Malam telah menghiasi langit ketika Goldie sampai pada salah satu resort yang harusnya menjadi tempat bagi ia dan Anna. Hari yang panjang dan sangat membingungkan. Terlebih ketika di pesawat, Tuhan nampak sengaja mempertemukan dia dengan gadis itu.
Seseorang yang masih membuat jantungnya memompa tidak normal.
Goldie mengacak rambutnya dan bergegas mandi, ia harus menghilangkan Gretta lagi dari kepalanya. Sudah cukup dan ia sudah tidak ingin terlibat. Walaupun berbagai pertanyaan menghinggapi kepalanya, mengapa gadis itu sendirian, mengapa gadis itu harus duduk sederet dengan ia dan Anna, mengapa Gretta mengigau, mengapa napas gadis itu memburu dalam tidurnya. Dalam hati yang paling dalam dan paling membahayakan bagi logikanya, Goldie mempertanyakan itu semua.
Setelah mandi, jam digital di nakas menunjukkan pukul dua malam. Tidak ada yang lebih baik daripada beberapa gelas gin agar kepalanya terasa lebih ringan. Goldie keluar dari kamar menuju bar yang ada di resort milik Gretta. Anna yang merekomendasikan, bukan Goldie. Anna yang merengek ingin menginap di Falloxi Resort, bukan Goldie.
Sebuah kebetulan yang membuat ia lagi-lagi pening karena mengetahui si Pemilik sedang berada di atas daratan yang sama.
Dengan pakaian santai Goldie menyusuri jalan setapak yang menuntunnya pada Keegan yang sedang duduk di depan mini bar dengan memegang sebuah koktail. Enggan sebenarnya untuk Goldie berjalan lurus ke tempat tu, namun kepalanya sudah begitu pening. Persetan dengan Keegan yang entah mengapa juga ada di Bali. Goldie tidak peduli.
Setelah memesan minuman, Goldie yang malam itu mengenakan kaos berwarna hitam, duduk di bangku sebelah Keegan yang keheranan.
"Cuma karena gue tiba-tiba di sini, nggak berarti gue sengaja buat duduk di sebelah lo."
Ucapan Goldie membuat Keegan menggeleng kepala, kasihan kepada sifat kekanakan lelaki itu tidak pernah berubah. Malas meladeni, menoleh lagi pun tidak, Keegan hanya diam membuat Goldie bersyukur ia tidak harus bercakap-cakap dengan Keegan si Menyebalkan.
Beberapa menit kemudian, keheningan itu akhirnya membuat Goldie muak. "Lo apa kabar waketos songong?"
Keegan menaikkan alisnya sebelah bingung dengan sikap Goldie. Bukankah tiga menit yang lalu ia memberitahu bahwa ia tidak berniat untuk duduk di sebelah Keegan? Dan sekarang ia mengajak lelaki itu berbicara.
"Lo belum minum dan lo udah mabuk." Ucap Keegan ketus.
Goldie tersenyum kemudian mengulurkan tangannya. "Gue nggak mabuk dan gue cuma mau nyapa temen lama."
Tidak tega melihat tangan Goldie menggantung, Keegan menjabatnya dan menjawab, "baik-baik aja kabar gue."
"Bagus. Emang orang songong itu hidupnya nggak bakal suntuk."
"Kalau lo mau ngehina gue, ngapain lo ngajak gue bicara?"
Goldie menenggak gin yang ada di tangannya, "kalau lo di sini berarti temen lo juga ada di sini kan? Tadi sore kita satu penerbangan dan macem film, seat gue sama dia sebelahan. Keren nggak tuh?"
Keegan terhenyak dan langsung menghadap Goldie sepenuhnya, "kalau lo ketemu Gretta di sini, tolong jangan ceritain tentang kalian yang satu itu."
Melihat air muka lelaki itu berubah lebih serius dan tegang Goldie langsung bertanya, "Kenapa?"
"Lo tahu gimana sensitifnya Gretta kalau ngingat lo."
Jantung Goldie melewatkan satu detakan yang seharusnya ada.
"Maksud lo Gretta masih sayang sama gue? Dan tadi sore dia sama sekali nggak sadar kalah gue di sebelahnya?"
