***
Nara POV. .Gue mematung bingung setelah kejadian barusan, gue lihat kak Davi membuang muka menjauhi tatapan gue.
Shit seharusnya tadi gue juga nutup mata, kak davi sih gak ada aba² langsung nyosor aja, seharusnya gue persiapan dulu biar kayak drama korea. telat sadar
suasana hening, gue bingung harus ngomong apa dan bingung juga mau masang ekspresi gimana, muka gue rasa terbakar, panas eeeyyy gue yakin muka gue merah banget kalo jantung gue? apa kabar? jangan tanya lagi ni jantung gue rasanya kayak abis lari maraton ditangga darurat naik kelantai 30.
gue merangkak sedikit mengambil bandal sofa diatas kursi gak jauh dari balkon, memeluknya mencoba mengontrol diri, gue menoleh kekiri, dan blushhhh. . . gue tambah blushing, sadar muka gue sama kak Davi dekat banget, entah sejak kapan kak Davi menghadap ke gue.
kak Davi berdehem kecil, sontak gue langsung meghadap lurus kedepan menghindari tatapan mata kak Davi, kak Davi tertawa kecil dengan bibir yang dirapatkan, kemudian mengelus kecil kepala gue, membuat gue makin mati gaya.
"weekend jalan yuk?" gue menoleh seketika kearah kak Davi, ini pertama kalinya dia ngajak jalan secara langsung, biasanya cuma lewat telpon atau chat.
gue tersenyum mengangguk kecil. "kemana?"
kak Davi menyerjitkan dahinya "hmmm. . kemana ya?" lah ini dia yang ngajak dia yang balik nanya, piye?
gue terdiam biar kelihatan mikir, gue gak mau ada sesi tanya jawab lagi kayak tadi saat nentuin panggilan masing-masing.
"sekali-kali adek dong yang nentuin tempatnya" kak Davi menatap gue intens, sumpah gue berasa disayang banget.
"kemana ya? yang seru" gue nyoba menjalankan otak gue yang tadi sempat hang. kak Davi memutar duduknya membuat tubuhnya sepenuhnya menghadap gue, dan memegang tangan gue yang sedari tadi melukin bantal.
"maaf ya, adek pasti selama ini bosan pergi ketempat-tempat gak jelas sama kakak" gue menengadahkan kepala gue yang dari tadi malu-malu melihat kearah kak Davi lalu menggeleng kecil, iya kalau dibilang bosan? iya memang tempat-tempat itu membosankan tapi kalau perginya bareng dia sih gue oke-oke aja.
kak Davi mengeratkan genggamannya, gue udah siap menyuarakan kegombalan gue buat bilang kemana aja asal bareng dia , eyaaa. . .
"gimana kalau kita. . ."
"weekend bazar dikampus, panitia jangan kabur" belum selesai gue ngomong lagi-lagi suara nan menjengkelkan itu menyeruak masuk kekuping gue, bang Rama udah nongol aja didepan kami.
tanpa gue sadar
buugg. . .
tanpa gue sadar bantal yang tadi dipangkuan gue melayang kearah bang Rama. "sialan ganggu aja" rutuk kak Davi setelah sukses melempar bang Rama dengan bantal sofa membuat bang Rama tersenyum mengejek.
"eth daah gue cuma ngingatin" Bang Rama memungut bantal yang terjatuh dilantai yang tadi sukses mendarat diwajahnya.
"gue bukan anggota BEM ngapain gue jadi panitia" rutuk kak Davi, gue bisa lihat wajah kesalnya dengan jelas
"lah kan lo maskotnya"
"lo kate gue boneka mampang?" kak Davi beranjak dari duduknya melangkah kearah bang Rama dan mendaratkan satu jitakan kekepalanya.
"sakit setan" bang Rama mengelus bekas jitakan kak Davi membuat gue senyum-senyum sendiri.
"sini lo gue tabok" kak Davi berjalan kembali menuju bang Rama yang sudah berjalan cepat menjauh, lucu juga ngelihat kelakuan mereka, walaupun saling pukul saling ejek mereka masih tetap akur, ini kali ya yang dinamakan persahabatan antar cowok.
![](https://img.wattpad.com/cover/128421236-288-k300817.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect BoyFriend ? √
Novela Juvenil[Warning : Mager Revisi, masih amburadul. Jangan hate komen yak, 😉] "Abisin !" tatapnya tajam ke gue sumpah gila ya niat banget ni orang bikin gue gendut. kalo aja nggak sayang udah gue tendang ni muka gantengnya. **** Selamat Membaca --by : author...