epilog

11.4K 586 143
                                        

Gretta memandang kartu undangan yang berada di tangannya saat ini. Kertas warna putih dengan font warna emas yang sangat elegan membuat dia menyadari satu hal, selera laki-laki itu tidak akan pernah salah. Pas pada tempatnya.

Goldie Adam van Diest

&
Annabeth Celia Ainsworth

Nama yang terterapun terlihat negitu anggun. Seharusnya Gretta ikut berbahagia walau pernikahan kedua manusia itu dilaksanakan di Bali dan semua tamu undangan menginap di Falloxi Resort atas kemauan mempelai pria. Seakan-akan perbuatan Goldie membuat Gretta bahagia.

Gadis itu tidak akan pernah lagi bahagia.

"Ri—asisten Gretta, jadwal?" Tanya Gretta sambil melepas highheelsnya.

Ari menjawab, "kak jadwal kakak besok udah hampir kosong. Semua meeting udah kelar. Tapi ada undangan pernikahan temen kakak jam delapan malam."

Gadis itu memijat pelipisnya yang tiba-tiba merasa pusing mendengar kata pernikahan. "Lo boleh balik ke kamar lo."

"Kakak nggak mau cari gaun untuk datang ke pesta pernikahannya?"

"Darimana lo tahu gue nggak punya gaun?"

"Bukan nggak punya kak Gretta, tapi kan semua kakak nggak bawa."

"Darimana lo tahu gue nggak bawa gaun?"

"Kan yang rapihin koper kakak aku."

Sengaja ia tidak membawa gaun karena memang tidak akan digunakannya. "Kembali ke kamar lo. Gue nggak butuh gaun."

Setelah ucapan dingin itu menusuk telinga, Ari langsung pergi tanpa niat untuk kembali berbicara. Ia bingung dengan sikap atasannya yang sensitif tentang undangan pernikahan sejak benda itu disebarkan. Ari tidak mengerti dan yang ia tahu Goldie adalah teman baik Gretta. Bukankah seseorang harus bahagia bila teman baiknya menikah?

Sepeninggalan Ari dari kamarnya, Gretta mengambil rokok dan keluar untuk mengisap benda itu. Seharusnya ia bahagia tetapi ia tidak bisa karena satu-satunya kebahagiaan yang ia butuhkan sekarang adalah lelaki yang besok akan menikah itu.

💀

"Ari lo tahu nggak malam ini cerah banget?"

Ari mengangguk tanda ia mengiyakan pertanyaan Gretta. "Kenapa kak?"

"Ini udah jam berapa sih?"

Perempuan berusia dua puluh dua tahun yang sedang menikmati hidangan penutup di depan Gretta itu hanya mampu merespon dengan hal yang tidak menambah kekesalan bossnya. "Jam sebelas." Jawabnya. Dapat Ari lihat gerak tubuh Gretta yang gelisah sejak tiga jam mereka singgah di restoran mewah ini untuk makan.

Lalu Gretta mendecak, "biasanya acara nikahan selesai berapa jam sih Ri?"

Ari yang baru saja melahap dessertnya menatap Gretta bingung, "lama kak. Nggak sebentar."

"Gue nggak tahu orang bisa selebay ini kalau nikah. Ri lo mau nikah nggak nanti? Kalau gue sih ogah." Cibir Gretta sambil menenggak anggur yang ada di hadapannya.

Goldie vs GrettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang