku di depan pintu geram dengan aksi perempuan itu, tapi tidak akan gegabah untuk sekedar membuatnya diam.
Saat tangan Maddy hampir menyentuh lengannya, Goldie mengambil langkah menjauh.
"Setahu gue, cewek punya harga diri yang tinggi. Lebih tinggi daripada semuanya. Tapi baru kali ini gue ngelihat ada cewek yang nggak ada harga dirinya."
Rahang Maddy mengeras karena ia marah dengan ucapan Goldie.
"Jean, sukur tadi nggak lo pukul. Kalau lo pukul Jean, tangan lo bisa rusak karena cewek ini." Goldie menunjuk Maddy seolah gadis itu hina.
Jangan tanya seberapa benci Goldie dengan gadis itu setelah apa yang telah ia lakukan kepada Gretta.
"Lo bakal nyesel karena udah mutusin gue, Di, lihat aja."
"Kalau pun gue nyesel karena udah mutusin lo, itu mungkin karena gue nggak pernah make out sama lo. Selebih itu, gue bersukur nggak pernah nyentuh lo atau pun yang lainnya. Lo hina. Itu intinya."
Goldie meninggalkan Maddy yang berganti terdiam tak dapat berkata di depan semua seniornya yang kemudian melempar tatapan tak suka. Jean masuk ke kelas diikuti beberapa temannya yang tertawa merendahkan Maddy. Harga diri gadis itu benar-benar habis karena ucapan Goldie. Ia tidak tahu jika lelaki itu bisa sekeji dan sejahat tadi. Memikirkannya, Maddy meringis dalam diam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Goldie vs Gretta
JugendliteraturGoldie tentang Gretta "Gue gak paham itu anak, di antara semua cewek di sekolah, cuma dia yang benci gue sebegitu bencinya. Iya sih gue suka gangguin dia, dari dulu. Soalnya anaknya lucu kalau lagi ngamuk, kaya Harimau Betina. Tapi selucu apa pu...