unacceptable

7K 456 58
                                        

Keesokan harinya, Gretta terbangun karena cahaya matahari tak lagi ramah memasuki kamar yang tidak ia kenali. Ia mengerjap dan mendapati nuansa kamar ini-begitu maskulin berbeda dengan kamarnya. Tirai abu-abu yang bergantung di dinding, sudah menjelaskan sangat bahwa ia tidak sedang di kamarnya.

Lantas kamar siapa?

Gretta menarik turun bedcover yang menyelimutinya semalaman penuh. Dan sontak, jeritan keluar dari mulutnya begitu melihat seorang laki-laki bertelanjang dada sedang telungkup tertidur pulas di karpet di bawahnya. Masa bodoh dengan siapa suaranya yang melengking. Laki-laki itu masih mengenakan celana denim lengkap dengan gesper, membuat Gretta memeriksa tubuhnya,

Aman.

Keterkejutan tidak berlangsung lama, namun kembali terjadi setelah Gretta menyadari sesuatu.

Lelaki yang sedang tertidur di lantai saat ini adalah seorang Goldie Adam Van Diest.

Cepat-cepat Gretta beranjak dari ranjang dan keluar dari kamar yang ia yakini adalah milik Goldie. Entah sudah jam berapa sekarang, yang ia tahu matahari benar-benar sudah tinggi. Jangan tanya bagaimana perasaannya sekarang. Saking kagetnya, ia mati rasa. Belum lagi kepalanya serasa berputar-putar karena efek minuman yang Gideon berikan masih sedikit menempel.

Gretta meringis begitu kepalanya terasa pusing. Setahunya jeritan tadi begitu keras, mungkin karena rumah ini begitu besar tidak ada yang mendengar. Ia berjalan pelan-pelan menuruni anak tangga menuju lantai dua di mana ia menemukan salah seorang asisten rumah tangga yang terkejut melihatnya.

"Gretta ya?"

Terperanjat, Gretta mengelus dada. "Siapa ya? Tahu nama saya dari mana?"

Senyum sumringah dipaparkan oleh perempuan yang sedang membersihkan meja pantry di dapur Goldie. Rumah nampaknya begitu sepi membuat Gretta hanya bertemu dengan mbak Rus yang belum ia kenali.

"Saya Rus, Goldie manggil saya mbak. Saya asisten rumah tangga di sini. Kamu temennya Goldie kan?" Mbak Rus menatap penuh harap kepada Gretta agar mengatakan iya. Selama ini gadis yang berdiri masih mengenakan gaun di depannya selalu diceritakan Goldie, tetapi mbak Rus belum pernah bertemu langsung.

Kikuk, Gretta menggaruk tengkuknya, "bukan, mbak. Saya bukan temennya."

Mbak Rus terkesiap, "oh maaf. Jadi kamu pacarnya?"

"Nggak mbak. Saya bukan siapa-siapa Goldie."

Keduanya terdiam. Mbak Rus merasa ada yang tidak beres dan Gretta ingin segera berlalu. Ia meminjam telepon kepada mbak Rus untuk dijemput di rumah Goldie oleh sopir pribadi mamanya.

Setelah setengah jam kemudian, Gretta pulang bertepatan dengan Goldie yang mengerang karena tidurnya sudah puas. Perlu diketahui ia hanya tidur tiga jam karena semalaman penuh berpikir keras dengan otak pintarnya.

Sadar jika ia tidak sendiri di kamarnya, lelaki itu langsung bangun dan mendapati kasurnya yang kosong. Hanya ada bedcover yang tersibak dan bantal bekas ditiduri. Hanya itu. Dengan segera Goldie berlari menuju lantai bawah dan mendapati mbak Rus di meja makan, sedang menyiapkan sarapan untuk majikannya yang kesiangan.

"Mbak Gretta mana?"

"Kamu tuh mentang-mentang bapak sama ibu lagi ke luar, seenaknya bawa cewek ke rumah." Ucap mbak Rus dengan ketus.

Tidak mengerti, Goldie mendekati mbak Rus kemudian bertanya dengan wajah yang masih bengkak, "hah?

"Jangan deket-deket! Bau mulut!"

Goldie mendecak dan melangkah ke belakang. Ia lanjut bertanya, "mbak maksudnya tuh apa? Aku nggak ada bawa cewek ke rumah selain Gretta, temen yang aku suka ceritain sama mbak."

Goldie vs GrettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang