Chapter 35

2.1K 131 3
                                    

votee
Typo bertebaran

***

Nara meremas tangannya sendiri, setetes air bening jatuh dari matanya, iya dia menangis, menangisi perasaannya yang bertepuk sebelah tangan, bahkan selama ini dia bertahan walau banyak yang nyinyir dan bergosip tentangnya bahkan pernah terang-terangan melabraknya walau dia tidak pernah cerita pada Reno, untung ada Siska yang membelanya.

Nara membalik badannya hendak pergi, alangkah kagetnya dia saat melihat Siska sudah ada di belakangnya sambil memasang wajah sangar. Siska bahkan sudah bersiap melabrak Reno dan masuk ketoilet kalau saja Nara tidak menariknya menjauh.

Mereka duduk dibelakang gedung sekolah yang sepi, Nara sudah menangis sesegukan.

"Udah jangan Nangis, buat apa coba nangisin orang kayak dia? Gak guna, udah taukan sekarang busuknya? Jadiin pelajaran jangan sampai kebawa perasaan lagi sama dia, brengsek" Nara yang mendengar ucapan Siska bukannya merasa tenang malah semakin menangis sembari memeluk Siska erat, untunglah ada siska, gadis cantik ini selalu membelanya.

"gue harus apa sekarang ka?" tangis Nara didalam pelukan Siska

"Lupain dia, ayolah Ra kita masih SMP, entar aja cinta-cintaannya kalau udah SMA, entar noh kita masuk SMA yang banyak cowok kecenya" hibur Siska membuat Nara tersenyum sembari mengusap air matanya, dalam hati Siska sudah bertekad melindungi Nara dari makhluk berjenis kelamin lelaki yang suka menyakiti hati sahabatnya itu.

Sudah beberapa minggu semenjak kejadian itu, Nara bahkan bisa berakting sangat bagus seolah-olah tidak pernah mendengar percakapan itu, walau sedikit demi sedikit dia menjauhi Reno, sebaliknya Siska terang terangan terlihat amat sangat tidak suka dengan Reno.

Nara sedang duduk bersama Reno di halte menunggu jembutan, Siska sudah pulang duluan menyisahkan mereka berdua yang duduk dalam diam.

"Ra lo kenapa sih?" Reno membuka percakapan

"Apanya?" tanya nara sembari mengerutkan keningnya

"enggak, lo..." belum Reno menyelesaikan ucapannya muncul seorang lelaki mendekati mereka dan menyapa Nara hangat.

"kok belum pulang Ra?" tanyanya

"iya nih lagi nunggu jemputan, Putra sendiri ?" Nara tersenyum manis.

Reno mengeraskan rahangnya melihat interaksi Nara dan lelaki itu, kesal karena seketika Nara mengacuhkannya.

Beberapa hari setelah itu Reno selalu saja melihat nara dan Putra bersama membuatnya kesal dan marah, Nara mulai acuh padanya walau mereka sering pulang dan pergi bersama hanya saja sudah terasa tidak seakrab dulu.

"Putra" Reno mencegat putra yang sekarang berjalan menuju kantin, lelaki itu menole

"Kenapa?" tanyanya sedikit merasa aneh Reno memanggilnya

"Lo di cari bu barbara, disuruh ambil kertas ujian, disuruh fotocopy buat ulangan kalian, katanya langsung ambil aja" kata Reno membuat Putra mengerutkan keningnya bingung? "beneran ngapain gue bohong, kan buat kelas kalian" sambungnya membuat Putra mengangguk dan memutar arah keruang guru, Reno tersenyum sinis melihat kepergian Putra.

Dan benar saja seketika sekolah menjadi ramai.

"Ada apa Ka?" tanya Nara begitu melihat sahabatnya itu masuk kekelas.

"Putra nyolong soal Ujian"

"haah?" Nara menganga tidak percaya kemudian menarik Siska keluar kelas menuju ruang guru yang terlihat ramai.

"Loh kok ada Reno didalam?" Siska dan Nara sudah berada didepan jendela mengintip setelah susah payah menggeser para siswa yang juga ikutan menonton walau sudah berkali-kali di usir guru.

Perfect BoyFriend ?  √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang