***
Author POV. . .Davi masuk ke dalam lift dan hendak menekan angka 30 sebelum
"Tungguin gue woy" sebuah tangan mencoba menghalangi pintu yang akan tertutup.
"Dari mana aja lo?" Davi melihat ke arah lelaki di sebelah nya yang sedang asyik menusuk - tusuk giginya dengan sebuah penusuk gigi.
"Makan" jawabnya santai.
"Udah tau, gigi lo banyak cabe" lelaki di sebelah nya, Rama tertawa garing.
Davi dan Rama berjalan memasuki Alpartement nya, di sofa ruang tengah sudah ada Rafli yang duduk sambil memakan pop corn matanya asyik melihat ke arah tv.
"Susah ya kalau gak ada adab, masuk rumah bukannya ngucap salam main nyelonong aja?" ucap Rafli, matanya masih melihat lurus ke arah tv.
"Mana gue tau ada makhluk hidup yang udah nunggu di mari" Rama langsung duduk di samping Rafli dan menyomot segenggam penuh Pop Corn milik Rafli membuat empunya melotot kesal.
Davi ikut duduk di sofa setelah mengambil se-botol air mineral dari dalam kulkas. "Ada berita apa ni?"
Rafli dan Rama melihat dengan secara bersamaan ke arah Davi, Rafli langsung mematikan tv dan menaruh popcorn nya di atas meja.
"Akh. . akhirnya kita ngobrol serius juga" Rama menelan kasar popcorn yang tadi dijejalkan nya secara paksa ke dalam mulutnya.
Rama mengeluarkan HP nya dan fokus mencari sesuatu di dalam berkas file nya. "Ini hasil interview gue sama Anwar" Rama menaruh HP nya ke atas meja mendorong-nya sedikit agar mendekat ke arah Davi.
"Interview? Bahasa lo kayak mau nyari karyawan" celetuk Rafli yang menatapnya jengah.
"Lah kan lebih enak daripada kata interogasi? Berasa pak polisi gue" Rama kembali mengambil segenggam penuh popcorn diatas meja. "Lagipula, syukur ni si Anwar mau gue tanya-tanya" Rama sedikit mengingat kejadian beberapa jam yang lalu.
Rama berjalan bersama Nara,Siska , Novi dan seorang gadis lagi yang dia tau bernama sisi, setelah kejadian labrak melabrak oleh Alona tadi membuat Rama merasa perlu menjaga pacar sahabatnya itu.
Mereka duduk di tangga tak jauh dari halaman tempat bazqr yang sedang berlangsung sampai sosok Anwar muncul.
"Loh, kak Davi mana?" tanya Nara saat melihat Anwar berjalan sendirian.
Anwar menaikkan sedikit menaikkan bahunya "gak tau, tadi dibelakang gue, terus ngilang" Anwar terlihat bingung saat dia menoleh kebelakang Davi sudah menghilang.
Nara sedikit merengut, kemudian duduk di anak tangga.
"Gue permisi ya, mau ketempat lain lagi" pamit Anwar cepat sambil menggandeng tangan Sisi, tanpa menunggu jawaban dari yang lain Anwar sudah melangkah pergi.
"Kenapa Ra?" Siska menyenggol lengah Nara yang terlihat tidak bersemangat.
"Gue lupa nanya, tadi kak Davi sama Anwar ke mana aja?"
"Lo takut mereka selingkuh?" Rama tersenyum jahil.
"Apaan sih lo" Siska memelototkan matanya ke arah Rama dan membuat lelaki itu tertawa.
"Ya udah, gue traktir es krim deh, sering-sering deh melototin gue, siapa tau lo jatuh cinta sama gue"
"Najis" Siska membuang muka menjauhi tatapan Rama.
"Siapa ni yang mau nemenin gue beli es krimnya?"
Nara dan Siska menggeleng cepat membuat Novi mau tidak mau berdiri karna Rama sudah lebih dulu menarik lengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect BoyFriend ? √
Fiksi Remaja[Warning : Mager Revisi, masih amburadul. Jangan hate komen yak, 😉] "Abisin !" tatapnya tajam ke gue sumpah gila ya niat banget ni orang bikin gue gendut. kalo aja nggak sayang udah gue tendang ni muka gantengnya. **** Selamat Membaca --by : author...