Empat tahun kemudian...
Gretta baru saja pulang dari kantor induk Falloxi Enterprises pukul delapan malam. Setelah menyelesaikan S1 nya di Perancis, ia kembali ke Indonesia dan meneruskan kerajaan bisnis ayahnya. Ia berjalan menuju tempat parkir kemudian memasuki mobil.
"Kalau kamu nggak sanggup, dan mau jadi desainer aja, Get, kamu tahu papa nggak pernah larang." Ucap James sambil menyesap secangkir kopi yang terletak di atas meja mini bar.
Gretta yang sedang menyiapkan kopi hitam, yang sejak kapan entah disukainya melebihi green tea latte, menggeleng kepada ayahnya. Dengan senyum yang membuat hati James merasa seperti seorang lelaki yang beruntung di dunia ini, Gretta menjawab ayahnya, "nggak pa. Aku nggak keberatan kok. Aku mau nerusin perusahaan papa. Kan nanti aku bisa kerjain desain sambilan. Yang harusnya ditutup tuh butik mama."
"Heh apa kamu bilang?"
Hillary yang tidak diketahui sejak kapan muncul dengan mata melotot kepada Gretta yang mengangkat tangan meminta ampun.
"James nggak ada tutup-tutup butik. Kamu tahu gimana tuanya desainer dunia dan aku masih sangat muda untuk pensiun dini." Protes Hilllary yang kini sudah duduk manja di pangkuan suaminya.
James memeluk tubuh langsing itu dan berkata, "iya, sayang. Kamu masih muda dan butik kamu nggak akan ditutup."
Diperlakukan sedemikian manis membuat Hillary berbalik dan mengecup suaminya. Sementara, Gretta hanya terpesona melihat kemesraan orang tuanya yang tidak berkurang setiap harinya. Ia tidak mengharapkan banyak untuk ke depannya, untuk dia, dia tidak yakin akan bisa menemukan laki-laki yang begitu mencintai seperti seorang James mencintai seorang perempuan. Seperti seseorang yang menemukan rfleksi diri di depan cermin. Dia terpana dan tidak mau berlalu menatap bayangannya itu.
"Tapi," ucap James membuat kedua wanita itu memberi perhatian penuh padanya.
"Dua minggu lagi aku mau ke Kanada buat jenguk aunt Loraine. Dan waktu itu juga Gretta bakal resmi jadi CEO untuk perusahaan." Ucap James.
"Apa nggak kecepatan?" Tanya Hillary ragu.
James tersenyum, "Gretta nggak pernah terlalu muda untuk semuanya, sayang. Yang jadi masalah di sini bukan Gretta yang nggak siap atau siap. Kamu siap nggak kalau aku tinggal ke Kanada selama tiga bulan?"
Hillary langsung turun dari pangkuan James dan menatap pria itu tidak percaya. "Kamu serius mau ke Kanada?"
"Untuk jenguk aunt Loraine iya aku serius."
"Kapan kamu mau pergi?"
"Dua minggu lagi?"
Hillary langsung berlari menuju lantai dua, letak kamar mereka. James dan Gretta pun tertawa dan bertanya, "mau kemana kamu?"
"Packing!"
Mengingat adegan dua minggu lalu membuat Gretta tersenyum senang. Keberangkatan orang tuanya adalah tiga hari lagi dan besok, semua kolega kerja ayahnya yang pasti sudah berusia dua kali lipat dari usianya akan berkumpul untuk menyaksikan peresmian atas diangkatnya seorang CEO baru untuk Falloxi Enterprises. Seorang yang masih sangat muda namun sudah dilatih untuk mengatur perusahaan sejak ia masih duduk di bangku SMA. Perlahan James mengajarinya tanpa sepengatahuan siapa-siapa. Gretta sadar akan kedudukan dan apa perannya di keluarga. Menjadi pengganti ayahnya sudah kewajiban yang harus ia lakukan.
Dan tidak ada yang bisa ia lakukan menghindari itu.
Ia melajukan mobilnya setelah mesin dinyalakan. Dengan perasaan bercampur aduk Gretta berdoa, semoga ke depannya tidak ada masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goldie vs Gretta
Roman pour AdolescentsGoldie tentang Gretta "Gue gak paham itu anak, di antara semua cewek di sekolah, cuma dia yang benci gue sebegitu bencinya. Iya sih gue suka gangguin dia, dari dulu. Soalnya anaknya lucu kalau lagi ngamuk, kaya Harimau Betina. Tapi selucu apa pu...