Chapter 25

2.6K 241 50
                                    


Vote. . . bintang disebelah kiri bawah :*

***

Nara POV. . .

Karna kelamaan nongkrong ditempat makan, jadilah kami baru otw pulang jam 8 malam, dan yang pasti gue udah ngasih tau mama loh ya, iyah atas paksaan kak Davi yang kadang gila izin ini.

Badan gue rasanya rada kebanting-banting dikit, gimana enggak ini kak Davi bawa mobil kayak orang kesetanan, ngebut banget buat gue ngeri. Sampai tanpa sadar. . .

Braakk. . . buugg. . . .

Ciiiitttttttt. . ..

Gue ngerasa mobil kami terbanting kedepan begitu gue rasa kak Davi nginjak rem mendadak, sumpah ini gak tau kenapa kepala gue rasanya kosong, tangan kiri gue rasanya pegal kepentok pintu mobil, gue noleh kekanan kearah kak Davi yang mematung matanya masih menatap lurus kedepan.

"Kakak gak apa-apa?" tanya gue begitu sadar itu muka kak Davi pucet banget.

Gue beraniin nyentuh wajah kak Davi, membuat yang punya wajah menoleh kearah gue, matanya mengerjap beberapa kali, nafasnya tidak beraturan.

"Kamu gak pa-pa?" tanyanya lirih, kak Davi tersenyum tipis, gue mengalihkan pandangan gue kearah depan, sudah banyak orang yang berkerumun, dan demi apapun baru kali ini gue ngelihat secara langsung orang tabrakan dan kami nyaris jadi korban juga seandainya kak Davi gak sigap nginjak rem.

Gue mengangguk kecil, sembari tersenyum mencoba meyakinkan, secara itu muka kak Davi pucet banget, gue gak mau dia khawatirin gue juga.

Melihat respon gue kak Davi menghembuskan nafasnya pelan sembari membalik badannya membuka pintu mobil hendak keluar. Gue melepas seatbelt gue begitu gue lihat kak Davi membuka pintu dan langsung berjalan kearah tepi trotoar dan mendudukan dirinya disana, matanya masih menatap kearah kerumunan orang.

Gue berjalan mendekati kak Davi, duduk disampingnya dan melihat kearah yang sama dengannya.

"Kakak nyaris nyelakain kamu" suaranya masih terdengar lirih, gue nyoba nyentuh punggung kak Davi dan mengelusnya pelan.

"gak pa-pa, syukurnya kita baik-baik aja" terdengar egois memang, tapi tetap aja gue bersyukur kami gak menambah korban kecelakaan dihadapan kami, gue gak begitu ingat gimana kejadiaannya yang jelas, ada mobil dari arah berlawanan yang entah pakai ilmu apa bisa terbang dan menerobos kejalan yang berlawanan arah dan menabrak dua mobil didepan kami. Belum lagi beberapa mobil yang ditabraknya sebelum masuk kejalur kami tadi membuat gue merasa ngeri, padahal ini jalan satu arah yang menurut gue aman walaupun ngebut nyatanya? Petaka datang tanpa diundang, lagian siapa juga yang mau ngundang petaka buat datang.

Gue masih diam sambil ngelus punggung kak Davi entah ini perasaan gue aja atau kak Davi beneran kelihatan syok berat, sampai seorang bapak-bapak mendekat kearah kami.

"itu mobelnya adik ya" gue mendongakkan kepala melihat kearah bapak-bapak yang kelihatannya berumur 50 tahunan atau gak taulah yang jelas terlihat lebih tua dari papa gue.

Kak Davi menegakkan kepalanya "iya, ada apa ya?" kak Davi mengerjapkan matanya, mencoba menguasai diri sepertinya.

"gini saya gak sengaja nabrak belakang mobilnya" katanya, membuat gue dan kak Davi menoleh kesisi belakang mobil kak Davi dan mobil pick up berwarna hitam dibelakangnya.

"saya benar-benar gak sengaja, tadi gak sempat ngerem" sambungnya.

Kak Davi tersenyum lembut wajah pucatnya sudah terlihat sedikit segar, mungkin efek dingin juga kali ya.

Perfect BoyFriend ?  √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang