Happy Reading Guys :)
***Kinara POV. . . .
Terkadang gue gak ngerti dengan apa yang sedang dipikirkan Kak Davi. Contohnya sekarang, gue heran kenapa orang di sebelah gue ini senyum-senyum gak jelas seolah-olah asik dengan pikirannya sendiri.
"Kakak kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya gue ke-makhluk yang duduk di balik kemudi. Heran aja gitu gak ada angin gak ada hujan dia malah cengar-cengir.
"Kenapa gak boleh?" godanya ke gue yang dibarengi dengan senyum itu, iya senyum itu, senyum yang kadang menawan kewarasan gue.
"Kirain kan. . ." ucap gue malas mengalihkan wajah yang gue yakin sekarang bersemu merah.
"Kirain apa?" Kak Davi mengerutkan keningnya awas Kak nanti tumbuh kerutan tanda penuaan dini.
"Kirain mendadak gila kalau gak kesurupan," desis gue pelan gak mau Kak Davi dengar. Dan kalian mau tahu efek dari ucapan gue? satu toyoran berhasil mendarat dengan santuynya di kepala gue.
"Ikhh gak usah main kepala bisa?" jawab gue manyun yang cuma dijawab kekehan dari Kak Davi. Untung ganteng, untung gue sayang secara mau gue bales gak tegaan, mukanya itu loh bikin uuug...ugggh... Nikahin dedek bang.
Akhirnya di sinilah kami di kebun binatang. Perlu diperjelas KEBUN BINATANG dan gue lagi NGEDATE sodara-sodara. Gue yakin Lo pada sesak cuma dengan melihat kerumunan manusia yang lululalang ke sana ke mari maju mundur cantik ramai eeeuuy. Gue bisa melihat binar kaget dan tatapan bengong Kak Davi, gak percaya kayaknya dia dengan situasi yang ngalahin orang rebutan diskonan ditanggal tua.
Kak Davi mengulurkan tangannya, menggandeng tangan kanan gue, tentu hal itu membuat gue menunduk menyembunyikan senyum malu-malu gue.
"Kalau gak digandeng nanti Hilang," ucapnya membuat gue mendongak memberengutkan wajah. Helllooow emang umur gue berapa bisa-bisaan hilang di Kebun Binatang,bilang aja modus.
Kami keliling-keliling melihat beberapa kandang binatang. Hewan-hewan di sana aja kelihatan pada mager faktor masih pagi kah? atau karena mendung yang mengundang untuk bermalas-malasan.
"Mana?" tanya gue sambil menatap ke arah Kak Davi yang, upss gue harus mendongak untuk menatap mukanya langsung, secara gue cuma seketek dia. Untung tadi gue pake sepatu yang ada hak nya sedikit, lumayan paling gak bisa menambah tinggi badan gue yang gak seberapa ini.
"Apanya?" Kak Davi natap gue sambil senyum tentunya. Gue heran dia gak capek apa ya senyum terus atau memang tu bibir sudah di set default buat senyum?
"Baboon? Katanya mau JENGUK," ucap gue dengan penuh penekanan dan itu sukses membuat Kak Davi terkekeh geli.
"Baboonnya lagi pulang kampung ke Afrika," ucapnya singkat masih dengan senyum diabetesnya dan gue bisa perhatikan di sekeliling kami, bagaimana para cewek-cewek melirik ke arah kami, membuat gue kesel sendiri. Dan pastinya mereka noleh dan memperhatikan kami bukan buat ngelihat gue ya, tapi buat ngelihat cowok yang berjalan di samping gue sambil ngegandeng tangan gue. Gue pererat gandengan kami dan melihat ke arah cewek-cewek yang menatap kami ganas. Gue perlu memperjelas INI ORANG PUNYA GUE dan jangan ngira gue ADEKNYA cuma gara-gara gue pendek, sebel.
"Lah terus ngapain ke sini kalau Baboon nya pulkam," kata gue sekenanya dari pada kami jalan berdua dalam diam seakan mengheningkan cipta.
"Kirain di sini bakal sepi jadikan enak berduaan," jawab Kak Davi enteng dan Lo tahu? Gue jadi deg-degan ngapain coba dia mau ngajak gue ke tempat sepi? Hayo kenapa? dalam hati ngarep.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect BoyFriend ? √
Teen Fiction[Warning : Mager Revisi, masih amburadul. Jangan hate komen yak, 😉] "Abisin !" tatapnya tajam ke gue sumpah gila ya niat banget ni orang bikin gue gendut. kalo aja nggak sayang udah gue tendang ni muka gantengnya. **** Selamat Membaca --by : author...