Pagi itu cerah secerah senyum Goldie yang selalu terpampang di wajahnya selama satu jam terakhir. Ia benar-benar harus siap dengan hari ini. Hari ini ia akan membawa Gretta jalan-jalan. Karena terlalu bersemangat ia bangun dua jam sebelum waktu yang ditentukan ia harus menjemput cewek itu.
Goldie sudah selesai dengan pakaiannya. Celana denim panjang berwarna hitam, kaos yang berwarna sama, bomber jacket sebagai outwear-nya yang berwarna putih dan sneakers keluaran terbaru berwarna putih. Ia benar-benar tampan hari ini. Rambut Goldie yang termasuk panjang untuk ukuran seorang pelajar, ia tata sedikit, walau sepertinya tidak akan bertahan lama karena ia tidak menggunakan gel. Untuk apa menggunakan gel? Ia bukan mau mendatangi sebuah acara formal, ini hanya sebuah jalan-jalan yang spesial.
Ia menuruni anak tangga dan langsung menuju dapur. Masih ada empat puluh menit sebelum waktu yang dijanjikan tiba. Ia masih bisa sarapan bersama dengan kedua orang tuanya. Saat ia sedang berada di ruang makan, suara panci jatuh dari kitchen island membuatnya penasaran. Karena terhalang sebuah tembok, ia harus melewati sebuah pintu lagi untuk sampai ke sana.
Saat Goldie sampai ke sumber suara, ia langsung memutar matanya dan berbalik. "Ya ampun! Anaknya dikasi lihat live porno pagi-pagi!"
Rafael langsung melepas pagutannya di bibir isterinya, Diana, dan memperbaiki anak rambut isterinya yang berantakan karenanya. Dapat Rafael lihat wajah Diana bersemu merah dan sedikit kesal. Malu dan kesal karena anak semata wayang mereka itu.
"Udah belum?" Tanya Goldie masih membelakangi orang tuanya.
Rafael tersenyum melihat tingkah anaknya kemudian berjalan ke arah Goldie diikuti Diana. Ia menjitak kepala Goldie kemudian berkata, "dasar tukang ganggu."
Diana langsung merangkul anaknya dsn mengusap rambut Goldie, tempat di mana Rafael menjitaknya pelan tadi. "Maaf ya kamu jadi lihat adegan tak layang tayang tadi. Papa kamu tuh..."
Goldie mendecak, "nggak usah dilanjutin, ma. Goldie geli."
Diana hanya terkekeh kemudian mencium pipi Goldie gemas, "yuk sarapan?"
Mereka semua sudah berkumpul di meja makan dan Rafael baru sadar jika Goldie sudah rapih tapi bukan seragam sekolah yang dipakainya. Ia melihat jam tangannya dan penunjuk hari menujukkan kalau hari ini masih hari rabu.
"Loh, nyet, bukannya ini masih rabu ya? Weekend di sekolah kamu sekarang udah di mulai dari rabu?"
Diana yang sedang mengoleskan selai cokelat ke atas roti menegur, "anaknya udah ganteng dipanggil monyet. Iya, kok kamu pakai baju biasa?"
"Biasalah skors."
"Oh."
"Apa?!"
Respon berbeda dari kedua orang tua Goldie membuatnya tersenyum. "Iya ma, pa, Goldie diskors."
"Iya nggak apa-apa."
Diana menyipitkan matanya ke arah Rafael kemudian pria itu menelan ludahnya. "Kenapa sampai diskors?"
"Kemarin bekel Goldie yang dibuat papa ketinggalan. Goldie pulang ngambil ke rumah. Telat ke sekolah jadi masuk lewat pintu di belakang kebun sekolah. Tahu-tahunya di situ ada guru. Ketangkep."
Diana menggeleng-gelengkan kepalanya. "Berapa hari diskorsnya?"
"Dua aja."
"Aja!"
Goldie langsung berdiri dari kursinya dan menghampiri mamanya yang sekarang sedang memelototinya dan terlihat sangat horor. Ia langsung mencium pipi mamanya, seketika emosi Diana mereda. Goldie tahu kelemahan mamanya. Dengan begitu, Diana tidak akan lagi marah-marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goldie vs Gretta
Teen FictionGoldie tentang Gretta "Gue gak paham itu anak, di antara semua cewek di sekolah, cuma dia yang benci gue sebegitu bencinya. Iya sih gue suka gangguin dia, dari dulu. Soalnya anaknya lucu kalau lagi ngamuk, kaya Harimau Betina. Tapi selucu apa pu...