Keegan meneguk koktailnya hingga tandas, sebelum berjalan meninggalkan Goldie ia berkata, "dia nggak sadar lo ada di sebelahnya. Bukan karena dia masih sayang sama lo, topik pembahasan tentang lo jadi sesuatu yang nggak mau dia dengar. Goldie, lo udah nggak ada artinya, dan ingat sesuatu tentang lo, cuma bikin Gretta makin ngeri karena orang kaya lo yang pernah dia suka."
💀
"Berhubung meeting gue baru dimulai nanti malam, sekarang gimana kalau lo bawa kamera dan kita segera berburu?"
"Dora ya lo?"
"Iya lo Boots."
Gretta menepuk-nepuk pipi Keegan gemas membuat lekaki itu balas mencubit pipi Gretta. "Aw sakit goblok!"
"Ganti baju, gue mau nyiapin mobil di depan."
Lekas Gretta mengikuti instruksi Keegan dan mengganti pakaiannya menjadi lebih baik untuk digunakan dengan warna yang kontras untuk fotonya nanti. Ia ingin mengabadikan momennya di Bali. Entah untuk apa.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang melewati indahnya Bali, keduanya sampai pada sebuah tempat wisata khususnya air terjun. Warna putih dari buih-buih air terlihat menawan di antara hijaunya hutan.
"Gila sih ini." Puji Gretta.
Keegan hanya mengangguk mengiyakan pujian Gretta yang tidak pernah salah. "Cepetan siap-siap, gue foto. Tapu hati-hati Get licin."
"Kaya anak umur lima tahun aja gue nggak tahu langkah di atas batu."
"Terserah lo. Awas jatoh."
Setelah mengambil beberapa gambar yang menurut Keegan begitu tepat, ia menyuruh Gretta untuk datang mendekat, "sini! Lihat nih hasil foto gue."
Dengan bersemangat Gretta menyusuri bebatuan yang licin hingga ia salah pijakan dan terpeleset. Lututnya menghantam batu membuat ia mengerang kesakitan.
"Get!" Keegan langsung berjalan menuju ke arah Gretta namun entah makhluk yang sekarang sedang membantu gadis itu berdiri datang dari mana. Air kah? Pohon kah? Batu kah?
Secepat itu Keegan terkejut secepat itu pula Goldie sudah di sana, menggendong Gretta keluar dari air yang dangkal.
Semua hanya diam. Gemercik air yang riuh tetap membuat canggung situasi mereka.
Goldie menggendong Gretta keluar dari air dan meletakkannya pada saung yang terletak tak jauh dari tempat mereka berdiri. Gadis itu mengalungkan tangannya mau tak mau pada leher Goldie. Ia pun tak kalah terkejut dengan Keegan. Jangan tanya bagaimana kesehatan jantungnya karena lelaki ini. Gretta tidak bisa mendeskripsi.
Setelah Goldie mendudukan Gretta di saung, ia meneliti luka di lutut gadis itu. "Sekarang belum sakit. Lo lihat kan nih sampai putih begini? Bentar lagi darahnya bakal deras dan lo bakal kesakitan."
Gretta hanya diam tidak percaya jika orang di depannya adalah Goldie.
"Makasih lo udah nolongin Gretta."
"It's okay. Lain kali kasi tahu sahabat lo buat hati-hati." Setelah berkata seperti itu, Goldie pergi.
Keegan menggeram dalam hati. Seharusnya lelaki itu tidak muncul di hadapan Gretta dan membuat bingung. Gadis itu fokus melihat punggung Goldie menjauh dengan celana selututnya yang basah.
"Itu Goldie yang tadi gendong gue?" Tanyanya tidak percaya.
"Iya."
"Itu asli?"
"Udahlah Get. Biasa aja."
"Keegan! Itu Goldie, anjir! Dia nyata ya Tuhan!"
"Ayo pulang, sebelum luka lo darahnya makin deras."
"Kee, gue mau gila."
"Dan nggak seharusnya lo gila karena orang yang udah nggak tergila-gila sama lo. Get, udahlah. Waktunya udah terlambat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Goldie vs Gretta
Fiksi RemajaGoldie tentang Gretta "Gue gak paham itu anak, di antara semua cewek di sekolah, cuma dia yang benci gue sebegitu bencinya. Iya sih gue suka gangguin dia, dari dulu. Soalnya anaknya lucu kalau lagi ngamuk, kaya Harimau Betina. Tapi selucu apa pu...