Vote yak...
***
Author POV. . .
Nara mematut diri didepan cermin dia nampak sangat cantik dengan kebaya bewarna cream dan rok batik bewarna keemasan serta dipadukan dengan jilbab bewarna senada , iya dia memutuskan menggunakan jilbab setahun yang lalu setelah menimbang dan memikirkannya selama beberapa bulan bagaimana dia harus berkomitmen dengan keputusan yang diambilnya.
Sekarang stelan kebaya itu sudah ia tutupi dengan jubah hitam dengan teratai hijau dan kuning khas pakaian wisuda jurusan Akuntansi yang dia ambil.
Akhirnya hari ini perjuangannya selama 4 tahun menempuh pendidikan dibangku kuliah S1 berakhir sudah.
Dia tersenyum samar air matanya nyari menetes jika saja dia tidak menahannya karena takut make up ny akan luntur dan membuatnya terlihat menyeramkan karna matanya akan menghitam, Nara mengingatnya, mengingat orang yang 3 tahun lalu berkata akan tetap disampingnya dan akan menemaninya saat wisuda, tapi apa? Orang yang membuat janji itu nyatanya tak ada disampingnya lagi saat ini.
Mengingatnya membuat perasaannya menjadi lebih tersakiti, ditambah lagi saat dia teringat kejadian yang terjadi lebih dari 2 tahun yang lalu kejadian yang sebenarnya tidak harus membuat mereka berpisah, tapi pada hari itu semuanya berakhir
Lagipula ada yang bilang cinta pertama tidak selalu berhasil tapi sampai sekarang Nara masih berharap dia ada disini menemaninya dengan senyum khas lelaki itu senyum yang selalu membuat dia merasa nyaman dan aman.
Nara berharap suatu saat dia kembali akan bertemu dengan seseorang yang bisa ia cintai.
***
Nara duduk di tepi tempat tidurnya sambil memasang heels dikakinya. Matanya tertuju pada kertas hitam bertulis tinta emas diatasnya. Sesaat rasanya akan ada air mata lagi yang akan menggenang. Keputusannya sudah bulat, dia tidak akan datang. Tidak ingin menyakiti hatinya lebih jauh lagi dengan datang dan menyaksikan hal yang akan membuatnya menangis. Walau dalam hatinya dia selalu bertanya 'mengapa Davi tega mengundangnya?' tidak tahukah dia? Hal ini menyakiti Nara.
"Ayo berangkat, udah setengah tujuh lewat nanti telat loh." Mama muncul dari balik pintu kamar Nara. Kemudian berjalan menuju Nara yang tersenyum tipis melihat kearahnya.
"Udah jangan dilihatin terus, hari inikan hari istimewa kamu jangan galau gitu ah," ucap Mama sembari mengelus kepala Nara.
"Semuanya akan baik-baik saja." Sambung Mama. Nara mengangguk mengiyakan, benar dia tidak boleh sedih karena hari ini dia akan resmi menjadi sarjana setelah bersusah payah dan pusing berkat skripsi.
"Ma," seru Nara menyentuh tangan Mamanya. "Nara gak datang ya," ucap Nara tersenyum tipis.
"Apapun yang terbaik untuk kamu sayang." Mama mengelus kepala Nara mencoba menenangkan Nara. Mencoba memberi kekuatan agar anak gadis satu-satunya itu bisa bersabar dan berbesar hati.
Tok ...tok...tok...
Ibu dan anak itu menoleh kearah pintu, seorang gadis manis dengan dress batik berwarna biru muncul dari balik pintu.
"Udah siap kak? Vino sama Papa udah bawel dari tadi," ucap gadis manis itu sambil tersenyum.
"Iya ini mau turun kok." Nara balas tersenyum kearah gadis manis yang sekarang berstatus calon adik iparnya, Susan. Mereka lahir ditahun yang sama hanya saja Nara memang lebih tua beberapa bulan darinya jadi Nara merasa tidak apa-apa jika Susan memanggilnya kakak. Ditambah lagi Susan sudah sangat di terima dikeluarga mereka sejak Vino mengenalkannya setahun lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect BoyFriend ? √
Teen Fiction[Warning : Mager Revisi, masih amburadul. Jangan hate komen yak, 😉] "Abisin !" tatapnya tajam ke gue sumpah gila ya niat banget ni orang bikin gue gendut. kalo aja nggak sayang udah gue tendang ni muka gantengnya. **** Selamat Membaca --by : author...